How to be a Good Speaker?

in indonesia •  7 years ago  (edited)

IMG20180510142200.jpg
Clara Jessica sedang tampil berpidato

Saya masih ingat betul pengalaman pertama menjadi presenter di depan khalayak. Sebelas tahun lalu. Di sebuah acara lomba modeling anak-anak yang dibuat event organizer tempat saya baru-baru bergiat ketika itu. Sebenarnya tugas menjadi master of ceremony bukan jatah saya, tapi karena sesuatu hal saya malah ditodong di lokasi acara untuk menjadi MC. Waktu itu acaranya dibuat di Barata Dept Store Banda Aceh. Ada puluhan mata yang menyaksikan, umumnya adalah orang tua dari anak-anak usia SD/sederajat yang mengikuti lomba modeling tersebut.

Saya juga masih bisa rasakan betapa gugupnya saya hari itu. Suara rasanya seperti tercekat. Keringat dingin bermunculan. Kaki bagai terpaku di lantai, mau bergerak susahnya minta ampun. Menjadi presenter tidaklah mudah, kita ditantang untuk tampil kreatif agar suasana bisa lebih hidup. Apalagi acara yang dibawa adalah lomba modeling, syukurlah pesertanya ketika itu cuma anak-anak. Saya juga sangat terbantu dengan adanya musik pengiring, sehingga suara cempreng saya tidak menjadi suara tunggal yang harus didengar oleh pengunjung.

Setahun setelah itu saya mulai bergiat di sebuah komunitas wirausaha. Di komunitas inilah saya intens mengasah berbagai keterampilan diri. Mulai dari belajar teknik-teknik public speaking, mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian, manajemen waktu, hingga belajar cara tersenyum. Sederhana memang, tapi semua itu sangat bermanfaat ketika saya mulai memasuki dunia kerja secara profesional. Di sinilah saya menyadari betapa pentingnya kita berkomunitas, banyak hal yang bisa kita dapatkan selain hanya untuk 'senang-senang' karena kesamaan ide dan pikiran.

Sejak saat itu, tampil di depan khalayak menjadi aktivitas yang menyenangkan buat saya. Tantangannya adalah bagaimana komunikan (penerima pesan) bisa memahami apa yang kita sampaikan. Dan setiap kali selesai tampil saya selalu mengusahakan agar bisa mendapatkan umpan balik dari performa saya tadi. Buat saya, saat saya tampil itu sebenarnya saya yang sedang belajar. Belajar mengatasi kegugupan, belajar menguasai forum, belajar mengatur intonasi suara, hingga belajar melucu karena saya bukan manusia sanguinis.

IMG20180510153444.jpg
Andi dan Zahra

Rabu pekan lalu, saya mengikuti kelas mingguan yang dibuat Forum Aceh Menulis (FAMe) seperti biasanya. Hari itu topik yang diangkat mengenai teknik public speaking dan menghadirkan pakarnya yaitu Saifuddin Bantasyam, dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. FAMe ini komunitas literasi yang unik, meski secara nama yang digunakan adalah 'menulis', namun dalam praktiknya bukan hanya teknik kepenulisan saja yang diajarkan. Semua hal yang berkaitan dengan praktik literasi menjadi bagian dari kurikulumnya, misalnya teknik berbicara di depan khalayak ini. Karena pada dasarnya semua hal dan topik punya keterkaitan dengan dunia literasi yang mencakup dua hal penting yaitu menulis dan membaca.

Menariknya lagi, hari itu Pembina FAMe Yarmen Dinamika menghadirkan Clara Jessica. Gadis bermata sipit ini merupakan siswa kelas 1 SMA Methodist Banda Aceh, pemenang juara pertama lomba pidato se-Aceh yang dibuat salah satu instansi. Dalam waktu dekat dia akan mewakili Aceh untuk ajang nasional. Clara diberi kesempatan untuk berpidato selama lima menit, kemudian Pak Saifuddin akan memberi koreksi atas penampilannya. Dalam waktu singkat itu Clara membawakan pidato bertema peran pemuda dan bonus demografi di Indonesia. Selain Clara juga ada duo krucil yang tampil hari itu, mereka adalah Andi dan Zahra.

IMG20180510144228.jpg
Saifuddin Bantasyam sedang menjelaskan teknik berbicara di depan khalayak

Saya tidak akan menceritakan apa isi pidato Clara, melainkan ingin menjabarkan apa yang disampaikan Pak Saifuddin terkait dengan tugasnya sebagai korektor. Poin-poin yang disampaikannya bisa menjadi catatan penting bagi siapa saja yang ingin menjadi public speaker. Saya sendiri banyak belajar hari itu, banyak informasi baru yang saya dapatkan. Sekaligus membuat saya kian tertantang untuk mempraktikkannya. Apa saja-poin-poinnya, berikut empat hal penting yang sempat tercatat oleh saya ketika itu:

1. Intonasi

Intonasi adalah ketepatan penyajian tinggi rendahnya nada suara seseorang ketika ia berbicara di dalam forum. Penting bagi seorang pembicara untuk menyesuaikan intonasi suaranya dengan jumlah hadirin. Apakah ia sedang berpidato di depan banyak orang, atau hanya presentasi di ruang kecil di hadapan segelintir orang. Jangan sampai terdengar seperti orang berteriak ketika melakukan presentasi di depan beberapa orang. Sebaliknya, saat berpidato di depan banyak orang jangan sampai terkesan seperti sedang berbisik-bisik.

2. Speed

Layaknya mengemudikan sebuah kendaraan, kita juga perlu mengatur speed atau kecepatan suara saat tampil di depan publik. Jangan berbicara terlalu cepat atau lambat sehingga bisa memengaruhi antusiasme dan fokus audiens. Saat presentasi kita dianjurkan untuk melakukan engagement dengan audiens agar terjalin hubungan emosionalnya.

Salah satu bentuk engagement ini adalah melakukan kontak mata dengan audiens. Dalam praktiknya, kontak mata ini bisa dilakukan secara individual maupun blok (misalnya dalam satu baris peserta di sisi kiri/kanan/depan pembicara). Jika ada blok audiens yang tidak dipedulikan oleh si pembicara, itu artinya dia sudah gagal. Bloking audiens ini juga berfungsi untuk mengantisipasi feedback negatif dari audiens pada speaker.

3. Hook

Sebuah presentasi memerlukan hook atau pengait sebagai perantara untuk membangun interaksi awal antara komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan. Hook ini bisa berupa syair, kutipan, data statistik, atau anekdot yang berfungsi untuk memberi kenyamanan pada audiens. Selain itu juga bisa menjadi trik untuk sharing nervous atau berbagi kegugupan antara si komunikator dengan komunikan. Namun yang perlu diketahui hook ini haruslah ada hubungannya dengan topik yang akan disampaikan.

4. Body Language

Hal yang tak bisa diabaikan dalam sebuah kegiatan pidato/presentasi adalah body language (bahasa tubuh). Anda perlu tampil seluwes mungkin, gunakan gerakan-gerakan tangan untuk mengilustrasikan isi materi yang disampaikan. Jika Anda menyampaikan materi dalam posisi berdiri, jangan pernah hanya berdiri di satu titik dalam durasi waktu yang sangat lama. Ini akan membuat Anda tampak seperti patung dan bisa menimbulkan feedback negatif dari audiens.

Feedback ini bisa dengan mudah didapatkan seorang komunikator dalam sebuah presentasi, namun tidak bisa didapatkan dalam pidato. Umpan balik yang bisa didapat misalnya berupa interupsi, pertanyaan, atau apresiasi yang disampaikan audiens atau performa si komunikator/presenter.

Itulah empat hal penting dalam praktik berbicara di depan khalayak atau public speaking. Saifuddin Bantasyam juga memberikan beberapa kiat lainnya, tapi akan saya ulas di postingan berikutnya demi efektivitas. Selamat mencoba ya.[] :-)

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

.

@farhannaqvi7, don't spam here please....

Tar kl ksi meetup or ada event, kalian dong yg muda muda nge host... Jgn asik yg tuir2 ajaaaa... Jengahhh haha

Aduhhhhh angkat tangan kalau itu permintaannya, aku di luar itu aja hahahahahah

Ulasan yang sangat bermanfaat kak Ihan, ditunggu tips keselnjutnya👍

semoga bisa dipraktikkan ya, Zulfa...

Aamiin, tpi memang susah x kak, didepan kawan sndiri aja keringat dingin, ga kebyang nnti didepan dosen kek mana 😁

Pasti bisa.... Asah dulu dengan one by one...

Sip kak Ihan 😊

Ima pernah belajar tentang publik speaking sekitar satu bulan lalu,dlam acara pelatihan kader perempuan.
Tulisan k ihan selalu enak di baca.

ayo diasah terus Ima...

Itu adek yang bilang Prof botak ya? Hehe

Hahaaa iyaaaaa

Ternyata kak @ihansunrise pernah jadi MC untuk acara anak2. Kayaknya boleh disewa untuk jadi MC nanti ne waktu ada acara di TPA. Hahahaha😆

Itu tahun 2007, Yell dan tok sekali hahahaaha.....

Dulu waktu kuliah sering jadi public speaking. Namun kini lebih nyaman menyampaikan via tulisan, capek ngomong apalagi kepribadianku melankolis.

Iya sih Bal, cuma kalau ada kesempatan untuk menjadi speaker kenapa enggak ya kan? itung-itung belajar jadi sanguin dikit hahha

Iya kak.. Tadi aku kalo dikasih kesempatan, Jadi kebablasan banyak ngomong. Hahaha