Pantaskah Ilmuwan "Atheis" Masuk Syurga?

in indonesia •  7 years ago  (edited)

Menuntut ilmu itu bisa menjadi salah satu cara menaikkan derajat kemanusiaan, apalagi kalau ilmunya bermanfaat bagi kehidupan. Bahkan, termasuk mulia bila mati dalam proses mendalami ilmu. Bisa dibilang mendapat fisabilillah, berjuang di jalan Allah, bila subjek yang dimaksud mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasulullah.

images.jpeg
Source

Bagaimana dengan ilmuwan Atheis, yang tidak menganggap adanya Tuhan, pantaskah masuk syurga?

Banyak karya mereka yang hingga kini menjadi landasan penemuan spektakuler. Kita sepakati saja, produknya bermanfaat.

Saya jadi teringat dengan si uwak stephen hawking, yang kini dikenal karena teorinya mengenai big bang sangat menyita perhatian para ilmuwan dunia. Dia hanya satu dari sederet nama beken dari dunia ilmuwan yang telah berkontribusi dalam membangun dunia berilmu. Hanya saja, mereka tidak beragama.

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
(Q.S Al-anbiya:30)

Di sinilah letak keingkaran manusia itu. Sudah tahu dunia ini tidak abadi tapi angkuh dengan pengetahuan yang dimiliki. Guru saya dulu sering berkata, ilmu yang kita punya ibarat setetes air yang dijatuhkan ke samudera. Tidak perlu dihitung, cukup abaikan saja saking kecilnya.

Sepintar-pintarnya manusia juga tidak akan bisa menciptakan kehidupan baru tanpa kuasa sang kholik. Tidak pula mennghindari mati meskipun hanya sedetik. Bahayanya lagi adalah menghabiskan waktu hidup dalam urusan yang tidak berfaedah serta tidak mengakui adanya sesuatu yang lebih besar pengaruhnya terhadap kita, yaitu Tuhan.

images-1.jpeg
Source

Padahal, menurut Ust. Zakir Naik, selevel bunda theresa dan Abu Mahatma Gandhi yang luar biasa berjasa bagi banyak kalangan saja tidak masuk syurga. Alasannya sederhana, mereka tidak menganggap Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Bedanya, beruntung bagi kita yang telah mengenal qur'an. Tentu saja, kitab suci inilah yang terlebih dahulu turun ke bumi menjelaskan asal-mula kehidupan. Jadi, meskipun sumbangsih bagi orang lain tidak besar, ini bisa diimbangi dengan takwa sebagai syarat masuk syurga.

Tulisan ini terbesit dari pikiran saya tadi siang. Saya, seorang guru sains, merasa sedikit kesulitan dalam menghayalkan teori abstrak tanpa contoh nyata. Saya tidak ingin menggabungkan hasil pemikiran falsafah manusia dengan agama. Karena pengetahuan tauhid saya tidak kuat. Yang pasti, hukum yang paling adil itu dirangkai oleh sang kholik. Tidak pantas diurusi oleh mahluk ciptaan-NYA.

Jadi menurutmu teman, pantaskah?
Menurut saya jawabannya "hanya Allah yang Maha Mengetahui".

Terima kasih sudah membaca.
Salam pendidik.

image

Referensi:
1

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!