Hari ini (23.05.18), saya mendapatkan kesempatan menjadi pembicara yang diselenggarakan oleh FAME Chapter Banda Aceh tentang Fenomena Radikalisme bersama Psikolog Aceh, yaitu Ibu Nurjannah. Beliau adalah psikolog kawakan di provinsi Aceh. Tidak ada yang tidak kenal Ibu Nurjannah. Acara ini dimoderatori oleh Bapak Yarmen Dinamika, wartawan senior Harian Serambi Indonesia. Acara ini dihadiri oleh anggota FAME Chapter Banda Aceh. Tampak ada Saifuddin Bantasyam, Adi Warsidi, Sulaiman Tripa, Zulfata, Nani HS, Fairus M.,dan Abu Teuming. Teristimewa juga hadir juga Kadis Arpus Provinsi Aceh, Dr. Wildan A. Saya pun didaulat untuk menceritakan mengapa seseorang menjadi seorang pelaksana bom bunuh diri dan fenomena teroris.
. ![image]()Saya hanya menceritakan bagaimana pengalaman saya dalam menekuni kajian Gerakan Keagamaan di Asia Tenggara. Cerita ini memang nya berkutat pada pemindahan pola-pola rekruitmen di kalangan kelompok teroris. Pengalaman dengan PUPJI, milik Jema'ah Islamiyyah pun saya kupas. Kemudian, bagaimana pola rekruitmen dan latihan mereka selama di Mindano. Setelah itu, dikupas juga tentang former terrorist fighter yang kembali dari medan perang.
Di sini saya lebih menekankan pada aspek HVE (Homegrown Violent Extremism) atau HT (Homegrown Terrorism) yang berasal dari rumah tangga. Asumsi ini ingin dikatakan bahwa fenomena radikalisme dan ekstrimisme dibangkitan dari keluarga terdekat, terutama keluarga inti. Cerita tentang HVE dan HT ini akan terus membaha, manakala keluarga tidak mampu mengontrol diri mereka pada guyuran informasi yang sampai ke rumah tangga. Saya pun telah membahas masalah ini di dalam postingan sebelumnya.
Intinya, banjir informasi dari alam maya ke rumah tangga terkadang mampu merubah cara berpikir dan perilaku anggota keluarga tersebut. Bahkan, kehadiran game-game yang dimainkan oleh anak-anak pun turut mendukung perilaku-perilaku negatif. Karena itu, gejala orang tua tidak kenal anak, menurut salah seorang peserta, Saifuddin Bantasyam, akan membuat semakin banyak hal-hal negatif yang terjadi di dalam rumah tangga, akibat terpapar dari pengaruh luar rumah.
Peserta juga mempertanyakan bagaimana keadaan perguruan tinggi di Aceh. Apakah sudah ada yang terpapar oleh gejala radikalisme. Di sini memang tidak serta merta dijawab "iya" atau "tidak, melainkan perlu pengkajian mendalam tentang topik ini. Karena melalui riset, dapat diketahui skala mana sudah perkembangan radikalisme di perguruan tinggi di provinsi Aceh.
Dalam kesempatan ini, Ibu Nurjannah memperkenalkan self healing, supaya seseorang tidak terpapar dari terorisme. Para peserta diajarkan metode self healing secara gratis. Ini lebih banyak mengondisikan diri sendiri melalui konsep-konsep atau motivasi dalam ajaran agama. Setelah itu, ada gerakan-gerakan yang harus diikuti. Sayang, saya tidak punya otoritas untuk menceritakan secara detail.
Koleksi Anggota Fame
Mantap prof kba
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Makacih.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wah, seru pertemuam kali ini ya Pak. Banyak pakar yang hadir dalam diskusi kali ini.
Sayangnya saya nggak bisa ikut.😥
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Serunya, kami diajarin self healing oleh Ibu Nurjannah. Beliau memang psikolog kawakan.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Materi diskusi yang menarik, ditinjau dari perspektif psikologis dan artropologis, dan disajikan oleh pakar di bidangnya. Diskusi berakhir pada kesimpulan saya, bahwa keluarga/ rumah tangga menjadi pintu masuk utama radikalisme.
Tabek untuk prof KBA dan ibu Nurjannah Nitura.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Benar Bang. Namun, sekarang keluarga malah menjadi bagian dari pengembangan sel sel baru....makasih Bang.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit