Mendengar pertanyaan itu, Jhon tegas menjawab tak menginginkan pangkat. “Saya datang bukan untuk cari pangkat. Saya datang ke sini mau berjuang di medan laut. Karena hanya inilah yang saya miliki, yaitu pengalaman dan pengetahuan kelautan yang sekadarnya."
Mendengar jawaban itu, Pardi tersenyum lalu menandatangani izin bergabung John Lie di ALRI sebagai kelasi III atau setingkat tamtama. Meski hanya diberi pangkat terendah, perwira ALRI saat itu mempertanyakan mengapa dia ahli dalam strategi perang laut. Keberadaanya pun kerap dijadikan perbincangan dari prajurit hingga perwira menengah di ALRI kala itu.
Pada 29 Agustus 1946, M Pardi menugaskan John Lie pergi ke Pelabuhan Cilacap dan bergabung dengan angkatan laut di sana. Tugas pertamanya yaitu membuktikan kemampuannya membersihkan ranjau laut di pelahunan itu yang dipasang Belanda dan Jepang.
John membuktikan keahliannya, seluruh ranjau berhasil dibersihkan. Dari sana, rasa percaya perwira ALRI pada John muncul. Prestasi itu pun diganjar dengan kenaikan pangkat luar biasa dari kelasi menjadi kapten.
Setelah itu, John mulai memegang misi-misi penting untuk menjual barang-barang dari Indonesia ke Singapura dan Malaysia. Koneksi dagangnya sangat kuat sehingga memudahkannya untuk menjual hasil pertanian ke luar negeri. Uang hasil dagang itu lalu digunakan untuk membeli senjata.
Cerita ini menyebar pada seluruh angkatan laut dan darat di tanah air. Karena itu pula, Kolonel Husein Yusuf meminta John bertemu dengannya di Bireuen. Sebelumnya John berada di Medan setelah pulang dari Malaysia.
Menerima perintah dari Kolonel Husein, John lalu berangkat ke Malaysia. Di sana, mereka membeli dua perangkat radio. Menurut catatan TA Talsya, perwira divisi penerangan yang mengelola Radio Rimba Raya, dua perangkat itu lalu dibawa menggunakan dua spead boat (kapal cepat) dari perairan Malaysia menuju Tanjung Pura .
Strategi penipuan pun terpaksa dilakukan. John membagi dua tim dengan dua spead boat berbeda. Spead boat pertama berisi dua perangkat radio, dan yang kedua berisi logistik kebutuhan bahan makanan. 23 prajurit berani mati yang ditugaskan menemani John Lie ditempatkan pada spead boat yang membawa bahan makanan itu.
Prediksi John tepat. Dia memperkirakan blokade laut dan udara Belanda di perairan Selat Malaka, akan memergoki kedua kapal cepat itu. Ketika pasukan angkatan laut Belanda menyerang kedua kapal itu, John membawa kapalnya dengan kekuatan penuh.
Sedangkan 23 prajurit itu melakukan perlawanan. Konsentrasi pengejaran Belanda fokus untuk melumpuhkan prajurit Indonesia yang melakukan perlawanan. Sedangkan John memacu kapal cepat itu menuju Tanjung Pura seterusnya menyusur sungai menuju Sungai Yu, Kabupaten Aceh Tamiang .
Kisah pertempuran dan strategi ini sangat melegenda di kalangan angkatan laut Indonesia. Sebanyak 23 prajurit Indonesia gugur termasuk Kapten Nap Xarim, demi membawa perangkat itu ke Aceh.
Tiba di Sungai Yu, pasukan penjemput Nukum Sanani telah menunggu. Nukum datang atas perintah Gubernur Militer Daud Beureueh.
Peralatan yang dibawa John Lie ini menjadi perangkat utama Radio Rimba Raya. Namun, TA Talsa, pengelola Radio Rimba Raya tak menjelaskan apakah kedua perangkat itu seluruhnya digunakan untuk radio tersebut atau tidak. Hal itu dikarenakan, setelah tiba di Aceh, perangkat itu sempat dibawa ke Aceh Besar. Belum sempat digunakan perangkat tersebut dibawa kembali ke Bireuen seterusnya ke kawasan Rimba Raya.
Patut dicatat pengorbanan prajurit asal Aceh untuk membawa perangkat radio itu dengan mengorbankan jiwanya. Mereka gugur sebagai pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan bangsanya.
Sebagai perwira yang bertanggungjawab akan pasukannya, John Lie merasaka kehilangan. Dia bersedih pasukan yang dipimpinnya tewas atas gempuran musuh di perairan Selat Malaka. Namun, perjuangan untuk Indonesia diyakini memang harus mengorbankan jiwa dan harta.
aceh memang jithei le kaphee
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
hihihi
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Patut dicatat pengorbanan prajurit asal Aceh untuk membawa perangkat radio itu dengan mengorbankan jiwanya. Mereka gugur sebagai pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan bangsanya. Kalimat ini mengingatkan kita kepada pahlawan Aceh yang lain yang sampai saat makamnya belum bisa akses
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit