Assalamualaikum kawan – kawan stemit semua...
Pada postingan ini saya akan mereview buku karangan bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad ( bapak KBA) yaitu buku Acehnologi voleme(3) tiga, yang dimulai dengan bagian kelima (Fondasi Peradaban Acehnologi) yang terdiri dari lima bab yaitu :
BAB 22 KERAK PERADABAN ACEH
Pada bab ini kita diajak untuk mengenali kembali atau membuka kembali kesadaran masyarakat Aceh mengenai peradaban Aceh. Perlu kita ketahui bahwa Aceh masih belum bergerak secara aktif untuk keluar berbagai persoalan, hampir setiap episode sejarah setelah kemerdekaan tepatnya pada abad ke-17 Aceh selalu dihinggapi konflik atau tragedi berdarah yang selalu melihat manusia sebagai aktor utama. Tidak sedikit menganggap bahwa Aceh telah menoreh satu penggal peradaban yang tidak dapat dilupakan oleh siapapun.
Aceh mulai disibukkan untuk menerima sistem bepikir yang tidak lagi mengekar pada spirit keAceh-an. Akibatnya, ketika spirit ke-Aceh-an tidak lagi muncul, maka negeri Aceh sangat mudah untu dutaklukkan. Walaupun secara fisik, Aceh tidak pernah berhasil dikalahkan oleh penjajah, namun secara mental, Aceh telah mengalami proses penghilangan secara sistematis sumbu kesadaran peradaban.
Memang peradaban Barat sangat mendominasi sejarah dunia . Manusia memaksimalkan kemampuan intelijensi untuk membangun peradaban baru yang bersifat mekanik, yang berarti untuk mengukur keberhasilan dari sebuah peradaban diharapkan mampu dijawab oleh kemajuan teknologi. Manusia sekarang sangat disibukkan dengan planetary civilization (peradaban planet) diantaranya yang termasuk ke dalam planetary civilization yaitu yang pertama, keberadaan internet yang digunakan ke arah negatif.Kedua, keberadaan bahasa Inggris yang diikuti oleh bahsa Cina sebagai bahasa planet.
Ketiga, kebangkitan kelompok menengah dimana mereka tidak mengedepankan peperangan, agama, dan moral, tetapi kestabilan politik dan sosial serta adanya barang-barang yang dapat dikonsumsikan kepada konsumen. Keempat, kekuatan ekonomi menjadi agenda baru bagi kesuksesan suatu bangsa.
Kelima, kebudayaan planet ini mulai bangkit yang dapat dilihat dari kebudayaan anak muda, film-film, fashion, dan makanan. Keenam, polusi tidak lagi dibicarakan pada tingkat nasionalatau regional, melainkan sudah menginternasional. Ketujuh, perang akan terus muncul, namun isunya akan lebih diarahkan pada persoalan demokrasi. Dari penjelasan diatas, nampak bahwa planetary civilization merupakan hasil kreasi pemikiran manusia pada abad ke-21 yang merupakan hasil dari peradaban pada era modern di Barat. Dan tepatnya manusia sekarang telah diporandakan ole peradaban Barat.
Maka dari untuk menemukan kembali peradaban Aceh ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain: pertama, menemukan kembali aspek-aspek yang menhidupkan kosmologi Aceh. Kedua, membina jaringan intelektuan untuk menyatukan vivi dan misi mengenai arah masa depan Aceh dalam tiga bidang yang telah memberikan spirit jati diri orang Aceh yaitu Islam, budaya, dan ilmu pengetahuan. Ketiga, menggerakkan alam pikir orang Aceh dari romantisme sejarah ke pencarian spirit-spirit dalam setiap episode sejarah Aceh.keempat, membuka mata hati dan batin terhadap kemampuan peradabanlain yang sedang menggerakkan kekuatan spiritual mereka ke Tanah Aceh.
BAB 23 JEJAK SPIRIT ACEH
Makin hari jejak spirit Aceh semakin menghilang sedikit demi sedikit , diganti dengan budaya baru yang lebih modern. Apalagi spirit Aceh, memang tidak lagi menghasilkan sistem berpikir dalam kehidupan kebudayaan Aceh. Hal ini dikarenakan sesuatu yang bersifat spirit tidak mampu diterjemahkan ke dalam realitas kehidupan nyata masyarakat. Sehingga spirit Aceh seolah-olah telah hilang ditelan masa. Contohnya seperti kata krue seumangat, yang dikatakan pada saat kita buang nasi atau pada saat anak kecil terkejut, yang kata-kata itu sangat dilestarikan oleh ibu-ibu atau orang yang lebih tua.
Namun pada anak muda sekarang ini sudah jarang yang mempratikkan hal yang demikian, malah mereka tidak mengetahui tentang budaya seperti itu, dikarenakan masa yang sudah modern. Karena pengalaman saya dikampung ketika ada orang tua yang melarang cucunya atau anaknya untuk melakukan sesuatu. Misalnya ada seorang nenek bilang sama cucunya “bek sampoh broh tengeh magrib seumaloe” ( jangan nyapu waktu magrib semaloe), namun cucunya itu tidak memerdulikannya sampai dia mengetahui alasan yang logis kenapa hal itu tidak boleh dilakukan, Itulah yang menyebabkan spirit terdahulu hilang ditelan masa.
Orang Aceh dalam menggali aspek-aspek fondasi spirit Aceh sanagat berkaitan dengan aspek ruang dan waktu, dimana rakyat Aceh menjalankan fungsi sejarah kemanusiaan mereka. Proses penyemaian spirit Aceh di dalam konteks kekinian tidak mudah, hal ini disebabkan ketiadaan upaya untuk melakukan transformasi mengenai kekuatan yang abstrak yang muncul di dalam masyarakat Aceh. Falsafah materialis yang telah meracuni pikiran orang Aceh, menyebabkan mereka tidak puas atau bersyukur terhadap apa yang mereka peroleh, mereka ingi lebih dan lebih. Dan pula disebabkan kerena tidak ada lembaga khusus yang menawarkan bagaimana pengkajian secara serius mengenai spirit Aceh.
Di Aceh suatu spirit sangat tergantung pada tingkat spiritualitas seorang ulama di kawasan tersebut. Sehingga, aura kampung lebih banyak diwarnai oleh otoritas dan kewenangan dari pada ulama tersebut. Dahulu kala, apa yang dikatakan oleh ulama, pasti diikuti oleh rakyat. Oleh karena itu, spirit yang menjaga rakyat Aceh adalah spirit Islam. Bahkan beberapa ulama yang memiliki kelebihan seperti keuramat, cenderung dipandang “wali” bagi suatu daerah. Sangat berbeda dengan jaman sekarang, masyarakat saat ini apa yang dikatakan oleh ulama tidak langsung diikuti namun menyaring terlebih dahulu benar atau tidak dan tidak kental lagi spirit islamnya, di karenakan orang sekarang sudah pada modern karena perkembangan zaman. Sehingga membuat masyarakat menjadi tidak teratur lagi dan membuat orang Aceh cenderung memiliki energi negatif.
BAB 24 JEJAK BUDAYA ACEH
Aceh memang menjadi provinsi yang sangat bersejarah bagi pembentukan Indonesia. Ada teori yang menyebutkan bahwa Islam datang ke Aceh langsung dibawa dari Arab. Kta Aceh mengandung empat kebudayaan besar dunia yaitu Arab, Cina, Eropa dan Hindia, yang telah mengalami pengubhan selama ratusan tahun. Keberadaan budaya Aceh yang ternyata telah terjadi proses penyatuan berbagai budaya besar dunia, namu budaya Aceh sendiri tidak mampu bertahan sebagai piring peradaban bagi orang Aceh.
Pengaruh agama dalam kebudayaan aceh seperti agama kristen, Hindu, Budha yang prakteknya masih dapat dijumpai dalam masyarakat yang memahaminya sebagai budaya atau adat istiadat, namu praktik itu bukan dipahami sebagi agama. Dengan demikian walaupun kristen juga berpengaruh dengan kebudayaan Aceh, namun mengenai tradisi Kristen telah banyak mengalami pergeseran karena kuatnya dominasi ajaran Islam yang juga punya pengaruh yang sangat kuat terhadap Eropa. Sehingga Kristen kemudian banyak dipandang sebagi “kafir” bagi orang Aceh, disamping sebagai penjajah yang diwakili oleh Portugis dan Belanda.
Budaya merupakan makna yang muncul dari bentuk dan isi, sedangkan agama merupakan makna yang bersatu dalam bentuk dan isi budaya. Jadi, memang sulit bagi kita untuk memisahkan, mana budaya yang kita alami sehari-hari , sebab dia telah bercampur dengan agama yang kita anut. Ada juga yang berpendapat bahwa budaya adalah sistem dari ide-ide. Roger M. Keesing menampilkan tiga pendekatan dalam melihat budaya dari sistem ide-ide yaitu, budaya sebagai ilmu pengetahuan, budaya sebagai sistem struktural dan budaya sebagai sistem simbolik. Jadi, dapat dipastikan bahwa untuk memahami konteks kebudayaan Aceh yang telah mengalami proses Arabisasi sangatlah rumit. Sebab persoalan pengalaman beragama untuk mencapai ultimate reality telah berhenti kajiannya pada pengalama Hamza Fansuri pada abad ke-17.
Untuk memahami budaya Aceh, maka yang perlu dilakukan upaya dari perspektif ‘irfani yaitu apa yang dipikirkan oleh orang Aceh mengenai cara hidup mereka. Di dalam sejarah, kebudayaan Aceh memang tidak akan lepas dari hubungan dengan Timur Tengahatau AsiaSelata, namun keotentikan budaya Aceh bisa terus dicari, supaya kita mampu melihat dimana titik terakhir pengeruh budaya dari kawasan ini kekawasan Aceh. Titik terakhir yang dimaksud adalah dimana bisa disebut Serambi Aceh, walaupun pada dasarnya Aceh sendri dikatakan sebagai Serambi Mekkah.