Kutatap lekat-lekat negeriku dari balik jendela. Begitu subur dan kaya, hamparan hijau membentang dengan segala keindahannya. Matahari pun nampak bahagia selalu memberikan terang, bahkan gelap yang ada selalu terhapus dan hilang tepat pada waktunya.
![IMG-20190607-WA0019.jpg](https://steemitimages.com/640x0/https://cdn.steemitimages.com/DQmeUVMFWDRdwRAjdnsE6kYzga6tKAw44JPdo3MV1RXPUuc/IMG-20190607-WA0019.jpg)
Keluh kesah soal situasi dan kondisi Indonesia saat ini, sudah bukan lagi seperti momen-momen saat meneguk kopi pahit, tetapi sudah seperti nafas yang tidak berhenti hingga memang dihentikan oleh Yang Maha Kuasa. Keinginan saya untuk bisa berhenti sejenak memikirkannya, pergi berlibur dan menikmati alam tanpa ada beban pun tidak sanggup saya penuhi. Kepala terus berpikir, hati terasa penuh, dan jantung terus juga berdegup kencang. Begitu banyak suara-suara yang terdengar dan ingin saya tuangkan, hingga liburan pun saya isi lagi dengan menulis dan menulis. Kepulan asap dan kopi tidak putus menemani saya bicara.
"Mengapa Indonesiaku menjadi hancur begini sih, Kak?".
" Pedihnya melihat negeriku saat ini, hancur lebur semuanya. Kacau!".
"Bagaimana mau maju kalau keadaan seperti ini terus. Kami orang yang di bawah harus bagaimana, Kak?!".
Untuk menangis, saya juga sudah tidak mampu lagi. Air mata ini terlalu kering, habis terkuras pada malam-malam yang sudah lalu. Apa yang terjadi saat ini, sudah seperti sebuah buku yang tertulis sebelumnya. Persis seperti apa yang diucapkan oleh bintang pencuri hati saya, "Semua kejadian-kejadian ini seperti sebuah buku. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Ulama dan rakyat kembali dijadikan korban. Jelaskan bila saya salah".
![IMG-20190607-WA0015.jpg](https://steemitimages.com/640x0/https://cdn.steemitimages.com/DQmPauNy2W65bLvrvi5jmimbaRGaPdQ53KUxxy55FJvMtX2/IMG-20190607-WA0015.jpg)
Kata-kata yang pernah saya tulis dan uraikan sejak tahun 1997 terus muncul setiap kali saya melihat apa yang terjadi. Ada getir yang masih menggores, andai saja apa yang saya tulis bertahun-tahun lalu dibaca sebagai senyuman termanis persembahan bagi negeri, mungkin kita tak perlu menghadapi semua ini. Memang tidak mudah untuk menerima pemikiran yang berbeda, apalagi untuk menganggapnya benar. Lebih mudah meyakini dan menganggap apa yang diyakini benar oleh banyak orang, meski sadar penuh belum tentu benar. Namun, saya tak mau menyesalinya, mungkin memang prosesnya harus demikian bila ingin ada perubahan untuk lebih baik. Manusia boleh berencana, Allah juga yang menentukan.
Konspirasi dalam politik tidak hanya di bidang politik seperti yang kita lihat begitu saja. Politik bukan hanya urusan partai, pemilu, dan politisi. Politik adalah soal kehidupan, di mana semua faktor dalam kehidupan ini dipengaruhi dan mempengaruhi politik. Politik adalah cara untuk mencapai tujuan, dan apa sebenarnya tujuan itu?! Jika tak disadari sepenuhnya, maka hanya mereka yang menyadarinyalah yang akan terus berkuasa dan yang lain tetap akan menjadi bola yang terus ditendang agar gol bisa tercipta dan membuat mereka bahagia.
Entah bagaimana lagi juga saya harus bicara. Kitab-kitab suci, para Nabi, dan ulama-ulama besar sudah ada di hadapan dan ajaran-ajaran bahkan contohnya pun sudah diberikan Allah, namun mengapa belajar itu begitu sulit?! Apakah ini sebabnya Allah selalu menekankan bahayanya kesombongan dan menganjurkan kerendahan hati serta bersyukur selalu?! Tidak ada yang bisa benar belajar bila angkuh, sombong, dan selalu mengeluh, menuntut, dan banyak alasan. Tidak berani untuk mengikuti suara kebenaran, lebih takut dengan apa kata orang untuk membenarkan diri.
Jangan pernah bilang tak peduli, karena bila kepedulian itu hilang, maka tidak akan ada ilmu yang bisa didapat. Ini yang selalu saya dambakan dari rakyat Indonesia yang sangat saya cintai. Apapun keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, para politisi, dan orang-orang yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan kita dan masa depan. Kita memang hidup dan makan sendiri, bukan dari mereka, namun jerih payah dan keringat kitalah yang menjadi gaji dan membayar semua tunjangan serta kenikmatan fasiltas yang mereka gunakan. Kitalah pimpinan mereka, bukan mereka yang seharusnya semena-mena. Mereka sudah kita berikan hak, dan adalah kewajiban merekalah untuk memberikan hak-hak kita semua.
Belajarlah dari sejarah, siapa yang sebenarnya paling berperan dalam menggapai kemerdekaan pada tahun 1945? Apakah mereka yang berpolitik praktis dan berebut kekuasaan serta jabatan itu? Ataukah para ulama dan rakyat yang dengan tulus ikhlas memberikan semuanya tanpa pamrih?! Mengapa dianggap wajar bila dalam politik itu harus ada pamrih?! Memangnya siapa yang memberikan segala anugerah dan rahmat pada Indonesia? Sanggupkah membalas budi kepada Allah? Bagaimana bila Allah itu tidak ikhlas dan menuntut balas budi? Sanggupkah kita membalasnya?!
![IMG_20190606_092131.jpg](https://steemitimages.com/640x0/https://cdn.steemitimages.com/DQmWv3QNe7Mv5ye7HR3Rv1zYh83Uh2WJ1aHATnM7F61fXBN/IMG_20190606_092131.jpg)
Ingin saya berkata, "Sudahlah!", tapi hati saya tidak bisa melakukannya. Saya akan tetap berdiri tegar meski badai di hadapan mata sekalipun. Seperti yang selalu saya ucapkan, "Di antara segala hewan, aku adalah harimau. Di antara segala burung, aku adalah Garuda. Di setiap tentangmu, aku adalah rindu. Aku memilih menjadi matahari, malam, dan mimpi hanya karena cintaNya. Ya, hanya karena Allah".
Saya tidak akan pernah menyerah.
Ranca Buaya, 6 Juni 2019
Salam hangat selalu,
Mariska Lubis
Takkan mampu balas budi Nikmat yg Allah berikan ,hanya dengan kedipan mata saja, bila seluruh umur manusia di jumlahkan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Jangan perna menyerah,tetap semangat
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama kak. Saya pun sedih melihat indonesia skrg.
Sbg rakyat biasa, hanya bisa bantu doa..
Smg keadaan akan membaik
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama kak. Saya pun sedih melihat indonesia skrg.
Sbg rakyat biasa, hanya bisa bantu doa..
Smg keadaan akan membaik
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit