Asiknya memandikan gajah di Conservation Respon Unit (CRU) Sampoiniet, Aceh Jaya (Dok. Pribadi). Source
Konflik manusia dengan gajah (elephas maximus) di Aceh sampai sekarang masih terjadi. Kasus-kasus kematian gajah umumnya terjadi di pemukiman dekat kawasan hutan. Rata-rata kematian gajah tersebut akibat ulah manusia, yaitu dengan meracuninya, terperangkap jebakan, atau mati ditembak. Lalu, salahkah gajah?
Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 41 Allah menjelaskan,”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Tahun 2017 jumlah kematian gajah mencapai 12 ekor. Kasus terbanyak terjadi di Aceh Timur. Angka kematian ini sangat besar mengingat gajah merupakan mamalia dengan masa kehamilan terlama, 18 bulan hingga dua tahun. Masa reproduksi gajah betina 4 tahun sekali setelah berumur 8-10 tahun dan kebiasaanya hanya melahirkan satu ekor.
Sekarang jumlah gajah di Aceh berkisar antara 475 hingga 500 ekor. Kelompok gajah ini tersebar di beberapa kantung habitat seperti di Lokop – Peunaron (Aceh Timur - Aceh Utara) berjumlah 200- 250 ekor, kantung habitat Bengkung – Trumon (Aceh Selatan –Aceh Singkil ) berjumlah 80 – 100 individu, Beutong (Nagan Raya) berjumlah 40 - 60 individu, Kantung habitat Ulu Masen (Aceh Jaya, Gempang, Pijay dan Aceh Barat) berjumlah 100 – 120 individu, kantung habitat Peusangan dengan jumlah 40 – 50 Individu, Pidie 20 – 30 individu. Source
Saat ini “rumah gajah” rusak akibat ulah manusia, baik itu karena pembukaan lahan baru, penebangan dan pertambangan liar, kebakaran hutan, dan yang paling mendominasi adalah perburuan liar. Perbuatan-perbuatan tersebut membuat gajah marah karena telah kehilangan tempat tinggal. Mereka terusir dari rumah sendiri.
Baru-baru ini di Aceh terjadi kejadian yang tidak kalah mengejutkan. Anak gajah liar jenis kelamin betina berumur sekitar satu tahun terperangkap jerat rusa di Pidie. Kakinya nyaris putus. Meskipun tidak ada unsur kesengajaan, tapi ini harus menjadi perhatian serius bersama. Kalau generasi gajah “muda” mati, kita tidak perlu berharap melihat gajah lagi, apalagi meraba belalainya.
Saya dan beberapa teman menemani mahasiswa asal Taiwan melihat gajah di Conservation Respon Unit (CRU) Sampoiniet, Aceh Jaya. Mereka sangat senang melihat gajah. Di tempat tinggal mereka tidak ada hewan bertubuh raksasa itu. (Dok. Pribadi) Source
Mirsnya lagi, beberapa bulan terakhir konflik gajah dan manusia meningkat (Serambi Indonesia, 18 April 2018). Dulu konflik gajah terjadi dua bulan sekali, sedangkan sekarang setiap hari. Konflik tersebut terjadi karena manusia dan gajah memiliki kepentingan di tempat yang sama. Tepatnya di perbatasan wilayah satwa dan wilayah manusia. Satwa langka tersebut turun ke wilayah warga untuk mencari makanan, selain faktor rusaknya habitat mereka.
Melestarikan gajah
Manusia dapat hidup saling berdampingan dengan gajah. Poin penting ini seyogianya tertanam dalam jiwa manusia semenjak masa anak-anak hingga kalangan tua. Toh, ketika gajah menjadi jinak, gajah tidak akan terganggu bila kita menaikinya. Bahkan usai gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004, gajah banyak membantu mencari korban dengan cara mengangkat puing-puing bangunan.
Kita dan alam saling membutuhkan. (Dok. Pribadi) Source
Oleh karena itu kita perlu melestarikan gajah. Jangan sampai anak cucu kita mengenal gajah hanya lewat buku pelajaran, tetapi tidak lagi dapat melihatnya langsung. Salah satu jenis hewan yang kini hampir tinggal kenangan adalah badak putih. Baru-baru ini, satu dari tiga ekor Badak Putih terakhir di dunia mati. Mudah-mudahan nasib Badak Putih tidak terjadi pada gajah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan gajah.
Pertama, menghentikan perburuan liar. Para pemburu gajah mencari gading gajah yang harganya selangit untuk dijual. Untuk mencegah perburuan ini maka Pemerintah harus bekerja sama dengan masyarakat. Luasnya area hutan Aceh membuat jangkauan Pemerintah menjaganya terbatas. Pemerintah harus senantiasa mengajak masyarakat berpartisipasi, di samping menambah personil polisi hutan.
Kedua, menjaga kelestarian hutan Aceh. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 170/Kpts-II/2000 yang diterbitkan 20 Juni 2000, luas hutan lindung di Aceh 1.844.500 hektare. Sementara itu, luas hutan konversi sekitar 1.066.733 hektare. Hutan merupakan “rumah” bagi gajah. Di sana gajah tinggal dan mencari makanan. Rusaknya hutan membuat persediaan makanan menipis dan mereka terpaksa turun ke perkebunan warga. Hasilnya adalah konflik antara manusia dengan gajah.
Ketiga, memperketat izin usaha membuka perkebunan baru di kawasan hutan dan pertambangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa membuka area perkebunan sama dengan memperkecil area hutan sebagai habitat gajah. Apalagi kalau membuka perkebunan sawit. Seperti diketahui gajah suka makan pelepah. Jadi, ketika makanan di hutan menipis, mereka akan memilih ke area kebun itu. Sedangkan pertambangan di daerah hutan sejatinya juga sama. Apalagi sekarang, banyak perusahaan-perusahaan tambang mengabaikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Kita bagian dari alam itu sendiri. (Dok. Pribadi) Source
Dan yang terakhir adalah mengampanyekan pentingnya menjaga kelestarian gajah melalui media sosial seperti steemit, facebook, youtube, dan sebagainya. Kita perlu menggerakan masyarakat di jagat maya sekreatif agar masyarakat dunia sadar bahwa lingkungan harus lestari. Kehidupan manusia dan hewan sendiri sangat bergantung kepada alam. Menjaga alam sama dengan menjaga habitat-habitat di dalamnya.
Yes, lengkap sudah penyebabnya, semoga Gajah dapat eksis kembali
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hehehe..semoga ya Kak @rahmayn
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kadang pemburu liar tidak hanya memburu gajah, namun juga polisi hutannya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wah, bahaya kali kok..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wah, fotonya keren. Gajahnya kasih restu gitu ya. Semacam film india.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hehehe..
Terima kasih, Kak @betterperson
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit