Jenderal Soeharto memberikan sambutan tertulis yang dibacakan oleh Pangdam VIII Mayjen Sumitro.
Dalam sambutannya, Soeharto memuji PWI sebagai patriot Indonesia dalam menjaga moral Pancasila. Soeharto mengamati kemerdekaan pers dalam Orde Lama disalahgunakan sebagai alat teror psikologis terhadap pendapat yang berbeda atau bertolak belakang
... Setelah deklarasi dari wartawan disampaikan, pers mulai kritis terhadap Soekarno. Duta Masjarakat memuat kolom ‘Adjaran2 Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno’ yang terakhir pada 21 Oktober 1966. Dalam kolom ‘Djangan Dianggap Enteng’, Duta Masjarakat mengkritik Bung Karno yang membangun hotel-hotel megah di tengah kemelaratan rakyat. Demokrasi Terpimpin adalah dalih untuk mendiamkan suara rakyat, revolusi adalah alasan untuk menghamburkan uang negara ... Setelah Soekarno disingkirkan, media sudah tidak lagi menyediakan kolom khusus bagi presiden. Bapak Negara atau Pemimpin Besar Revolusi itu disingkirkan dari halaman utama surat kabar di seantero negeri”
Ideologi media di era Orde Lama masih menempatkan “kebebasan” pada tempat teratas bangunan ide yang menjadi panduan dalam menghasilkan teks-teks pembentuk opini atau kesadaran umum.
Tampak bahwa media bahkan masih lebih memilih memperjuangkan idealitas tersebut, yang berarti harus mengonrbankan pengkultusan Soekarno secara personal. Sikap berbalik arah yang ditempuh media-media tersebut adalah puncak kejemuan akibat pengekangan untuk mengekspresikan teks-teks berbasil ideologi keadilan sosial yang dibawa media-media tersebut.
Dengan mengusung ideologi keadilan sosial, media-media sebetulnya berkeinginan untuk menyorot fenomena kemiskinan yang menjamur di masyarakat, korupsi di institusi-institusi negara, dan sebagainya.
Dan ketika Soekarno berhasil dilemahkan, lalu dijatuhkan, media-media tersebut merasakan adanya angin surga kebebasan pers. Di sini, suatu harapan adanya perlakuan yang baik terhadap pers sedang dibayangkan. Langkah awalnya, media, dengan persatuan resmi wartawan-wartawannya, harus mendukung pergantian kekuasaan terlebih dahulu.
Ideologi Media di Era Orde Baru
Orde Baru bukanlah sebuah tatanan politik yang terbentuk secara alami. Tatanan politik ini bukanlah hasil dari bekerjanya hukum alam untuk mengatasi ketidakseimbangan atau kekacauan yang terjadi pada tatanan politik sebelumnya. Orde Baru adalah hasil dari rekayasa politik yang mempraktikkan hal-hal baru tapi ternyata masih mewarisi cacat-cacat pada rezim sebelumnya.
baca juga
Steven Handoko, “Soekarno di Balik Jeruji Media Orde Baru”, Remotivi.or.id, 1/10/2015.
good story thanks for@masriadi
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Postingan Ideologi media yg bagus,trmakasih tlah berbagi..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit