PEMBIDANGAN ILMU DALAM ACEHNOLOGI

in indonesia •  7 years ago 

Lanjutan resume acehnologi volume dua

IMG_20180725_063606.JPG

BAB 16 FILSAFAT ACEH

Ada empat hambatan dalam menggambarkan apa yang di maksud dengan filsafat Aceh. Pertama, upaya untuk merekonstruksi gagasan atau ide orang Aceh selama ini belum sampai pada tahapan membangun suatu bidang kelilmuan yang kokoh, seperti halnya kajian-kajian filsafat yang sudah mapan, seperti filsafat Barat, dimana cenderung melihat Yunani dan Romawi sebagai rujukan utama. Kedua, ketika dijadikan suatu kajian yang mendalam untuk membangun fondasi metafisika bagi filsafat Aceh, tampaknya tidak ada tokoh atau intelektual dari Aceh yang begitu dikenal di kalangan peminat kajian filsafat.

Ketiga, hambatan secara konseptual. Dalam studi filsafat, istilah –istilah kunci lebih banyak merupakan hasil tradisi intelektual di Eropa. Sehingga, istilah-istilah yang muncul dalam masyarakat non-Eropa, kerap dicari padanannya dalam bahasa-bahasa Eropa. Tidak hanya itu, beberapa istilah terkadang sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain, karena dapat menghilangkan makna dan substansi dari bahasa asli. Keempat, hambatan terhadap pengteoritisasian ilmu-ilmu di Aceh. Dewasa ini, kajian filsafat yang merupakan langkah awal untuk membangun teori-teori ilmu pengetahuan, memang bukan ranah tradisi ilmu yang sudah berkembang selama ratusan tahun di Aceh.

Harus diakui bahwa dalam Islam, ketika berdiskusi tentang filsafat, kerap bersentuhan dengan persoalan dan dimensi spiritual. Dengan kata lain, filsafat dan tasawuf, terkadang agak susah dibedakan. Di Barat, kajian kefilsafatan cenderung pada spektrum untuk mengingkari adanya Tuhan dan peran-Nya di dalam kehidupan manusia. Sekian modern sebuah pemikiran filsafat, semakin jauh manusia dibawa dari Tuhan. Sebaliknya di dalam Islam, semakin dalam pemikiran kefilsafatan seorang filosof Muslim, semakin dekat manusia di bawa kehadapan Tuhan.
Untuk mengetahui filsafat Aceh maka perlu dilakukan: pertama, perlu dilihat kembali tradisi berpikir orang Aceh sejak dahulu kala hingga hari ini. Dalam studi Acehnologi telah di jabarkan bagaimana tradisi dan corak berpikir model Aceh. Kedua, tidak boleh menafikan adanya pertemuan ilmu dan ideologi orang Aceh dengan sumber-sumber pengetahuan yang ada di luar Aceh. Di Aceh, suka atau tidak, ideologi memainkan peran inti di dalam setiap episode sejarah. Ideologi merupakan gagasan-gagasan yang sudah melekat pada diri seseorang, sehingga dia memegang ide tersebut sampai dia mampu bergerak atau memiliki standar tingkah laku.

Ketiga, tidak boleh diabaikan pula pola pendidikan orang Aceh yang sudah melebarkan diri mereka, dari proses mengenali diri sendiri hingga mendapatkan sebanyak mungkin materi. Proses perubahan cara berpikir tersebut tentu saja dilandasi oleh suatu wawasan mengenai kehidupan yang dijalani oleh orang Aceh sendiri. Keempat, tidak dapat diabaikan pula kemampuan untuk mendeskripsikan identitas keacehan di tengah perngumulan identitas yang ada di Nusantara. Persoalan identitas di Aceh merupakan salah satu masalah yang mengantarkan cara pandang orang Aceh sebagai bangsa teulebeh. Artinya, perasaan superior yang kemudian diikat oleh inferiotas identitas keindonesiaan, juga memberikan dampak di dalam memahami falsafat Aceh.

BAB 17 SOSIOLOGI ACEH

Ilmu sosiologi ini sudah lahir pada abad ke-18 M, penjelasan Aceh melalui ilmu sosiologi telah dimulai pada awal orde baru. Adapun penjabaran Aceh secara Antropologi, telah dimulai sejak zaman penaklukan oleh Belanda. Sosiologi lahir ketika ada beberapa peristiwa yang saling terkait. Paling tidak ada lima kekuatan besar yang memunculkan kelahiran ilmu ini. Pertama, dampak revolusi Perancis pada 1789 dimana munculnya para teoritikus untuk merumuskan pengaruh-pengaruh dari peristiwa tersebut. Mereka berupaya untuk menata kembali mesyarakat peristiwa tersebut dengan teori-teori ilmu sosial.

Kedua, revolusi industri dan kemunculan kapitalisme. Proses borjuisi masyarakat Barat ini telah memaksa para teoritikus untuk menemukan teori dari perpindahan masyarakat petani pada masyarakat industri yang di gerakkan oleh mesin dan uang yang berbuah pada kapitalisme. Ketiga, kemunculan sosialisme. Walaupun ini melahirkan pemikiran komunis, tetapi yang paling sering dimunculkan adalah sosialisme muncul dari akibat revolusi industri. Keempat, proses urbanisasi yang terjadi akibat dari revolusi industri, dimana masyarakat beramai-ramai menyerbu kota untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Kelima, keempat proses tersebut ternyata telah memiliki pengaruh pada religiusitas masyarakat Barat. Karena itu, hampir semua teoritikus awal sosiologi memiliki perhatian yang amat mendalam pada kajian agama dalam kehidupan sosial. Jadi, lima hal besar inilah yang melahirkan teori-teori dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi. Artinya, ada gerakan dari masyarakat Barat terutama dalam hal mencari penghidupan yang lebih baik.

Kata sosiologi pertama kali ditemukan oleh Comte pada tahun 1822. Terlebih dahulu Comte menggunakan istilah fisika sosial, yang merupakan pengaruh dari natural science yang berkembang saat Comte hidup. Pada awalnya sosiologi di tangan Comte lebih memfokuskan pada struktur sosial dan perubahan sosial. Membahas teori dalam sosiologi pada prinsipnya sama seperti dalam ilmu tafsir, dimana konsep harus dijabarkan sesuai dengan tingkah laku barikut dengan alasan-alasan pembenarannya.

Ada beberapa istilah kunci atau pendekatan dalam sosiologi yaitu: fungsionalisme atau kadang disebut dengan sosiologi evolusi, interaksi simbolik dan sosiologi interpretatif, termasuk di dalamnya teori aksi, sosiologi Marxis dan teori Konflik, sosiologi formal, fenomenologi sosial dan etnometodologi, strukturalisme dan poststrukturalisme. Sebagaimana istilah yang muncul dalam teori ini yaitu fungsi. Disebutkan bahwa fungsionalisme muncul dalam kajian sosiologi dan sosial antropologi yang menjelaskan institusi sosial dalam bentuk fungsi yang mereka mainkan.

BAB 18 ANTROPOLOGI ACEH

Ada beberapa hal yang perlu di pahami dalam melihat tradisi riset di Aceh. Setiap sarjana internasional datang ke Aceh, mereka pasti akan menghubungi sarjana lokal, baik sebagai supir, riset asisten, maupun sebagai penerjemah. Mereka bekerja bisa jadi karena bangga bergaul dengan orang kulit putih, ingin studi lanjut di luar negeri, tidak bisa menolak karena sudah dihubungi jauh-jauh hari, ada harapan-harapan materi khususnya mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap di Aceh. Diskusi dan interaksi secara personal akan muncul antara sarjana lokal dan sarjana internasional.

Kajian antropologi dengan kedatangan orang asing ke tempat-tempat tertentu merupakan dua mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Terlepas dari cara dan upaya orang asing menetap di Aceh, namun strategi mereka hampir mirip dengan pengalaman para antropolog ulung pada zaman perang duniaI dan II. Demikianlah beberapa penggal bagaimana Aceh ditulis dan didatangi oleh para peneliti dan wisatawan asing pada era kontemporer. Banyak juga hal positif didapatkan dari hasil penelitian oleh peneliti luar. Mereka mapan secara teori maupun materi. Adapun peneliti lokal sebaliknya, mereka miskin teori dan materi. Kalaupun ada yang sudah mapan secara materi, biasanya tidak terlalu suka untuk masuk pada ranah teori-teori keilmuan terkini.

Untuk itu kajian antropologi Aceh, ingin menerik lebih jauh lagi, mengenai kebudayaan yang dihasilkan oleh rakyat Aceh, hingga mampu bertahan dari setiap kepungan, baik dari Belanda maupun dari Republik Indonesia. Hampir dapat dipastikan, bahwa para antropolog, terutama generasi awal tidak dapat memisahkan diri mereka, sebagai peneliti kebudayaan, untuk kepentingan negaranya. Antropolog Aceh berusaha untuk membangun kembali pemahaman kebudayaan Aceh dan juga semangat orang Aceh didalam proses “carrrying their own cultures to other places and cultures”. Budaya merupaka unsur penting dalam penelitian antropologi.salah satu tugas Antropologi Aceh yaitu untuk melakukan penerapan teori-teori ilmu tersebut yang berbasiskan spirit Aceh untuk menganalisa budaya Aceh.

Konsep –konsep kebudayaan masyarakat Aceh, baik didalam bentuk abstrak maupun sudah menjadi simbol-simbol di dalam kehidupan sehari-hari. Basi antropologi Aceh adalah Islam. Jika basis kajian-kajian Antropologi di Eropa untuk kepentingan kolonial dan Kristiani, maka antropolodi Aceh bukan ingin meneruskan konsep-konsep antropologi yang bersifat membela tindakan-tindakan kolonialisme dan penyebaran keyekinan Kristen. Namun, antropologi Aceh berkeinginan untuk membedah apa saja yang muncul di sistem kebudayaan Aceh jika dari kacamata Acehnologi.

Salah satu fungsi dari antropologi Aceh adalah menggali sistem cara pandang masyarakat Aceh kemudian dipantulkan pada konteks kekinian. Setelah menekuni antropologi sebagai salah satu bangunan dalam pembidangan ilmu Acehnologi, maka tahap selanjutnya adalah menelaah tentang sastra Aceh.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!