Cerita Bunga Kol dan Jejak Petani Gayo

in indonesia •  7 years ago 

Bunga Kol.jpg

Foto Inet

MATAHARI baru saja membuncahkan sinarnya, Selasa (6/5). M. Jamil, sibuk menyiram tanaman di Desa Pulo, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara. Embun membasahi celana pendek lusuh yang dikenakannya. Keringat dingin menetes di kening.

”Sekarang tidak ada hama. Awal-awal tanam dulu itu ada hama, hanya satu atau dua pohon saja yang kena hama,” sebutnya diplomatis. Dia menjelaskan dalam bahasa Aceh.

Kami berdiri didepan kebun sayuran bunga kol. Ribuan batang bunga kol itu ditanam rapi. Berjejer dengan bunga menyembul, menyeruak diantara daun yang rimbun.

“Ini sudah bisa dipanen,” sebutnya. Sejurus kemudian, Murni, sang pemilik kebun datang. Murni juga yang pertama sekali membudidayakan tanaman dataran tinggi itu di Gampong Pulo. Dia bukan sarjana pertanian.

Sehari-hari Murni, bekerja sebagai tenaga pengajar di SD Negeri 4 Simpang Dama, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara.

“Saya ingin buktikan dan merubah pola pikir masyarakat. Bahwa, tanaman ini, tidak hanya tumbuh di daerah dingin seperti Brastagi dan Takengon,”ujarnya.

Pria berkumis itu mengatakan, awalnya hanya menanam 300 batang tanaman kol. Hasilnya, lumanyan. Sekali panen bisa menghasilkan 20 kilogram dengan harga jual Rp 6.500 per kilogram.

Melihat prospek agribisnis menjanjikan, dia menanam lebih luas lagi. Saat ini, dia menanam 1.500 batang sayuran termahal tersebut.

“Saya ini tidak mengerti soal pertanian, hama dan lain sebagainya. Saya hanya mencoba. Kalau ada pelatihan pencegahan hama, saya sangat ingin mengikutinya,” sebut pria berbadan tegap itu.

Murni menyebutkan, setiap kali ada masyarakat yang mengunjungi kebunnya, dia menyarankan agar masyarakat menanami lahan dengan sayuran tersebut.

Sayuran itu, kata Murni bisa juga ditanami sekaligus dengan tanaman cabai. Ya, cabai sebagai tanaman tumpang sari. Caranya, lebih dulu menanami lahan dengan bunga kol. Sebulan kemudian, baru menanami cabai. “Ini bisa tumpang sari. Manfaatnya bisa ganda kan,” katanya.

Tidak terlalu repot untuk memelihara tanaman sayuran itu. Masa perawatan hanya dua bulan lebih. Kemudian, memasuki masa panen. Bila panen tiba, tanaman itu bisa dipanen setiap hari.

Dengan luas tanaman saat ini, setiap hari Murni bisa memanen sebanyak 40 kilogram. Harga jual saat ini mencapai Rp6.500 per kilogram. “Tapi, terkadang juga hanya 25 kilogram. Yang besar-besar bunganya, langsung dipanen,” sebut M. Jamil orang kepercayaan Murni. M. Jamil juga yang mengurusi lahan sayuran tersebut.

Tanaman cabai disisip disela-sela bungan kol. Sudah berbunga. Murni memperkirakan sekitar sebulan lagi akan sampai masa panen untuk tanaman cabai miliknya.

“Saya harap pemerintah dan dinas pertanian memberikan perhatian. Paling tidak pelatihanlah untuk menanggulangi hama,” katanya.

Selama ini, Murni dan M.Jamil hanya belajar menangani hama dari referensi majalah, Koran dan buku-buku pertanian. Untuk, biaya perawatan, tanaman ini juga terbilang murah.

Hanya pembelian bibit yang dikemas dan banyak dijual di pasaran. Namun, perlu teliti dan rajin memperhatikan tanaman itu. M. Jamil,mengaku, setiap pagi menyiram dan memperhatikan tanaman tersebut.

“Kalau seluruh masyarakat daerah ini menanam bunga kol. Tak perlu lagi mendatangkan sayuran jenis ini dari Medan. Cukup daerah kita saja. Tapi, ini perlu perhatian dinas pertanian,” kata Murni

Murni dan M. Jamil lalu menyiram tanaman itu. Kemarin, mereka baru selesai memanen bunga kol milik mereka. Satu saat dia berharap, petani Aceh bisa menjadi raja di negerinya sendiri. Mendistribusi pasokan sayuran untuk seluruh masyarakat Aceh.


STEEMIT_PUTAR.gif

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

makanan yang sehat,relatif murah...

murah meriah