Dewasa ini kebusukan para petinggi negeri baunya semakin menyengat. Mereka tak lagi konsen mengurusi rakyat tetapi konsen mengurusi diri, kelompok dan kantong kekuasaannya sendiri.
Rakyat dijadikan alas kaki, agar mereka tak terkena duri. Duri kemelaratan dan kemiskinan yang mereka takuti. Sesungguhnya apa yg mereka lakukan terlihat sangat jelas bin gamblang. Anehnya tak satupun dari para petinggi negeri baik eksekutif maupun legislatif yg berani menyatakan diri bahwa kami bersalah.
Hari ini beras naik, import garam besar besaran, konflik agraria di berbagai daerah masih terjadi, tapi seakan akan para elit negeri tak menyentuh persoalan-persoalan itu dengan hati, mereka sibuk dengan kepentingannya sendiri.
Hehehe, negeri ini bukan warisan kelompok, keluarga apalagi pribadi-pribadi. Negeri ini pemberian Ilahi yg patut dijaga dan diperjuangkan sepenuh hati.
Sungguhpun demikian, rakyat tetap bisa hidup dengan cara mereka. Rakyat bukanlah orang-orang mlarat (miskin) tetapi dimlaratkan (dimiskinkan). Namun, tak sedikitpun membuat rakyat sekarat. Karena mereka memiliki Tuhan yg Maha Hebat.
Ya, sesungguhnya yang miskin adalah yang serba kekurangan, dan yang melarat adalah yang tidak memiliki kebahagiaan. Tapi celakanya, itu bukan berlaku pada rakyat, tapi para bejatbat. Salam lempap cak!..tulisannya keren.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Siyap, dan selamat atas Magisternya Presiden Lempap. Dipikir dan ditimbang ulang, kitab Lempap memang harus diterbitkan. Hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit