Dia pernah memukulku, setahun yang lalu. Saat dia mengenakan baju putih lengan panjang berdasi seperti layaknya pekerja kantoran yang padahal hanya mengikuti sesi yudisium. Ya, dia mendahuluiku, seniornya. Dimana itu menjadi pukulan tersendiri bagiku sejak kala itu.
Tadi seperempat waktu dzuha, kutemui ia di gedung rektorat kampus sayap barat dekat perpustakaan, dia sedang menunggu seperti jamur putih berdasi hitam yang tumbuh di bangku kayu belakang kampus.
Ilustrasi gambar, mbah gugel
"Aku sudah melamar ke seratus lima belas tempat. Tak ada yang mau nerima, bang." coletahnya sepolos tokoh kartun nobita itu. "Aku ke sini mau kembalikan ijazah. Ini sedang menunggu rektor selesai rapat akreditasi," sambungnya setelah basa-basi mengenai kabar.
"Apa maksudmu"? Tanyaku takut-takut aku salah paham.
Dia menjelaskan bahwa ketika lulus sekolah, sebelum masuk kuliah, kemudian dia kuliah dan sampai saat ini dia sudah lulus kuliah, melamar kerja pontang panting kesana kemari, tapi tidak juga membuahkan hasil, tidak juga terpakai ijazahnya.
"Lagipula ini ijazah baru satu tahun delapan bulan, belum juga dua tahun kan" tegasnya kemudian.
"Kamu keliru, nan!" kataku selembut isi dari tanaman lidah buaya.
"Ini kampus bukan pabrik manusia. Bahwa pendidikan adalah investasi peradaban. Ini bukan ruang pabrik atau ruang kapitalisme. Pendidikan merupakan ruang kultural, kebudayaan, tempat untuk memanusiakan manusia dan seterusnya," jelasku sebagai senior yang berpengetahuan.
"Ku urai lagi bahwa di kampus ini, lihat sekelilingnya, semuanya tertata rapi. Pelayanan, mulai dari bagian kemahasiswaan dan keuangan, ramah bukan kepalang, kan?"
"Mereka dan rumput-rumput di taman tahu persis bahwa bukan hanya melayani manusia yang harus dimanusiakan, tetapi melayani peradaban sebuah bangsa. Mereka tidak boleh menjadi seperti orde baru yang memutus dan membunuh rantai intelektual baru dengan sikap pesimis ditambah nafsu kapital." Jelasku padanya yang semakin bijak waktu itu.
"Plok!".. Suara nanda meneplok nyamuk.
Seolah ingin menghentikan laju omonganku. Ada merah darah ditelapak tangan kirinya dan seekor nyamuk yang remuk dalam kehitamannya.
"Tapi bang, ada apa dengan ilmu pengetahuan itu? Kenapa aku tidak juga mendapat kerja dan jumlah pekerjaan sedikit, padahal kampus dan penelitian-penelitian banyak dilakukan?" tanyanya seusai berurusan dengan nyamuk.
"Nanda.. Nanda., itu bukan urusan kampus atau dosen." Seru ku lagi.
"Kok bisa begitu?" tanya mantan mahasiswa yang bernama lengkap Ananda Eko Purwanto, itu.
"Kampus itu menciptakan pekerja, bukan lapangan kerja. Kalau ada yang tidak berhasil bekerja, itu kesalahan mahasiswa itu sendiri, bukan kampusnya.
Semisal tivi di rumahmu tidak bisa dipakai, yang rusak itu tivinya, bukan pabriknya." Tegasku yang tanpa sadar bisa mengeluarkan argumen sehebat itu.
"Nah, kalo tangan ini mukul bacotmu itu bang pakai sepatu yang salah sepatunya atau akunya?" Hahaha, tertawanya yang membuat aku sedikit jengkel.
Kupertahankan sikapku yang jengkel karnanya, dengan mengajak dia menunggu di kantin dekat perpustakaan sambil bercerita masa kuliah dulu, sembari menyeruput kopi dan gorengan yang disediakan, kak nah. (Seorang janda pemilik kantin tersebut).
Ringkasnya, setelah bercerita panjang lebar tentang masa kuliah dulu, yang tak mungkin ku urai semuanya disini. Sesaat kemudian, dia merogeh kantong depan celananya dan megeluarkan selembar uang kertas bergambar muka Ir.H.Djuanda Kartawidjaya untuk menyesaikan administrasi kopi dan gorengan dengan kak nah.
"Aku pernah memukulmu, aku minta maaf, bang." Ujar nanda secara tiba-tiba.
"Hah !" aku melongo.
"Iya tak masalah nan, yang lalu biarlah jadi pelajaran".
batinku, meski jengkel juga, sialan, kapan bisa kubalas langsung dengan pukulan asli. Tetapi, mengingat aku ini seniornya, ya bersikap pemaaf akan terkesan lebih mendidik.
Dia mencondongkan badannya lalu berkata; "bang, sebetulnya tujuanku kesini, ke kampus ini, bukan untuk mengembalikan ijazah melainkan aku baru mengambilnya.
Aku pun tidak memiliki masalah dengan pekerjaan".
"Lah, tadi maksudmu tidak diterima pekerjaan?" tanyaku sedikit terkejut.
"Aku hanya bergurau saja. Aku hanya ingin melihat bagaimana tanggapan seniorku tentang dunia diluar perkuliahan", sambungnya sambil tersenyum polos.
Sial. Dia cuma mengetesku. Aku terjebak dengan kepolosannya yang bagai tokoh kartun nobita itu. Sial, batinku bergumam.
Kemudian dia mengeluarkan selembar kertas berukuran 6x4 inc yang sedikit lusuh, dimana kertas itu adalah kartu nama dia yang mencatumkan nama perusahaan tempat dia bekerja.
"Ini bang, kartu namaku. Aku bekerja disini. Kalo abang belum mendapatkan pekerjaan boleh coba melamar disini. Manakala nanti aku bisa membantumu," seru junior yang wajahnya masih saja polos itu.
Alih-alih mau mengembalikan ijazah ke rektorat, ternyata dia baru mengambil ijazah yang sudah diurusnya setahun yang lalu. Dimana ditahun itu aku cuma menyaksikannya wisuda, dan aku masih saja mengejar-ngejar dosen untuk bahan propaganda.
Sebuah pukulan telak yang menghancurkan akal sehat pikiranku. Bahwasanya ijazah tidak menjamin masa depanmu. Sebuah pukulan lainnya bagiku, melampaui soal ijazah, pekerjaan, uang bahkan harga diri merogeh kantong bersoal kopi dan gorengan di kantin kak nah tadi.
Pukulan telak yang melebihi kekuatan pukulan palu thor, kurasa.
The Tree of Life, or Etz haChayim (עץ החיים) has upvoted you with divine emanations of G-ds creation itself ex nihilo. We reveal Light by transforming our Desire to Receive for Ourselves to a Desire to Receive for Others. I am part of the Curators Guild (Sephiroth), through which Ein Sof (The Infinite) reveals Itself!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by dekya11 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @dekya11! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit