Judulnya saya buat sengaja keren, tapi pada praktiknya saya hanya ingin mengajak melakukan shortcut saja. Pesan yang ingin sampaikan adalah pahami dengan baik semua tujuan-tujuan kita. Bagi anda yang sudah merasa empot-empotan, tinggal di penampungan dan sedang proses ke Taiwan pertama kali, mungkin membayangkan yang serba indah di Taiwan. Dan memang banyak yang indah kok!
Untuk memahami Taiwan, lihatlah pasar tradisionalnya
Salah satu pasar Tradisional itu bernama Pasar Pagi Yonghe yang terletak di lembah sungai. Di sana dijual berbagai kebutuhan dasar; sayur mayor, buah-buahan dan lain-lain. Kualitas buah-buahan di Taiwan hampir merata baiknya, baik yang di jual di mall maupun yg di kaki lima. Berbeda dengan di Jakarta dimana mencari buah yang berkualitas tidak lah gampang. Misal, ada Pasar Pisang di Jakarta Barat. Tetapi jika diamati, banyak sebagian yang dijual adalah pisang-pisang muda yang dipaksa matang dengan karbit, kelihatan dari pucuk buahnya yang ramping memanjang. Jika anda ingin mendapatkan buah pisang yang benar-benar baik matang di pohon misalnya, ya cari di kampong.Di Pasar Yonghe juga tersedia berbagai ubi-ubian yang sangat menawan; kimpul, gembili, gembolo, tales, uwi ireng dan lain-lain. Produk itu tersedia dengan ukuran jumbo dan bersih. Tetapi jangan pernah mencari pete, jengkol, buah salam dan ceplukan di sana karena tidak akan pernah ada. Bahkan, ketela pohong yang jadi favorit PMI susah sekali didapatkan, apalagi thiwul, gathot, geplak, gandiyem dan sejenisnya. Sebagian besar yang belanja ke pasar tersebut adalah usia dewasa menuju tua. Anak local remaja dan muda jarang sekali ke situ kecuali PMI atau anak-anak mahasiswa dari Indonesia, salah satunya.
Pasar Loak Yonghe
Di dalam Pasar Yonghe juga tersedia pasar loak semodel Pasar Senthir Yogya atau Pasar Uler Jakarta. Di Pasar tersebut dapat ditemukan segala pernik barang bekas termasuk pakaian. Lapak pakaian bekas ini ternyata ramai juga dikunjungi oleh warga local baik pria atau wanita. Harganya cukup murah, mencapai 100 NT dua potong. Jika saya amati, konsumen lapak pakaian bekas justru warga local. Setiap karungan pakaian ditumpahkan, sibuk sekali mereka memilih dan memilah. Bagi yang terpepet secara finansial, Pasar Yonghe bisa jadi pelarian sekaligus cuci mata. Saya paling senang melihat barang-barang bekas patung-patung, alat masak, alat pertanian, buku-buku kuno dan lain-lain. Dengan melihat itu semua, saya seperti melihat cerita masa lalu mereka. Di pasar itu saya juga berharap dapat menemukan berlian bekas yang dijual. Sayangnya saya tidak pernah dapat.
Tiga tahun yang lalu, para penjual hanya menempati lapak-lapak yang disediakan. Sekarang, jalan menuju pintu masuk pasar sudah penuh para pedagang barang-barang bekas. Bahkan, minggu yang lalu sudah dapat ditemui penjual sayuran ala kadarnya di luar area pasar hingga memakan lokasi parkir yang tersedia. Andaikan pemerintah setempat tidak tegas, pasti area parkir sudah dikapling untuk lapak juga kayaknya.
Yea,, that's true..
Alhamdulillah..
Matursuwun Pak Mawan,, jadi bisa lebih berpikir luas, tepo saliro, tidak mengedepankan ego sendiri. 🙏
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit