Dalam bab saya akan mereview tentang sastra aceh, kejadian yang sama sebagai mana dengan kajian sejarah aceh yang kajiannya banyak di Tarik ke kajian melayu, sehingga aceh sendiri menjadi kering akan tentang kajiannya. Karena itu dalam kajian sastra melayu cenderung dirujuk kepada sejarah intelektual di aceh pada abad ke-16 dan 17 M. ketika aceh melawan belanda pada 1837, salah satu instrument penting yang memicu perlawanan erhadap penjajahan adalah karya sastra, syair dalam bahasa aceh ini memerikan spirit bagi pahlawan aceh ketika melawan para penjajah
Mengenai periode sartra menurut Mohd. Harum membagi kepada lima tahap. yang pertama, mereka yang menpercayai terhadap makhluk-makhluk tertentu yang mempunyai kekuatan yang luar biasa seperti yang percaya kepada roh-roh yang mendiami pohon, bukit atau tumpukan batu, gua dsb. Yang kedua, periode Hindu dimana pada saat itu orang aceh sudah mulai mempercayai Hindu bahkan meyakini pengaruh Hindu dalam sastra sangat kuat, contoh salah satu pengaruh hindu dalam sastra aceh seperti Hikayat Diwa, Hikayat Indran Budiman, dan Hikayat Indra Bangsawan, dan cuja berbagai cerita mitos lainnya yang terdapat pada masa periode ini. Yang ketiga, periode antara Hindu dan Islam pada masa ini sastra sudah mulai mengalami pembaruan dan penggeseran nilai budaya, pada periode ini juga menjadi masa dimana sastra aceh yang bernilai Hindu sudah menjadi karya sastra bercorak islam. Yang keempat, periode islam dimana sastra aceh yang mulai mengalami perubahan yang signifikasi kepada nilai Islam. Yang keliama, dimana sastra aceh yang masih mempertahankan pola ucapan tradisional sudah mulai bergerak kea rah invensional tidak terikat lagi kepada aturan-aturan statis.
Seorang sastrawan mampu menceritakan bagaimana yang terjadi ketika perang tersebut, setiap sastra yang ditulus paste mempunyai pesan yang sangat penting dan bermakna didalamnya, sastra bagi orang aceh juga sebagai pembangkitan kesadaran yang berhubungan dengan imajinasi sosial dan imajinasi kebantinan. Sastra aceh sebernanya bukanlah ingin merambah sesuatu diluar kemampuan manusia akan tetapi mengantar manusia itu sendiri supaya mampu memahami hakikat kemanusiaannya.
Sastra adalah suatu nilai kepentingan dari suatu gagasan yang dihasilkan oleh para pemikir, sastra juga merupakan ekspresi kebatinan seseorang yang kemudian ditampilkan dalam bahasa-bahasa simbolik, yang sangat dalam maknanya. Dalam kita memahami sastra kita memerlukan ilmu-ilmu bantu lainnya.
Kemudian ketika proses moderensasi dan ICT berkembang, perlahan tapi pasti gerak seni sastra diaceh mulai meredup, cerita dongen di ganti dengan sinetron ini sangat disayangkan, anak mudah diaceh mulai asing dengan seni sastra, karya-karya nadham aceh diperjualbelikan di pinggir jalan dan sepi peminat. Kondisi ini yang merubah masyarakat seni ke masyarakat non-seni, namau pecan kebudaan di aceh mulai di angungkan sejak berakhirnya perang antara GAM dan pemerintah Indonesia.Kemunculan ide-ide keacehan dalam karya sastra di aceh akan mampu membangun kembali peradaban Aceh.