Tulisan ini kutulis setelah aku sudah tak lagi mendalami kegiatan mencuri sejak tahun 2009 lewat. Artinya, tujuh tahun berlalu tanpa melatih kembali keahlian yang ada, sudah barang tentu menjadikan tulisan ini hanya sebatas berbagi pengalaman saja. Selain untukku pribadi mungkin punya daya guna penguat ingatan atau sekadar bernostalgia saja. Jadi bolehlah kukata, kiat-kiat mencuri buku pustaka yang kutulis ini adalah semacam petunjuk buruk, dan amat sangat tidak dianjurkan untuk kau kerjakan.
SEBELUM MELAKUKAN PENCURIAN BUKU, aku terlebih dahulu memastikan diri bahwa aku benar-benar ingin memiliki dan membaca habis buku incaran. Setelah kepastian ini ada, aku lanjut lagi pada tahapan bahwa aku benar-benar tak cukup uang untuk membelinya. Lepas dari dua syarat barusan, yang menjadi sandaranku untuk meyakinkan diri agar kegiatan ini berjalan lancar sentosa, adalah adanya suatu perasaan bosan untuk berurusan dengan birokrasi.
Kau tahu, proses pinjam meminjam buku di pustaka wilayah adalah satu urusan birokrasi yang sungguh-sungguh membosankan. Kau hanya dikasih waktu seminggu untuk menghabiskan novel pinjaman setebal 887 halaman, misalnya, dan setelah sepekan kau harus balik lagi ke pustaka untuk menyambung izin peminjaman lagi. Begitu seterusnya. Bukankah itu cukup membosankan?
Yang kusebut di atas adalah tiga syarat awal yang kutanamkan dalam hati sebelum menjalankan aksi mencuri buku pustaka wilayah atau pustaka kampus. Ingat: dua jenis pustaka itu adalah milik pemerintah. Aku sama sekali tak pernah berkehendak mencuri buku di toko-toko buku atau di pustaka pribadi milik seseorang atau pustaka-pustaka milik komunitas swasta lainnya.
Alasan cuma mengincar buku di pustaka milik pemerintah karena pengadaan bukunya memakai uang negara. Di mana aku sebagai salah seorang warga negara punyak hak juga untuk mendapatkannya. Memang, mencuri sesuatu kepunyaan negara adalah satu bentuk korupsi. Tapi pembenaran yang lain yang kutanamkan dalam hati untuk menjauhkan segala perasaan risau dan gelisah diri; bahwa ini cuma mencuri buku. Hanya mencuri satu atau dua atau tiga buku, atau mungkin juga lebih.
Tiga syarat awal sebelum melakukan pencurian buku kumaksud itu, jika diringkas akan jadi begini: Pertama, kau punya kehendak memiliki dan membaca habis buku yang bakal kau curi. Kedua, kau tak punya cukup uang untuk membelinya. Dan, ketiga; kau punya suatu gejala penyakit pikiran yaitu timbulnya rasa bosan yang membuncah, suka mencak-mencak sendiri, atau emosionil tak jelas ketika berurusan dengan segala jenis tetek bengek birokrasi. Mungkin penyakit pikiran jenis ini kalau kena diagnosa dokter psikologi akan disebut dengan istilah bureaucratic syndrome.
Setelah tiga syarat itu mantap tertanam di dalam hati. Aku akan lanjung beranjak ke pustaka wilayah. Pergi ke sana, mengantongi kartu pustaka resmi adalah satu kedok wajib. Langkah awalnya tentu saja dengan melakukan survey kecil-kecilan yang mengharuskan kau untuk sering-sering pergi ke tempat yang bajik ini. Dengan survey kecil-kecilan itu, kau akan paham dengan segala kondisi dan situasi pustaka. Aku mesti berkenalan dengan beberapa petugas pustaka yang ada. Salah satu caranya adalah boleh dilakukan seperti yang pernah kujalani ini.
Di pustaka wilayah aku pernah meminjam buku berjudul Jenis-jenis Penyakit Kelamin & Cara-cara Pencegahan Dini, sementara di kartu pustakaku jelas-jelas tertulis studi kuliahku di jurusan Pendidikan Matematika. Karena aku seorang cowok tulen, aku memilih berurusan dengan petugas cewek di konter peminjaman.
Bisa kau bayangkan sendiri, si cewek petugas pustaka itu akan tersenyum-senyum sendiri ketika melihat judul buku pinjamanku. Dan senyumannya tambah sumringah ketika mendapati seluk beluk jurusan kuliahku di kartu pustaka yang baru kusodorkan padanya. Aku balik tersenyum padanya, sebisa mungkin dengan mimik pura-pura malu. Ketika ia sodorkan bukunya dengan mengatakan selamat membaca padaku, dengan sigap aku balik menjawab, “Akan habis kulahap dalam tiga malam saja.”
Apa yang kulakukan itu adalah kesengajaan untuk mengakrabkan diri dengan si petugas pustaka. Aku menanamkan padanya kesan pertama yang akan merasuk alam bawah sadarnya ketika berjumpa denganku kali waktu yang lain. Seperti yang kukata pada si cewek petugas pustaka di proses peminjaman pertama. Tiga hari kemudian aku balik dan mengembalikan buku Jenis-jenis Penyakit Kelamin itu pada petugas pustaka yang sama.
Si cewek yang di awal telah tersenyum sumringah itu langsung melebarkan bibirnya ketika mendapatiku mengembalikan buku yang mungkin dia sendiri merasa geli hati membaca judulnya. Kali ini ia sudah agak membuka diri. “Sudah tahu penyakit apa?” tanyanya ketika mengambil buku dari sodoranku. Kujawab singkat, “Ternyata mimpi basah itu bukan penyakit. Tadinya aku agak takut.”
