Sebuah Negara apabila nilai ekspor lebih besar dari pada nilai Impor maka dapat dikategorikan sebagai negara yang memiliki pendapatan negara lebih besar dari pengeluaran, namun bila sebaliknya nilai Impor lebih besar dari nilai ekspor maka dikategorikan negara yang memiliki pengeluaran lebih besar dari pendapatan, dan dikategorikan pula negara yang kurang mampu mengatasi kebutuhan dalam Negri rakyatnya, memang sebuah Negara satu sama lain sangat tergantung dari kerjasama antar Negara, ada sebuah negara yang minim bahan baku namun memiliki keahlian dalam mengolahnya, sebaliknya ada negara yang melimpah bahan baku namun belum memiliki SDM yang mampu mengolahnya, dari hal inilah sebuah negara mutlak memerlukan kerja sama dengan negara lain di belahan planet bumi ini.
Alangkah hebatnya sebuah negara yang memiliki limpaha berbagai SDA dapat mengolahnya sendiri, sehingga nilai ekspor akan memiliki nilai berlipat dari segi pendapatan, dan yang lebih penting dapat mengurangi lebih banyak angka pengangguran bagi rakyatnya, karena disibukkan dengan pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi atau siap konsumsi.
Pada pengolahan bahan baku/bahan mentah menjadi bahan jadi,erat kaitannya dengan SDM, sumber daya manusia erat kaitannya dengan pendidikan, disini jelas bahwa pendidikan merupakan pondasi dasar yang akan sangat menentukan " Berkemakmuran" (rakyatnya) sebuah negara.
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan berbagai sumber daya alam, baik kekayaan migas maupun non migas, dan apabila negara ini mampu mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, tentu nilai ekspor akan sangat bertampah, sebagai pendapatan negara dan pendapatan rakyatnya / kesejahteraan rakyatnya, menyoroti niali ekspor dan Impor Negara kita Indonesia , di bawah ini kita dapat mengetahui perbandingan pendapatan dan pengeluaran atau belanja dan pendapatan negara kita Indonesia.
Nilai ekspor Indonesia April 2018 mencapai US$14,47 miliar atau menurun 7,19 persen dibanding ekspor Maret 2018. Sementara dibanding April 2017 meningkat 9,01 persen.
Ekspor nonmigas April 2018 mencapai US$13,28 miliar, turun 6,80 persen dibanding Maret 2018. Sementara dibanding ekspor nonmigas April 2017 naik 8,55 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–April 2018 mencapai US$58,74 miliar atau meningkat 8,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$53,50 miliar atau meningkat 9,27 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2018 terhadap Mare2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$416,4 juta (18,18 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar US$72,5 juta (12,59 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari– April 2018 naik 5,32 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 33,38 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 5,05 persen.
Ekspor nonmigas April 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$1,82 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,43 miliar dan Jepang US$1,39 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,95 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,39 miliar
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–April 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$10,03 miliar (17,08 persen), diikuti Jawa Timur US$6,31 miliar (10,75 persen) dan Kalimantan Timur US$5,94 miliar (10,11 persen).
Nilai impor Indonesia April 2018 mencapai US$16,09 miliar atau naik 11,28 persen dibanding Maret 2018, demikian pula jika dibandingkan April 2017 meningkat 34,68 persen.
Impor nonmigas April 2018 mencapai US$13,77 miliar atau naik 12,68 persen dibanding Maret 2018, sementara jika dibanding April 2017 meningkat 33,69 persen.
Impor migas April 2018 mencapai US$2,32 miliar atau naik 3,62 persen dibanding Maret 2018 dan naik 40,89 persen dibanding April 2017.
Peningkatan impor nonmigas terbesar April 2018 dibanding Maret 2018 adalah golongan mesin dan peralatan listrik US$315,3 juta (20,87 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar US$47,7 juta (36,55 persen).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-April 2018 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$13,92 miliar (27,28 persen), Jepang US$5,98 miliar (11,72 persen), dan Thailand US$3,45 miliar (6,77 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 20,50 persen, sementara dari Uni Eropa 9,21 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-April 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 26,09 persen, 21,86 persen, dan 31,04 persen.