Pertemuan ke-3 kelas FAMe kami laksanakan di Masjid Tuha Indrapuri, tujuannya agar dapat belajar melalui kunjungan langsung ke lokasi dengan melihat dan mendengar cerita, tentang masjid Tuha yang terdapat di Gampong Indrapuri.
Kegiatan belajar menulis di kelas FAMe chapter Aceh Besar, berbeda dengan daerah lain. Kami mengingat lokasi Aceh Besar sangat luas, bahkan 55 kali lebih luas dari Kota Banda Aceh, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh bapak Asisten III Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, DR. Syamsul Bahri, M.Si.
Karena luas Aceh Besar dan tempat wisata, situs sejarah, sehingga pelaksanaan kelas pertemuan berpindah- pindah lokasi agar semua wilayah mendapat pembelajaran menulis. Kali ini kelas FAMe chapter Aceh Besar dilaksanakan di Masjid Tuha Indrapuri.
sumber : Abrar ( Foto Lokasi Masjid Tuha Indrapuri, 2018)
Metode pembelajaran di mulai dari pemaparan sejarah oleh juru pelaksana Sarnadi, bahwasanya bangunan telah ada sejak masa kerajaan Hindu. Kemudian setelah terjadi perlawanan masa kerajaan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1636 M, bangunan bekas kerajaan Hindu didirikan Masjid dengan tujuan agar masyarakat sekitar menganut ajaran Islam.
Masjid menjadi pusat kesultanan Kerajaan Aceh Darussalam selama beberapa bulan, lalu terjadi agresi Belanda daerah tersebut berhasil dikuasai, maka pusat kesultanan dipindahkan dari Indrapuri ke Keumala atau lebih dikenal Keumala Dalam (lokasi keraton) sekarang merupakan Kabupaten Pidie.
Peristiwa bersejarah terakhir yang terjadi di dalam masjid Indrapuri yaitu penobatan. Pelantikan/ penobatan Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah pada akhir tahun 1874 M. Selanjutnya aktifitas dalam masjid digerakkan kembali oleh Tgk. Haji Ahmad Hasballah Indrapuri atau lebih dikenal dengan panggilan Abu Indrapuri.
Dayah Indrapuri berada di bawah pimpinan Tgk. Haji Ahmad Hasballah Indrapuri, pada masa itu sangat maju. Murid- murinya berdatangan dari seluruh Tanah Aceh dan luar Aceh.
Selanjutnya materi mengenai menulis yang disampaikan oleh Muhajir Al Fairusy sebagai penulis buku.
sumber : Sayed ( Foto di samping Masjid Tuha Indrapuri, 2018)
Pada masa Belanda masuk ke Aceh, minat menulis masyarakat terutama ulama Aceh mulai hilang. Dapat kita lihat tempat-tempat kegiatan belajar mengajar sudah mudah ditemukan, akan tetapi penulis kitab atau buku sudah tidak ada.
Alhamdulillah, sekarang FAMe terutama chapter Aceh Besar yang dikoordinir oleh sosok perempuan membangkitkan spirit perempuan Aceh khususnya kembali kepada peradaban Aceh masa lampau.
Menghasilkan karya seperti buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Saya akan membagikan kepada teman- teman FAMe chapter Aceh Besar, trik dalam menulis sebuah buku:
- Dimulai dari memupuk kesadaran untuk menulis
- Progress setiap tahun ada hasil karya dalam bentuk buku
- Sebelum menjadi penulis, membaca sebanyak-banyaknya. Biasakan dalam tas tersedia buku bacaan
- Bangun pada sepertiga malam salat, lalu mulailah menulis sebanyak 5-6 lembar
- Memiliki visi bahwa amalan tulisan yang telah kita hasilkan apabila kita telah meninggal menjadi amal jariyah
- Dalam menulis membutuhkan energi, sehingga bacalah buku sebelum menulis agar energi kuat dalam menulis
Muhajir menyarankan agar kami dapat membaca novel Agustinus Wibowo (seorang sastrawan), karena dengan semakin banyak membaca novel maka menulis akan semakin lebih baik dan menyenangkan. Salah satunya seperti media Kompas, yang ditulis dengan menggunakan bahasa sastra.
Sedangkan salah satu sekolah di Negara Perancis, pihak sekolah memberlakukan aturan kepada setiap siswa agar membaca 4 buku sastra dan harus tuntas bacaan tersebut. Di Indonesia sendiri peraturan seperti ini pernah dilakasanakan pada masa Soekarno.
Sesi pertanyaan :
Pak Azwir menanyakan tentang siswa yang malas membaca, bagaimana memotivasi siswa untuk membaca dan menulis?
Jawabannya :
- Beri kesadaran kepada siswa tentang manfaat membaca, munculkan kesadaran siswa untuk membaca. Dalam hal ini guru merupakan teladan, maka guru- guru yang berada di sekolah harus melakukan terlebih dahulu supaya siswa mengikuti
- Siapkan buku dimana- mana, tidak dibatasi hanya ada dalam pustaka, bisa membuat pojok baca di sudut kelas, di kantin, atau di tempat kumpul- kumpul siswa pada saat jam istirahat
- Harga buku di pasaran, toko, gramedia dan kios disediakan dengan harga murah
- Selanjutnya sering- seringlah membuat pameran buku
sumber : Sayed ( Foto di depan Masjid Tuha Indrapuri, 2018)
Pertemuan ke-3, Alhamdulillah berlangsung dengan baik dan setelah kegiatan kami peserta yang hadir berkomitmen untuk menghasilkan karya tulis tentang Masjid Tuha Indrapuri kabupaten Aceh Besar.
Demikianlah paparan yang disampaikan Muhajir, karena kesibukan beliau yang baru pulang dari Yogyakarta dan harus segera kembali menyelesaikan program Doktor di kampus UGM.
Muhajir adalah sosok pemuda sederhana, cerdas, bersahaja dan sudah lama berteman saya baru mengetahui bahwa ia adalah salah seorang dari turunan keluarga Tanoh Abee. Tempat yang pernah saya singgahi untuk menuntut ilmu agama terutama tauhid.
sumber : Abrar ( Foto Ustaz Sayed Muhammad Husen dan Muhajir Al Fairusy, 2018)
Mulailah menulis
Tidak perlu takut salah, menulis apa saja
Kuncinya hanya ada pada latihan dan sediakan waktu
Selalu belajar menulis.
Salam Literasi !!!
Semangat menulis… Semangat berbagi… Semangat berdakwah
Jika kita tak mau belajar, maka kita akan menanggung perihnya kebodohan. Semangat untuk kita semua.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Setuju...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Yes kak, menulis, menulis dan menulis
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Iya, semangat aja...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit