Reflection - Who Exactly is Crazy? Them or Us? [ Bilingual ]

in indonesia •  6 years ago  (edited)

This article I have previously posted in the Indonesian language. For this time I want the whole world can read it, translated into English tanoa remove Indonesian language. So for the steemian who has not read it in the last post can read it now.

After yesterday I met a crazy person, I just realized that we are crazier than them.

Wednesday May 16th, 2018 to coincide with the day of the Acehnese people, I and some of my friends are about to visit patients with psychiatric illness or rough term visiting a madman at a Mental Hospital in Banda Aceh.

image

Before departing, we have prepared a little food in the form of bread and do not forget some packets of clove cigarettes for male patients. Understandably at that time the money was just mediocre, but even so we try to share it evenly, especially for patients who have aged.

When I arrived there, I was the first time to visit the surprise and my heart was really jolted, even though they crazy the sense of mercy that God entrusted to flow to the faces of those who really no one I know. Me and my friend shared the bread and cigarettes.

They could only reach out from inside the locked building, it was a very moving sight, my eyes instantly glazed, this hand trembling, not out of fear, but feeling sorry and sorry for them all. Come, you will shudder to watch it.

By Allah, for me they are very friendly. What's up here bang, there's a brother who wants to visit ...? Said one man who is able-bodied, not bang, no, we just want to visit you, no more. I say. Do you know what their answer is ?? "Thank ya bang, nobody has visited us bang, O God your very good bang". For God's sake that's their answer.

They took turns talking to us, there was another handsome young man once asked us. Soe God? Said the man, loen nyoe! While pointing to the lafadz of Allah on the wall they are streaking. Their behavior was mediocre, there was no noise before we arrived, and after we left they were mediocre, there was no fighting during our time there.

Before we came, I noticed that they were lying in a bed provided for them. Lots of patients there, from various regions. There is also a young patient, aged 17 years and over. They were also mediocre, they greeted us, they were very happy with our arrival.
From the incident above, I think that in fact they are not crazy, sometimes we are the more crazy. Just look at social media now, full of anger, hatred, deception, rape and so on.

Even recently there have been bombings by irresponsible people.

My advice, if a friend wants to visit a mental hospital, bring something for them. Because they also have the right to be happy. There is a calm there, from them we learn a lot about life.

Thus writing this simple yanh, may be useful. This paper is also dedicated to them. Those who essentially want to feel freedom. But because of illness suffered they must be confined there, like a crime suspect.

This story will be my next time. Thanks.


Warm greeting lovingly,
@djamidjalal

image

image

image

BAHASA INDONESIA

Tulisan ini sebelumnya sudah pernah saya posting dalam bahasa Indonesia. Untuk kali ini saya mau seluruh dunia dapat membacanya, dengan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris tanoa menghilangkan bahasa Indonesia. Sehingga bagi steemian yang belum membacanya pada postingan yang lalu dapat membacanya sekarang.

Setelah kemarin aku bertemu dengan orang gila, aku baru menyadari bahwa kita lebih gila daripada mereka.

Rabu 16 Mei 2018 bertepatan dengan hari meugang masyarakat Aceh, aku dan beberapa temanku hendak melakukan kunjungan terhadap pasien-pasien yang berpenyakit gangguan kejiwaan atau istilah kasarnya mengunjungi orang gila disalah satu Rumah Sakit Jiwa di Banda Aceh.

image

Sebelum berangkat, telah kami siapkan sedikit makanan berupa roti dan tak lupa beberapa bungkus rokok kretek bagi pasien laki-laki. Maklum pada saat itu uang pun hanya pas-pasan, namun meski demikian kami mencoba membagkannya secara merata, terkhusus bagi pasien yang sudah berumur.

Setibanya disana, aku yang baru kali pertama berkunjung terkejut dan hati ini sungguh tersentak, meski mereka gila rasa belas kasihan yang dititipkan Tuhan mengalir kepada raut wajah mereka yang sungguh seorangpun tak ku kenal. Aku dan temanku pun membagikan roti-roti dan rokok itu.

Mereka hanya dapat menjulurkan tangan dari dalam bangunan yang terkunci itu, sungguh pemandangan yang sangat mengharukan, mataku seketika berkaca-kaca, tangan ini gemetaran, bukan karena takut, akan tetapi merasa iba dan kasihan kepada mereka semua. Datanglah, niscaya kalian akan merinding menyaksikannya.

Demi Allah, bagiku mereka sangat ramah. Ngapain kemari bang, ada saudara yang mau dijenguk...? Kata salah seorang laki-laki yang berbadan sehat, tidak bang, tidak ada, kami hanya mau mengunjungi kalian, tidak lebih. Kataku. Tahukah kalian apa jawaban mereka?? "Terimakasih ya bang, belum ada orang yang mengunjungi kami bang, ya Allah kalian baik sekali bang". Demi Allah itulah jawaban mereka.

Mereka secara bergantian berbicara kepada kami, ada lagi seorang pemuda yang berwajah tampan sekali bertanya kepada kami. Soe Tuhan kah? Ucap pria itu, loen nyoe! Sembari menunjuk lafadz Allah didinding yang mereka coret. Tingkah mereka biasa-biasa saja, tidak ada keributan sebelum kami datang, dan sesudah kami pergi mereka biasa-biasa saja, tidak ada perkelahian selama kami disana.

Sebelum kami datang, aku memperhatikan mereka sedang tiduran di sebuah ranjang yang disediakan untuk mereka. Banyak sekali pasien disana, dari berbagai daerah. Ada juga pasien yang masih muda, berumur 17 tahun ke atas. Mereka juga biasa-biasa saja, mereka menyalami kami, mereka sangat senang dengan kedatangan kami.

Dari kejadian diatas, aku berpikir bahwa sebenarnya mereka tidak gila, terkadang kita lah yang lebih gila. Lihat saja media sosial sekarang, penuh dengan amarah, kebencian, penipuan, pemerkosaan dan lain sebagainya yang mengabarkan.

Bahkan baru-baru ini telah terjadi pemboman oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.

Saranku, jika sahabat mau berkunjung ke rumah sakit jiwa, bawalah sesuatu untuk mereka. Sebab mereka juga punya hak untuk bahagia. Terdapat ketenangan disana, dari mereka kita banyak belajar tentang kehidupan.

Demikian tulisan yanh sederhana ini, semoga bermanfaat. Tulisan ini juga ku persembahkan untuk mereka. Mereka yang pada hakikatnya mau merasakan kebebasan. Namun karena sakit yang diderita mereka harus terkurung disana, layaknya seorang tersangka kejahatan.

Kisah ini akan saya sambung dilain waktu. Terimakasih.


Salam hangat penuh cinta,
@djamidjalal

image

image

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Wowww beretus ini, semangat kawan😁😁👍

Banh Dani. Hihi
Semoga lah. Aamiin.

@resteemator is a new bot casting votes for its followers. Follow @resteemator and vote this comment to increase your chance to be voted in the future!

Banyak orang merasa bisa namun sedikit orang bisa merasa
Artikel ini mengajak kita agar bisa merasa, apa yang dialami orang laen..

Benar bang, terimaksih sudah berkunjung. Gak banyak yg dapat kami kasih, hanya salam hangat dr Singkil. Salam kenal bang.

bertoh sang, semangat kawan

Hihihi... Semangat semangat. Hee

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by djamidjalal from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.