Si cewek petugas pustaka itu terbahak. Mungin ia sangat terkesan dengan jawabanku. Setelah memeriksa dan menyimpan buku yang kukembalikan, ia sudah mulai menyebut nama lengkapku sebagaimana tertera di kartu pustaka. “Kalau ada mimpi basah lagi, jangan sungkan pinjam buku ini lagi ya,” sarannya ketika mengembalikan lagi kartu pustakaku.
"Iya, kak. Tapi kalau bisa bukunya disimpan di laci kakak saja ya. Kalau disimpan di rak lagi, takut nanti keduluan dipinjam orang," jawabku.
"Memang mimpi basahnya sudah terjadwal ya?"
"Sepulang dari sini kayaknya akan langsung terjadwal, Kak," jawabku memasang mimik polos yang disambutnya dengan cekikikan panjang.
Cewek petugas pustaka itu, kelak kukenal bernama; sebut saja Rakumah. Ia seorang pegawai negeri sipil di Badan Arsip provinsi yang baru ditempatkan di pustaka wilayah. Umurnya berpaut delapan tahun di atasku. Artinya, saat aku menjalankan misi ini aku berumur 20 tahun, masih semester 6 di kampus, ia sudah berumur 28 tahun dan pada percakapan melalui telpon pada malam-malam yang panjang selanjutnya ia mengaku masih lajang sempurna.
Berkenalan, atau lebih terangnya mengakrabkan diri dengan Rakumah si petugas pustaka adalah jalan termulus bagiku untuk menjalankan misi awal, yaitu mencuri buku. Tapi karena keakraban dengannya membuat misi awalku jadi turun grade di kemudian hari. Aku sudah tak lagi harus bersusah payah mencari cara mencuri buku incaran berjalan mulus adanya, sebab aku sudah bisa mengambilnya dengan seenak hati. Tentu dengan memohon persetujuan Rakumah agar tidak mencatatnya di buku peminjaman.
Darinya aku sukses mengambil dan memiliki setidaknya 11 judul buku terjemahan. Tapi sayangnya, yang tinggal di pustaka pribadiku sekarang ini cuma empat judul saja, yaitu Istanbul karangan Orhan Pamuk, Geraka Sosial Islam yang dieditori Quintan Wiktorowicz, buku laporan jurnalistik paling fenomenal berjudul Hiroshima karya John Hersey dan Politik dan Mahasiswa karangan Philip G. Altbach, dkk. Selebihnya, novel-novel seperti Sultan Di Palermo dan Perempuan Batu karya Tariq Ali, Seratus Tahun Kesunyian karya Gabriel Garcia Marquez, Sejarah Aib karya Jorge Luiz Borgez, Mushashi karya Eiji Yoshikawa, Harimau Harimau karya Mohctar Lubis, dan satu buku lagi yang aku lupa judul dan pengarangnya telah raib dipinjam beberapa teman yang hingga kini belum dikembalikan juga.
Itu adalah prosesku menjalankan misi mencuri buku di pustaka wilayah, yang gedungnya terletak di Jalan Teuku Nyak Arif, Lam Nyong, Kota Banda Aceh. Kisaran pencurian (baca: pengambilan) buku-buku tersebut berlangsung antara tahun 2004 hingga 2009. Lalu jika ditanya, kok selama lima tahun cuma mengambil 11 judul buku saja? Itu tak lain karena dari awal syarat yang kutanamkan dalam hati ketika hendak mencuri buku adalah aku benar-benar ingin memiliki dan membaca habis buku yang ada. Dan 11 buku itulah yang menjadi incaranku selama bolak-balik ke pustaka wilayah, hingga satu waktu Rakumah memintaku untuk ikut hadir pada acaranya menikah.[]
Hahahahaha
Geuthat geupup Chok .... Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hehe
Mantap that post nya bg
Semangat Sabe bg
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih. 😁😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Jeut bg 😂
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Boleh juga ya idenya..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Udah nongol lagi, mbak. Hehehe... Apakabar?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Berasa seperti jalangkung datang dan pergi tanpa permisi,hehehee.
Alhamdullilah baik, maklum emak-emak waktunya dibagi-bagi :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Huahahahahahahasu!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
😁😅😅😅
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Khekhekhe..menurutku Itu judul seharusnya lebih tepat Memoar Seorang Penilep Buku Pustaka Pemerintah, atau bisa juga Kiat-Kiat Mencuri Buku Di Pustaka....: Memoar Seorang Penilep Buku....:D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Insyaallah, sekuel lanjutan jeut ta adopsi judul droeneuh peugah, bang. Hehehe...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahaha,,
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahahaha...sang Rakumah nyan yg keunong penyakit mimpi basah stelah meurumpok gata
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Panyang ceurita Rakumah, Di. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahaha
Menye bak pustaka baiturhman, pu neuteujeut peuget lagenyan bg? 😂😂😂😂
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Meunyo nyan teumpat teumakot teuh. Salah-salah capiek si umu udep enteuk. Haha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Patah hati, berhenti mencuri....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hana patah, bang. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @bookrak! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Jika dibaca dari postingan anda berarti anda mantan seorang pencuri dong.... Pish.. Pish
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Meudrat paleh...haaaaaa
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Paleh cit atra kana, bang Bob. Man meunyo hana ta peutimang lagee nyoe, diruwee utak teuh. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Biet keuh, watee lon jak bak Rukamah thon 2008, hana lee bukunya, rupajih bak gata, that na teuh....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Jadi droeneuh neuturi cit Rakumah nyan, bang @munaa. Bek neupeugah brat meuturi beh. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
sep paliss, hahaha....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit