[Bagus yang menggunakan ban kapten]
Atmosfer Stadion Gelora Delta Sidiorjo bergemuruh dengan nyanyian Garuda di dadaku, ribuan pendukung timnas benar benar menggetarkan jiwa.
Di lapangan, Timnas U 16 Indonesia sedang berjuang lewat sepakbola versus Myanmar di ajang AFF 2018.
Sebuah gol dari Bagus Kahfi, U 16 Indonesia menyengat ribuan cinta dan rasa bangga.
Siapapun yang lagi berada di euforia kemenangan akan menuai rasa bangga sekaligus haru.
Mereka yg mengusung langsung patriotisme dan nasionalisme di bangku bangku penonton akan otomatis terpacu andrenalinnya.
Dukungan supporter menjadi motivasi terhebat yang diberikan untuk pemain dan official timnas Indonesia.
Siapa yang tidak bangga berkostum timnas, Semangat berjuang membela marwah dan mengharumkan Indonesia di kancah sepakbola menjadi mimpi ribuan anak anak muda di seluruh pelosok Indonesia.
Di ujung Sumatera, tepatnya bagian barat selatan Aceh, seorang anak muda melonjak kegirangan di depan TV kamar tamu rumahnya. Ekpresi serta selebrasi pun muncul secara spontan setelah Gol kedua Bagus Kahfi di menit ke 26.
Sosok pemain muda itu bernama lengkap Sri Bagus Sandi Risky pemain muda berbakat Persada (Persada ; bonden Aceh Barat Daya).
Sebuah mimpi yang tumbuh perlahan tapi pasti adalah menembus Timnas.
Dia paham benar perjuangan ke arah sana teramat berat, namun mimpi telah terpatri utuh dalam sanubarinya.
Mimpi menembus Timnas bukan lagi wacana tapi prasasti yang menggerakkan hidupnya untuk terus berlatih, terus berbenah dan mengevaluasi diri.
Dalam kesempatan wawancara santai dengannya , pemuda kelahiran Kota Bahagia, 23 Februari 2002 terlihat antusias untuk bicara tentang mimpi dan harapannya.
Apa yang lebih pada Anak ke 2 dari 3 bersaudara pasangan Husen Abbas dan Ernita ini ?
Usia muda, postur tubuh ideal, serta skill mengolah bola mumpuni dimilikinya plus wajah rupawan.
Wajar jika kemudian banyak fans wanita berlomba menjadi pemburu hatinya.
Bicara tentang ini, dia langsung tutup mulut dan malu malu kucing, malas melanjutkan topik pembicaraan. Terlihat Wajahnya bersemu merah, Anak muda ini terkesan pemalu soal asmara.
Mengutip pendapat pribadi Coach Fikar yang pernah memoles seorang Bagus di SSB Kuba Jr "Bagus punya aura kharismatik yang jarang dimiliki pemain lain, namun untuk berada di level saat ini pembinaan berjenjanglah yang menempanya"
Dibesarkan di pedesaan, jiwa mandiri dan tidak banyak cakap adalah kesehariannya.
Tumbuh menjadi pribadi yang keras bukan berarti dia kasar, kehidupan telah mengajarkan banyak arti peduli dan rasa tanggung jawab.
Bicara track record, Bagus sendiri besar di SSB Kuba Junior dan berhasil membawa lolos timnya menuju kualifikasi Danone tingkat ptovinsi tahun 2014.
Bakat bolanya telah membawanya berhasil masuk skuad Soeratin Persada dan terendus pelatih Tim Persimura Beureunen Sigli, sehingga masuk skuad dan bermain di level Nasional 2017.
Sementara itu di Tahun 2018 ikut membela PPLP Aceh di Kejurnas PPLP bahkan November 2018 sempat dipanggil timnas Aceh.
Dalam tim Soeratin Persada, Kepercayaan Pelatih untuk memegang ban kapten bukan karena kesiapan mental saja, tapi jam terbang menjadi indikator utama mengapa dia pantas untuk itu.
Di lapangan, jika anda sempat melihatnya bermain, dijamin sebentar saja anda tersihir dengan cara dia mengolah bola, tenang dan pasti.
Memang terlalu naif membandingkan sosoknya dengan Bonucci defendernya Juventus, namun setidaknya Bagus mulai memainkan perannya sebagai Ball playing Defender, pengatur serangan dari lini pertahanan.
Di umur 16 Tahun memang masih banyak yang harus dibenahi, beberapa blunder bisa terjadi dalam permainan.
Kelemahannya yang lain adalah terlambat menutup ruang dan masih lemah dalam mengkoordinir lini pertahanan.
Butuh sentuhan tangan dingin pelatih berkualitas untuk membawanya makin bersinar.
Kesempatan bermain di level nasional harus menjadi prioritas, jika mimpinya menembus timnas adalah arah geraknya.
Membuang rasa ego, tetap rendah hati dan selalu respek menjadi tuntutan yang tidak boleh diremehkan bagi seorang Bagus.
Dalam wawancara singkat dengannya, Bagus kerap kali tersipu malu saat dipuji karena memiliki aura seorang bintang.
Fase Star Syndrom masih terlalu kuat diakuinya kerap hadir.
Walaupun secara prestasi dia berhak sedikit "tinggi" namun dia bukan siapa siapa dibandingkan dengan Bagus Kahfi.
Masih banyak bintang yang lebih kilaunya telah mengajarkan dia untuk terus rendah hati.
"Saya bukan siapa siapa jika bukan karena orang orang yang peduli dan selalu memberi dorongan untuk terus maju", ujarnya pelan.
Bagus yang masih duduk di kelas 3 SMK 1 Aceh Barat Daya nampak lebih dewasa daripada umurnya.
Semoga mimpi Bagus akan membuka jalan jalan baru untuk terus melangit tanpa lupa bumi.
Pesan kami satu, Percayalah, Tuhan akan selalu menjawab setiap usaha maksimal dari hambanya.
Terbanglah tinggi bersama garuda, Bagus. Harumkan tanah kelahiranmu, Kuala Batee, Aceh Barat Daya dan Persada.
Nah, bagi Anda yang penasaran dengan sosok Bagus, ikuti kiprahnya bersama PSKB di Irmawan Cup Open di Lapangan Persada.
Salam Olahraga, Salam Persada.