MENJADI petani sekarang tidak sama lagi dengan petani zaman dulu. Jika dulu dalam kurun waktu setahun cukuplah sekali bercocok tanam, dan hasil panennya dapat dinikmati sepanjang tahun, sampai musim tanam kembali tiba. Kini bercocok tanam dua kali dalam setahun pun mulai dianggap tak cukup, karena problema dan kebutuhannya sudah semakin rumit dan kompleks.
Petani dulu, kebutuhannya tak besar-besar amat. Karena hampir semuanya mereka gantungka pada Tuhan, sang Pencipta. Mulai dari tanah yang subur, tenaga untuk mencangkul dan curah hujan untuk mengairi lahan agar bisa bercocok tanam di keesokan harinya, semua dikaitkan dengan Tuhan. Kalaupun sekali waktu, dari ketiga komponen itu mengalami masalah, maka solusi yang dikedepankan adalah kemenyan dan doa.
Ya, benar, membakar kemenyan dan selanjutnya mengiringi dengan doa. Sebab, masyarakat zaman dulu ilmu batin lebih dominan mempengaruhi hidupnya, dibandingkan dengan teknologi ilmu sains atau yang berbau teknologi sains.
Tak hanya kemenyan dan doa, mereka juga mengiringi dengan serangkai aktivitas mengevaluasi terhadap perilaku sehari-harinya. Barangkali ada perbuatannya yang keliru atau salah sehingga berbuntut murka Tuhan dan membuat panennya gagal atau menurun. Karena itu pula, aktivitas tani dulu kental dengan nilai-nilai ketuhanan.
Nah, bagaimana dengan petani di zaman ini? Petani zaman ini selain dihadapkan pada problema yang sangat rumit –khususnya dalam aktivitas pertaniaannya—juga dihimpit oleh berbagai persoalan lain. Curah hujan yang tidak lagi menentu efek alam yang semakin sakit, tanah yang sudah banyak terkontaminasi dengan racun dari proses pemupukan sebelumnya, dan pemeliharan padi yang semakin susah ditambah dengan langkanya pupuk, merupakan contoh dari ragam problema petani kini.
Rumitnya persoalan petani sekarang memiliki koherensi dengan pola perilakunya pula, yang mengedepankan ilmu sains semata. Sehinga ilmu batinnya tidak banyak lagi bekerja, dan yang dikedepankannya hanyalah ilmu sains semata.
Pola tata kelakuan untuk memulai bercocok tanam dengan membakar kemenyan dan doa tidak lagi di biasakan, bahkan membuat sesajen dalam bentuk ramuan bunga-bunga dan makanan lezat juga mulai ditinggalkan. Maka kini yang lebih berpengaruh dan diyakini oleh masyarakat tani adalah ilmu sains-nya. Sehingga selain masalahnya semakin rumit dan petani sekarang acapkali mengabaikan unsur tangan Tuhan dalam keberhasilan tanaman padinya. #nyanban
Rabu, 25 April 2018 || @emsyawall
Petani jaman Now emang gitu bro. Heheh
Selalu mengikuti perkembangan jaman.
Apa mau dikata kalo emang sudah begitu? Hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Haha btul bro @regi
Thanks tlah mengunjungi blog saya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Haha btul bro @regi
Thanks tlah mengunjungi blog saya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit