Ada satu tulisan lama yang saya tulis hampir tiga tahun yang lalu, merenungi geliat hidup dan tingkah orang-orang sekitar, waktu cepat sekali berlalu, rasanya baru kemarin saya kembali dari merantau mencari ilmu, rasanya baru kemarin saya tertawa dan tenggelam dalam debat dan diskusi ilmiah yang kini sangat dirindukan atmosfirnya.
Setelah saya membacanya kembali, saya pikir tulisan ini masih sangat relefan untuk saat ini;
Ada hal penting yang saya pelajari selama hampir tiga tahun menetap di sini, setelah hampir 10 tahun merantau di luar daerah dalam rangka belajar dan menuntu ilmu.
Pertama yang saya lihat bahwa kampung dan kota itu jelas sangat berbeda. Dari segi kehidupan sudah berbebeda, dari segi penyebaran informasi juga berbeda. Kalau dulu di kota, mudah rasanya mendapat informasi seputar seminar atau workshop, baik itu yang berbayar ataupun yang gratis, mudah rasanya untuk memilih kemana tempat yang akan dituju, pilihan itu banyak, tinggal diri kita sendiri yang memilih dan menentukan. Mau belajar dan mencari ilmu atau hanya sekedar berhura-hura saja menghabiskan waktu yang sebenarnya adalah sedikit dan terbatas.
Tentang waktu itu sendiri saya teringat perkataan Asyahid Imam Hasan Al-Bana yang berkata bahwa waktu yang kita miliki lebih sedikit dari kewajiban yang kita miliki.
Kalau di sini, rada susah untuk mendapatkan hal-hal seperti di atas. Kajian-kajian ilmiah jarang diselenggarakan di sini, kalaupun ada cuma sebatas untuk kalangan tertentu saja, dan itu pun dengan alasan supaya dapat sertifikat lalu bisa untuk naik pangkata atau jabatan.
Kedua, saya sering bertanya apa sebenarnya ketertarikan masyarakat(usia produktif) di sini, apa saja yang menjadi fokus besar mereka, sering saya duduk di warung kopi melihat dan mencermati apa sebenarnya yang sedang mereka bicarakan, apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hidup ini, hal-hal yang sering sekali saya tanyakan pada diri sendiri pada saat saya merenung.
Saya melihat ada kecendurangan untuk saling membanggakan, entah itu cuma prasangka saya atau memang begitu adanya. Polanya sederhana, pergi merantau untuk kuliah(belajar), pulang dengan mengandalkan ijazah untuk mencari kerja, menikah, lalu menetap dan kalau memang berhasil menjadi pegawai negeri sipil, mereka akan berpenampilan rapi dan elegen. lalu apa? Seperti ada rasa kejenuhan dalam rutinitas keseharian akhir-akhir ini. Sepertinya tidak ada hal baru di sekitar sini, untungnya internet masih diakses.
Ah semoga ini hanya renungan dan pemikiran saya saja sambil menunggu mata mengantuk. (disadur dari blog pribadi)
Tulisan-tulisan singkat hasil renungan yang ditulis bertahun-tahun lalu kadang membuka kembali nalar dan inspirasi, tak jarang menjadi peningat di saat lupa.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
jangan merenung guru di warkop hehee
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hi, @iqbaladan!
You just got a 0.54% upvote from SteemPlus!
To get higher upvotes, earn more SteemPlus Points (SPP). On your Steemit wallet, check your SPP balance and click on "How to earn SPP?" to find out all the ways to earn.
If you're not using SteemPlus yet, please check our last posts in here to see the many ways in which SteemPlus can improve your Steem experience on Steemit and Busy.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit