Menjadi jurnalis memiliki tanggungjawab yang sangat besar kepada masyarakat luas, mereka setiap hari menyajikan berbagai informasi yang memang selalu dibutuhkan masyarakat. Pers merupakan sebagai pilar keempat demokrasi, banyak peran para insan pers dalam membangun negera indonesia sejak masa penjajahan Belanda hingga sekarang.
Walaupun berada di luar sistem politik formal, keberadaan pers memiliki posisi strategis dalam informasi massa, pendidikan kepada publik sekaligus menjadi alat kontrol sosial. Karenanya, kebebasan pers menjadi salah satu tolok ukur kualitas demokrasi di sebuah negara.
Jurnalis juga dilindungi Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Hasil karya jurnalis merupakan suatu kebutuhan publik di seluruh penjuru dunia, maju dan mundurnya sebuah negara sangat berpengaruh dari peran pers atau jurnalis.
Tentunya dalam menghasilkan karyanya itu tidak terlepas dari pada kode etik jurnalistik, artinya harus berpegang etika profesi kewartawanan. Tujuannya adalah agar wartawan bertanggungjawab dalam menjalankan profesinya yaitu mencari dan menyajikan berita yang kredibel atau terpercaya serta berimbang.
Selain itu, menjadi seorang jurnalis juga harus memiliki standar uji kompetensi, tujuannya adalah untuk melahirkan wartawan profesional. Untuk Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dapat digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sedangkan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) diselenggarakan pihak Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. Kedua oraganisasi itu merupakan wadah bagi para wartawan untuk melakukan bermacam program untuk kepentingan publik, terlebih bagi anggotanya apabila tersandung suatu kasus maka senantiasa memberikan perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Pers tersebut.
Untuk mencapai kelayakan menjadi seorang jurnalis, memang sungguh melelahkan dan tidak semudah yang dibayangkan. Pada dasarnya banyak dari kalangan jurnalis yang ingin mendapat sertifikasi kompetensi wartawan, hanya saja sebahagian jurnalis belum mendapat kesempatan yang tepat untuk meraih capaian tersebut. Karena jika sudah mendapat sertifikasi dimaksud, maka nama seorang jurnalis itu akan tertera dalam daftar Dewan Pers Indonesia.
Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) ada tiga jenjang, yaitu jenjang Muda, Madya dan Utama. Ketiganya itu tergantung bagaimana kapasitas seorang jurnalis dalam menentukan pilihannya, juga berdasarkan berapa tahun sudah berpengalaman dalam dunia kewartawanan serta beberapa prasyarat lainnya untuk bisa mengikuti uji kompetensi tersebut.
Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman saya, untuk mencapai itu semua sungguh rumit dan bagaimana susah payah sebelumnya atau pada awal permulaan terjun ke dunia jurnalis. Jujur bahwa saya tidak menyangka bisa meraih capaian itu, jauh dari bayangan saya yang sebelumnya berpikir tidak mungkin mampu menembus nama ke tingkat Dewan Pers dan mustahil bagi saya.
Awal mulanya saya bergabung dalam komunitas wartawan, pada tahun 2014 lalu saya sempat mengikuti kursus dibidang ilmu jurnalistik di Sekolah Basri Daham Journalism Institute (BJI) yang diadakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe. Saat itu saya juga masih berstatus sebagai mahasiswa di Fakutas Ushuluddin Adab, dan Dakwah (FUAD) kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh yang kini beralih status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe. Jurusan sesuai dengan bidang yang saya tekuni pada saat itu, walau sudah belajar banyak hal mengenai ilmu jurnalistik selama di kampus, tapi saya merasa kurang puas sehingga beriktikat untuk memperdalam lagi ilmu di bidang tersebut.
Saya merasa tertarik memasuki sekolah ekstrakurikuler itu ketika ada seorang dosen yang mengajar mata kuliah ilmu jurnalistik investigasi di fakultas saya, beliau berbagi pengalamannya selama menjadi seorang reporter/jurnalis dulu, banyak kisah beliau yang bisa diambil untuk dijadikan motivasi hidup khususnya bagi calon jurnalis pemula.
Pada sela-sela itu, beliau juga menyarankan bagi mahasiswa yang berminat memperdalam ilmu jurnalistik, juga bisa dilakulan di luar kampus dengan cara bergabung ke salah satu komunitas sekolah jurnalis. Itu merupakan kabar gembira bagi saya bahwa beliau memberi informasi tentang Sekolah Basri Daham Journalism Institute (BJI), mendengar kabar itu saya semakin semangat belajar dan terus mencari informasi mengenai perihal tersebut. Pada akhirnya saya menemukannya dan rasa senang pun seakan menyinari bagi kehidupan saya. Tidak menunggu lama lagi maka saya memutuskan untuk bergabung ke sekolah dimaksud, sampai saya berhasil meraih sertifikat sekolah bidang jurnalistik.
Hasil dari sekolah BJI tersebut, saya berkesempatan untuk bisa bekerja di salah satu media massa menjadi sebagai jurnalis. Perjuangan saya tidak sia-sia dan membuahkan hasil apa yang saya inginkan dari sebelumnya, namun upayanya tidak hanya berhenti disitu, juga terus mencari peluang bagaimana saya bisa menerobos suatu oraganisasi jurnalis secara resmi khususnya di wilayah Kota Lhokseumawe. Ternyata AJI Lhokseumawe saat itu membutuhkan jurnalis muda untuk menumbuhkan kader masa depan, maka saya pun segera mengisi formulir guna mendaftarkan diri kepada AJI supaya menjadi bagian keluarga besar AJI Lhokseumawe.
Syaratnya adalah harus mendapat rekomendasi dari lima orang senior jurnalis diruanglingkup AJI. Akhirnya setelah itu saya resmi menjadi anggota AJI Lhokseumawe terhitung sejak 2015 hingga sekarang dan seterusnya mudah-mudahan.
Tepat pada 14-15 Oktober 2017 lalu. AJI Lhokseumawe menyelenggarakan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) di Hotel Lido Graha Lhokseumawe, saya bersama puluhan rekan jurnalis senior lainnya turut mengikuti serangkaian kegiatan penting itu, ketika itu rasa ketegangan dari raut wajah masing-masing para jurnalis sangat terlihat dan tidak bersemangat. Namun ketegangan itu menghasilkan nilai sangat memuaskan yang diuji oleh mentor senior dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta.
Oleh karenanya, sehingga saat ini saya sudah memperoleh Sertifikat Kompetensi Jurnalis (SKJ) yang dikeluarkan langsung oleh Dewan Pers Indonesia. Tentunya saya tidak terlalu berbangga diri atas apa yang saya dapatkan, ini merupakan hanya bagian pengalaman saya selama menjadi seorang jurnalis, bagi saya untuk mendapat suatu ilmu itu sungguh berharga yang tidak bisa dibanding secara finansial. Walau demikian, saya juga masih perlu mempelajari banyak hal lain tentang ilmu jurnalistik bagaimana menjadi seorang penulis yang baik dan benar, supaya hasil karya yang nantinya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat luas.
Terima kasih banyak kepada Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, salam satu jurnalis...
@jealson..!!!