Sejak sebulan lalu, saya mulai aktivitas baru selain sebagai pewarta, yaitu relawan "Albirru" di Lhokseumawe dan Aceh Utara, sebuah komunitas kemanusiaan yang tidak terstruktur , namun sukses kompak membantu masyarakat miskin yang tidak punya hunian layak dengan cara membedah rumah mereka menjadi rumah yang layak untuk manusia.
Kami datang dari berbagai latar berlakang profesi, pedagang, akademisi, pemuka agama, pejabat, guru, jurnalis bahkan ada beberapa pengangguran yang memutuskan untuk tidak diam ketika melihat di sekitar mereka ada orang yang membutuhkan uluran tangan. Banyak dari kami tidak mampu membantu dari sisi dana, namun membantu dengan tenaga dan usaha mencari orang lain agar menderma. "Bantulah selagi mampu, bantulah semampumu" itulah motto Albirru.
Tak heran, ketika kami sedang menjalankan bedah rumah, bermacam-macam bantuan datang, ada yang menyumbang uang, material bangunan, bahkan tak jarang warga datang sekedar membawa paku, minuman atau sepiring makanan ringan untuk mengisi perut kosong.
Albirru, adalah bahasa Arab bisa bermakna kebaikan, belas kasih, kebenaran, berbuat kebajikan dan kedermawanan . Sejurus dengan makna-makna itu, relawan yang ada dalam komunitas terdoktrin membantu tanpa imbalan, bekerja siang malam tanpa pamrih, berharap semakin banyak orang tersentuh untuk membantu sesama.
Dua hari lalu, selepas siang jelang sore, saya dan teman-teman relawan duduk di jambo rumah Nek Baren di Utuen Bayi, Lhokseumawe, rumah ke sembilan yang baru saja selesai kami bedah. Saat itu disela-sela senda gurau saya membeberkan beberapa hal tentang Steemit. Saya katakan bergabung di Steemit bisa membantu kita mendapatkan keuntungan dari postingan yang kita upload.
Saya katakan juga, bergabung di Steemit itu juga bisa sebagai ajang membantu sesama, karena setahu saya sistem yang sudah ada di Steemit bisa membantu siapa saja tanpa batas jarak dan waktu. Seperti korban bencana alam, konflik, donasi untuk lembaga kemanusiaan dan untuk kegiatan sosial lainnya, termasuk seperti yang sedang kami kerjakan saat ini.
“Kenapa tidak kita membangun komunitas steemit khusus untuk membantu sesama, Steemit untuk kemanusiaan contohnya, atau kita ajak mereka yang selama ini sudah mendapat rating tinggi di steemit masuk ke dalam jaringan kemanusiaan, sehingga semakin banyak orang yang terbantu,” kata Pak Jalal seorang relawan saat itu.
Relawan lain mengangguk-angguk mendengar penjelasan itu, mungkin mereka sependapat dengan saya dan paka Jalal, bahwa banyak jalan membantu orang miskin. Tidak hanya dengan uang, barang dan tenaga saja, tapi keuntungan secara virtual juga bisa jadi sumbangan.
Diakhir celoteh ringan kami sore itu, kesimpulannya, steemit sangat tepat digiring menjadi jejaring untuk membantu sesama manusia di muka bumi ini, tanpa harus memandang sisi Ras sasaran bantua. Karena trend Steemit sudah mewabah ke seluruh negara, terutama Indonesia dengan jumlah pengguna luarbiasa banyak. Meyisihkan 1 SBD, tak jauh beda menyisihkan sedikit kekayaan kita untuk mereka yang belum beruntung.
“ 1 SBD untuk kemanusiaan..!” kataku lagi sembari mengakhiri masa rehat dan kembali dengan palu, paku dan triplek di rumah itu. Cerita ini hanya mengajak bukan memaksa, semoga bermamfaat.
Since a month ago, I started a new activity other than as a journalist, the "Albirru" volunteers in Lhokseumawe and Aceh Utara, an unstructured, yet united, compact humanitarian community helping impoverished poor people by dissecting their home into a decent home for humans.
We come from various backgrounds of professions, traders, academics, religious leaders, officials, teachers, journalists and even some unemployed who decide not to be silent when looking around them there are people who need a helping hand. Many of us are not able to help from the side of the fund, but help with energy and efforts to find others to give. "Help while you can, help your way" is Albirru's motto.
When we were running home surgery, various help came, some donated money, building materials, not even rarely people came to just bring a nail, a drink or a plate of snacks to fill empty stomach.
Albirru, is Arabic can manifest goodness, compassion, truth, do virtue and generosity. Along with those meanings, the volunteers in the indoctrinated community help without compensation, working day and night in the hope that more people are touched to help others.
Two days ago, in the afternoon, I and volunteer friends sat at the jambo of Nek Baren's house in Utuen Bayi , Lhokseumawe, the ninth house we had made. At that time on the sidelines of my joke I reveal some things about Steemit. I said joining Steemit can help us benefit from the posts we upload.
I also said, joining Steemit can also be a place to help others, because as far as I know the system that already exists in Steemit can help anyone indefinitely distance and time. Such as victims of natural disasters, conflicts, donations to institutions and for social activities, including what we are working on right now.
"Why do not we create a special steemit community to help others, Steemit for humanity, or we invite those who have been highly rated in steemit into the humanitarian network, so that more> people are helped," said Mr Jalal a volunteer.
Another volunteer nodded at the explanation, perhaps they agreed with me and Mr Jalal, that many roads help the poor. Not only with money, goods and energy alone, but virtual benefits can also be a donation.
.
At the end of the conversation that afternoon, in conclusion, steemit is aptly herded into a network to help fellow human beings on this earth, without having to look on the Ras Side target. Because the trend of Steemit has spread to all countries, especially Indonesia with the number of users extraordinary. Set aside 1 SBD, not much different set aside a little of our wealth to those who have not been lucky.
"1 SBD for humanity ..!" I said again while ending the break and returned with a hammer, nails and plywood in the house. This story only invites not forcing, hopefully usefull.
Regards @filemunir