Dear Steemian.
Tulisan demi tulisan di trafik feed Steemit perdetik tenggelam dan hilang tak berjejak.
Semua serba cepat, tanpa share di komunitas dan media sosial lain menjadi tulisan yang terpajang di museum yang jarang disinggahi pengunjung.
Follower terkadang dengan berat hati cuma melihat, menatap sekilas dan jika sempat mengamati serta membaca lalu pergi tanpa komentar dan upvote.
Bukan tak mau atau tak sudi, umumnya karena daya upvote kosong atau limit bandwith.
Namun terkadang ada juga steemian berpikir tidak perlu diperhatikan karena pemilik tulisan tak bersahabat dengan pola take and give, tipikal pragmatis.
Namun bagi steemian yang idealis, tulisan yang dianggap terlalu sombong atau sebaliknya tidak menarik, tak berisi, dangkal dan klise tidak perlu diberi upvote.
Bicara tentang dunia tulis menulis, tulisan mengambarkan sedikit kepribadian dari penulisnya.
Stemiaan dengan tulisan yang terlalu menggurui dianggap sombong, memberi trik dan tutorial dianggap sombong, menelaah dan analisis dianggap sombong, tipikal egosentris.
Sombong dijadikan sandaran atas alasan pembenaran untuk tidak disukai, alasan alasan yang dicari untuk tidak peduli pada sebuah tulisan karena hati telah terkontaminasi karena memang tidak menyukai seseorang maka romanpun di benci, maunya postingan dia saja yang layak di kasih jempol dan di upvote.
Tidak mencintai bukan berarti membenci, beda komunitas bukan berarti menggaris bawahi steemian itu sendiri, karena ilmu dan informasi yang dimuat dalam sebuah tulisan seharusnya dipandang objektif.
Jika Steemit dan Komunitas hanya memperbesar unsur subjektivitas, maka tercampaklah dimensi nalar dan logika terkurung pola pikir sempit. Sulit untuk lepas dari ikatan keberpihakan dan memperbesar jurang saling tuding dan saling benar.
Tulisan ini bukan untuk mengkritisi dan mengambil sikap seolah olah ini benar. Hanya meyayangkan terlalu banyak asumsi asumsi yang dibangun untuk meniadakan ikatan emosional sekedar saling berkunjung, saling upvote dan meninggalkan koment.
Tulisan ini juga bukan untuk menunjukkan kelebihan jalan pikir dan sudut pandang berbeda. Hanya mempertanyakan mengapa Steemian Aceh yang tumbuh bagai jamur di musim hujan merasa terabaikan ?, mengadopsi penuh hukum tak kenal maka tak sayang.
Jangan lesakkan ide di steemit kita tumbuh bersama, sementara kita cenderung memilih para whales untuk kita upvote, sementara steemian di komunitas merangkak dan beranjak dari reputasi 30 saja sulit.
Jikapun asumsi mendapatkan perhatian pembesar steemit untuk memberi delegasi steem power maka memudahkan membantu steemian yang terkadang gagap untuk komit one day one post, bisa terbantu itu benar, maka marilah kita saling bantu senior steemit Aceh menembus para whales power dalam mengajukan nama nama pilihan di masing masing komunitas menjadi steem ambassador.
Komunitas steemit di Aceh yang ada secara sejarah dan proses perjuangan yang panjang bukan untuk disalahkan dan di tuding kontribusinya, mari memperbaiki diri sebagai steemian biar kita tidak dianggap sombong, sombong dalam tulisan, sombong dalam berinteraksi dalam komunitas dan sombong dengan kesendirian dan tidak bergabung dengan komunitas.
Semalam saya telah mencatat judul tentang sombong dan menulisnya ke dalam artikel dan ini sangat sesuai apa yang saya pikirkan.. "Stemiaan dengan tulisan yang terlalu menggurui dianggap sombong, memberi trik dan tutorial dianggap sombong, menelaah dan analisis dianggap sombong, tipikal egosentris." Yang lucunya steemians lain menganggap kita sombong (tidak memberi upvote), tetapi postingan kita di pandang sombong oleh steemians lainnya (no upvote) hana takheun sapu, dan saya memgalami hal ini dalam 1 bulan terakhir.. saleum bang
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
nyan keuh cukop hek ta peutimang, nyoe ka hana di upvote ata jih, chit.bagah that bak babah jiteubit Sombong ke gob. Jimeen steemit chit SBD di mita. salem balek
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit