Tentang Blockchain Dan Sistem Ekonomi Islam (Bagian 4)

in indonesia •  5 years ago 

Banyak yang bingung dan ragu dengan teknologi blockchain ini, dan dapat dimaklumi. Internet pun butuh waktu lebih dari 30 tahun untuk orang benar memahami cara menggunakan dan mengembangkannya. Kartu ATM, debit, dan Kartu Kredit yang sejak tahun 1970’an sudah biasa dipakai di dunia Barat pun baru booming di Indonesia setelah masuk tahun 2000-an. Bukan hal aneh dan harus menjadi sebuah ketakutan yang berlebihan bila lagi-lagi Indonesia ketinggalan, sebab keinginan masyarakatnya sendiri untuk belajar dan benar maju bisa dikatakan masih kecil. Minat baca dan kualitas daya baca yang rendah, ditambah dengan masalah birokrasi di bidang pendidikan menghambat laju perkembangan pengetahuan dan pendidikan. Bahkan untuk kelas perubahan politik ekonomi yang sudah ada di berbagai kampus ternama di luar negeri pun, di Indonesia sepertinya tidak benar ada. Silabus untuk pendidikan ekonomi digital saja rasanya sudah terlalu tertinggal bila masih belum juga ada kelasnya.

nas meet up.jpg
1st KSI National Meet Up yang diikuti sekitar 150 peserta yang datang dari berbagai wilayah Indonesia pada bulan Februari 208 lalu. KSI adalah wadah bagi komunitas pengguna media sosial berbasis blockchain Steemit.com

Salah kaprah pengertian soal Blockchain pun bukan hal yang aneh, bahkan barangkali para pakar ekonomi sendiri belum mengenalnya dengan baik. Kebanyakan hanya tahu soal Bitcoin dan trading uang kripto, dan ini menjadi tantangan sendiri bagi saya pribadi untuk memberikan ilmu soal ini. Kebanyakan berpikir bahwa saya hendak melakukan promosi uang kripto sebagai investasi dan mengajak trading, ini adalah kesalahan besar.

Yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana teknologi blockchain ini bisa dipakai dan diterapkan sebagai sebuah sistem ekonomi yang lebih baik bagi masa depan, untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi yang ada saat ini. Tentunya sistem desentralisasi ini sangat berbeda dengan sistem sentralisasi yang kita kenal dan terapkan selama ini, namun bukan berarti tidak mungkin diterapkan. Seperti yang saya juga sudah bicarakan dalam video saya ini : https://steemit.com/threespeak/@mariska.lubis/sjwybhqb. Toh, semua adalah pilihan. Tidak akan ada yang sanggup membendung teknologi, ini hanya masalah waktu, apakah kita mau bersiap sedini mungkin atau terlambat lagi seperti biasanya hingga “gelagapan dan rugi” sendiri kemudian.

Idealnya, di dalam membangun sebuah sistem ekonomi, ada kerjasama yang baik antara pemerintah, pengusaha, dan seluruh rakyat. Kerjasama ini akan menguntungkan semua pihak, sebab akan lebih mempercepat laju dan perkembangan ekonomi itu sendiri. Beban yang selama ini menjadi masalah bisa diselesaikan bersama dan tidak perlu lagi ada alasan dengan segala dalil pembenarannya untuk melakukan berbagai kesalahan. Seperti korupsi contohnya, bila sistem keterbukaan yang diterapkan dengan teknologi blockchain ini benar digunakan, dan semua bekerjasama, maka bukan sebuah kemustahilan bila negeri kita terbebas dari korupsi. Menangkap dan memenjarakan para koruptor terbukti tidak mengubah keadaan menjadi lebih baik, diperlukan sistem yang lebih baik bila benar ingin menghapus korupsi. Transparansi yang menjadi kelebihan dari teknologi blockchain bisa digunakan sebagai solusi, bila memang pemberantasan korupsi ini bukan hanya sekedar wacana dan seolah-olah.

Dapat dipastikan akan ada banyak sekali pertimbangan dari pemerintah untuk menggunakan sistem desentralisasi dengan menggunakan blockchain ini, apalagi sebagai sebuah “disruptive technology” maka bisa membuat kacau dan memberikan masalah baru bila salah menerapkan dan menggunakannya. Berbagai kepentingan lain pun harus dipertimbangkan terutama akan ada kehancuran di dunia perbankan dan keuangan, karena tidak ada lagi kekuasaan terpusat, kekuasaan dipegang dan dikendalikan sepenuhnya oleh rakyat, terutama di bidang ekonomi yang memberikan pengaruh besar di segala bidang, termasuk politik dan kekuasaan. Namun bagaimana semua ini bisa dihindari bila bahkan World Bank dan berbagai Bank Central serta lembaga-lembaga keuangan lainnya di luar sana sudah mulai mencoba beralih sistem dengan menggunakan blockchain ini? Meskipun masih dicari penerapan yang paling idealnya, namun kehadiran dari blockchain ini tidak bisa dihindarkan.

Facebook yang sejak awal menolak kehadiran blockchain pun, sekarang mencoba melakukan peralihan dengan meluncurkan koin Libra. Meskipun bagi saya pribadi, masih “banci” atau tidak sepenuhnya ingin melakukan perubahan sistem, namun bila tidak sesegera mungkin beralih maka akan tertinggal, apalagi laju perkembangan media social berbasis blockchain seperti steem blockchain dengan Steemit.com atau 3speak.online (pengganti youtube) tidak bisa dihalangi. Keadaan ekonomi yang kian buruk di dunia ini memang mendorong masyarakat dunia untuk mencari solusi, dan bukan hanya berkutat pada masalah serta sistem yang sudah ada, yang terus membuat masalah semakin banyak, besar, dan meluas.

Hendaknya pemerintah waspada dan cepat tanggap akan kehadiran teknologi blockchain ini. Jangan sampai juga masih ada salah persepsi soal blockchain, sehingga dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab dan mencari keuntungan sendiri. Ada banyak sekali orang yang sudah tertipu oleh mereka yang “berjualan koin dan mengajak trading” terutama dengan Bitcoin dengan iming-iming investasi menguntungkan dalam waktu singkat, padahal tidak demikian. Investasi jangka pendek dan ketamakan ambisi mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat yang menghancurkan masa depan dari blockchain itu sendiri. Persepsi yang dibentuk saja sudah membuat banyak yang enggan mempelajarinya dengan serius, sementara banyak orang asing di luar sana yang berusaha mengembangkannya dan mengambil keuntungan dari “kebodohan dan ketidaktahuan” berbagai pihak di Indonesia, termasuk pemerintah, pengusaha, dan rakyat.

1st ksi nat meet up.jpg

Ada banyak yang bisa dilakukan dengan menggunakan sistem teknologi blockchain ini, dan sangat menguntungkan. Tidak berarti harus selalu dengan meluncurkan koin baru, bermain dengan uang kripto dan melakukan trading. Bahkan ada yang disebut dengan “centralized-decentralized management”, yang bisa digunakan hanya untuk internal sebuah perusahaan/organisasi. Sistem ini bisa membantu internal perusahaan mengetahui kinerja karyawan dengan lebih efisien, mengajarkan kejujuran, dan meningkatkan efektivitas serta kreativitas karyawan. Belum lagi soal pengelolaan data, sehingga tidak ada yang bisa melakukan manipulasi dan berbagai kecurangan, serta efisiensi di dalam pengeluaran. Bahkan bila selama ini promosi dianggap sebagai aktivitas pengeluaran, maka dengan sistem blockchain ini malah bisa dijadikan investasi untuk mendapatkan keuntungan promosi dan keuntungan secara financial.

Di dalam hal pembangunan dan menjaga asset-asset negara, blockchain sangat bisa diandalkan. Tentunya bukan dengan adaptasi dan copy paste sistem yang sudah ada dan dibuat, namun dengan membuat sebuah sistem yang baru, di mana algoritmanya dibuat sendiri sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Misalnya bila ingin digunakan untuk mengembangkan program koperasi dengan menggunakan Dinar Dirham, maka cukup dengan membuat sebuah sistem dan menjadikan salah satu tambang emas/perak dijadikan sebagai jaminan. Sama-sama dihitung berapa yang bisa diedarkan dan dibuat sistemnya. Bila pun dimulai dengan digit yang kecil, maka emas/perak yang ada tersebut sudah dimiliki oleh rakyat yang memilikinya lewat peredaran. Pengusaha juga diuntungkan karena bisa memiliki modal terlebih dahulu, dan bila terus beredar dan diputarkan maka bisa menjadi jaminan-jaminan berbagai program/proyek yang dibutuhkan masyarakat lewat sistem yang juga dikendalikan oleh masyarakat sendiri. Tidak ada lagi yang bisa mengelabui orang dalam hal pembayaran, karena “isi dompet” bisa jelas diketahui, tidak perlu menunggu lama dan membayar lebih untuk menerima pembayaran karena bisa langsung dan tanpa perantara, bahkan tak perlu lagi ada riba dan hutang. Inilah sebabnya mengapa sistem ekonomi Islam sangat sejalan dengan sistem desentralisasi teknologi blockchain ini.

Bila pun pemerintah tidak berkenan mengadaptasi dan menerapkannya, maka sebenarnya rakyat bisa melakukannya sendiri. Aturan pemerintah pun tidak bisa membendungnya, karena bisa sangat bebas dan demokratis, sekali terjun tidak ada yang bisa menghentikan, dan bisa langsung mendunia. Ini bukan mengancam, namun sebagai sebuah masukan kepada pemerintah agar jangan menyepelekan teknologi blockchain ini. Pikirkan hal yang kecil saja, bagaimana nasib para provider internet di Indonesia bila internet sudah decentralized, di mana tidak ada lagi yang perlu membayar internet, hanya cukup menjadi bagian dari komunitas dan melakukan kegiatan di sana? Bagaimana bila banyak media massa dan jaringan komunikasi menggunakan blockchain? Apakah siap dengan segala resikonya? Tidak ada lagi yang bisa mengendalikan, kebebasan itu akan menjadi mutlak, dan demokrasi bukan hanya sekedar wacana dan olah-olah politik.

Mari kita pikirkan dan pelajari bersama. Saya berkenan untuk berbagi dan membantu siapapun dalam hal ini. Sudah waktunya kita maju di depan, bukan lagi yang selalu menjadi yang terlambat dan merugi. (Bersambung ke Bagian -5).

https://steemit.com/threespeak-politics/@mariska.lubis/8279ed35-tentang-blockchain-dan-sistem-ekonomi-islam-bagian-3
https://steemit.com/threespeak-politics/@mariska.lubis/a51a0249-tentang-blockchain-dan-sistem-ekonomi-islam-bagian-2
https://steemit.com/threespeak-politics/@mariska.lubis/25d6d308-tentang-blockchain-dan-sistem-ekonomi-islam-bagian-1

Bandung, 7 Juli 2019

Mariska Lubis

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Saya menunggu Pemerintah untuk mendukung sepenuhnya pada penggunaan sistem desentralisasi teknologi blockchain ini, agar rakyat terbebas dari riba dan hutang. paling tidak pemerintah memiliki sistem keuangan seperti halnya tecnologi blockchain, agar keuangan negara Aman dan tak dapat di korup, karena memiliki sistem Rumus algoritma yang dapat menjamin keakuratan data keuangan Negara.