pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk meringkas buku tentang Acehnologi volume III dari beberapa aspek atau sudut pandang baik itu dari segi system pemerintahan Aceh, kultur masyarakat Aceh, cara berfikir masyarakat Aceh dan lain sebagainya.
Acehnologi itu sendiri merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budaya Aceh (studi ke-Aceh-an). Dan pada tulisan kali ini saya akan menulis tentang fondasi peradaban Acehnologi yang diantaranya membahas mengenai kerak peradaban Aceh, jejak spirit Aceh, jejak budaya Aceh, system kebudayaan Aceh, makna dan peran bahasa Aceh.
Kerak peradaban Aceh, pasca abad ke ke-17, Aceh sudah mulai disibukkan dengan system berfikir yang tidak lagi mengakar pada spirit ke Aceh-an akibatnya, ketika spirit ke Aceh-an tidak lagi muncul maka negri Aceh sangat mudah untuk ditaklukan. Dan pada saat ini Aceh telah mengalami proses penghilangan sumbu kesadaran peradaban. Satu hal yang harus kita ketahui bahwa sejarah dunia kini sudah didominasi oleh peradaban Barat seperti yang telah dipaparkan dalam buku yang berjudul physics of the future karya Michio Kaku. Pada fase ini manusia mulai memaksimalkan kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan untuk membangun peradaban baru yang bersifat mekanik, dengan maksud bahwa untuk mengukur keberhasilan peradaban tersebut mampu dijawab oleh kemajuan teknologi.
Dalam buku tersebut, Michio kaku memperkenalkan sebuah istilah baru yaitu planetary civilization (peradaban planet). Peradaban ini memiliki tiga jenis yang diantaranya, jenis pertama, peradaban dimana manusia mampu mengontrol sumber-sumber energy di bumi ini, dan mereka juga mampu mengontrol dan memodifikasi cuaca, dan bahkan bisa membuat kota-kota ditengah-tengah samudra. Jenis yang kedua yaitu, bagaimana kemampuan manusia mengambil energy dari binatang. Jenis peradaban yang terahir adalah peradaban yang mengambil energy dari galaksi dari miliyaran bintang di angkasa. Dan sejauh ini manusia diperkirakan baru memasuki jenis peradaban pertama.
Planetary civilization merupakan sebuah peradaban yang serba terkontrol dan dipadukan tidak hanya kekuatan intelijensi manusia tetapi bagaimana mengisi hubungan manusia dengan alam semesta ketika terjadi proses pertemuan alam dan manusia, di Barat kerap dirujuk pada pemikiran Hegel Seorang ilmuan yang memunculkan konsep geist (spirit).
Ketika Hagel telah menemukan konsep spirit atau geist, Aceh juga mengalami hal yang sama. Hanya saja yang membedakannya terletak pada kajiannya. Hasil dari pemikiran Hagel ini telah mempengaruhi peradaban Aceh sehingga pada abad ke-16 dan ke-17 masehi Aceh mengalami peradaban yang sangat maju. Hal ini dapat kita lihat dari kekuatan spirit kosmik yang mengitari kehidupan rakyat Aceh, dengan kata lain bahwa lahirnya spirit sangat mempengaruhi system berfikir rakyat Aceh sehingga dengan ini dapat pula dapat dikatakan bahwa Aceh mampu menghasilkan peradabannya sendiri.
Namun pada abad ke-17 Masehi, negri Aceh mulai runtuh dari sisi spiritnya. Aceh memiliki tiga kebersatuan spirit yang diantaranya: Islam, budaya, dan ilmu pengetahuan. Dapat kita ketahui bahwa sekarang di Aceh tidak ada lagi kerajaan atau Sultan, kerajaan atau sultan ini hanya tingal kenangan yang sekarang hanya dijadikan sebagai situs sejarah dan pusat dari peradaban Aceh. Salah satu yang menompang kerajaan di Aceh adalah spirit keislaman yang menyelinap masuk ke dalan spirit kebudayaan dan spirit ilmu pengetahuan.
Dari spirit keislaman membentuk kekuatan politik yang berprinsip bahwa Ilahi/Tuhan memegang peran utama dan juga system berfikir rakyat Aceh adalah bagaimana ajaran islam dapat dilaksanakan secara kaffah.