Independensi Media dalam Politik [4]

in indonesia •  7 years ago  (edited)

Ini bukan berarti semua elite harus memiliki media sendiri masing-masing. Meski jumlah elite kalah banyak dengan jumlah “rakyat biasa”, akan tetapi jika semua elite membangun media akan terlalu banyak media yang hadir.

Biasanya seorang elite atau politikus cukup membangun kerdekatan atau berafiliasi dengan pemilik media. Di sini biasanya berlaku prinsip “aku untung, kau untung”.

Bagi partai politik, media adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dinihilkan. Dalam konteks partai politik, media sering pula digunakan untuk membesarkan suatu isu yang dapat merusak citra lawan.

Dalam hal ini tidak perlu dimunculkan wawancara beri pendapat elit politik dari partai tersebut. Yang sangat diutamakan adalah pemberitaan yang terus-menerus mengenai isu tersebut.


writing-pad-3202747_960_720.jpg

Media dan Keberpihakan Politisnya

Ada tidaknya keberpihakan politis sebuah media dapat dilihat dari pola pemberitaannya. Ini menyangkut soal bagaimana sebuah isu dibingkai dalam berita maupun siapa yang diserang.

Sebagai ilustrasi, bagaimana sebuah media memberitakan dengan sangat intens mengenai sepak terjang media yang secara politis berseberangan yang sedang bermasalah dengan hukum karena pemberitaan fitnah atau hoax. Media tersebut menyerang habis-habisan. Sementara tidak menyerang media-media lain yang juga suka menyebar kebencian, hoax, atau fitnah karena mereka berada dalam kubu politik—dan kepentingan—yang sama.

Dalam media yang sudah dijangkiti “virus” keberpihakan politis, lazimnya objektifitas akan sukar diserap dari setiap berita-beritanya yang menyangkut soal dinamika politik yang terjadi, khususnya yang ikut menyeret kekuatan politik yang bersekutu dengan media tersebut. Berita-berita akan di-framing sesuai dengan selera pemilik perusahaan yang berkomplot dengan politikus atau partai politik. Terlebih jika media tersebut sejak mulanya adalah milik politikus. Tentu saja pemberitaan politik ikut menarik gerbong kepentingan partai politiknya.

Bukannya media-media yang memiliki keberpihakan politis tak akan menerima pandangan yang berseberangan dalam pemberitaan. Kelompok-kelompok politis pesaing tetap akan diberikan ruang berbicara untuk dalih keseimbangan.

Di samping jtu, jika ada serangan terhadap kelompok-kelompok tersebut, perwakilannya tetap akan dimintai pendapat atau konfirmasi. Hanya saja kemudian klarifikasi yang diberikan tetap dibingkai dalam posisi “cara berpikir yang keliru”.

Dengan memainkan perannya di media, politikus menjalani dua politik. Pertama, politik partai. Ini dimaksudkan untuk segala aktivitas yang mengarah pada perebutan kekuasaan dalam pemilu, atau bagaimana lobi-lobi dibangun agar jumlah massa pendukung semakin besar.

Kedua, politik media. Politik media tak melulu soal bagaimana media memainkan aksi politiknya, tetapi juga menyangkut perkara siasat politik yang dijalankan politikus dengan menggunakan media sebagai alat. Jadi bagi media, kantor mereka adalah kantor wacana dan kepentingan politik.


MASRIADI.gif

BERSAMBUNG ......

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Media yang dikuasai atau berafiliasi dengan politikus cenderung menjadi ajang cuci otak rakyat sebagai kontituen, beberapa bulan lagi akan kita lihat fenomena tersebut.

bisa jadi gitu @taslem