Tradisi Sinte Mate di Gayo Lues

in indonesia •  6 years ago 

Selamat pagi dan selamat membaca sahabat steemit semuanya.

Gayo lues adalah salah satu daerah yang memiliki budaya, adat-istiadat atau tradisi yang beranekaragam salah satunya adalah tradisi sinte mate. 

Tradisi sinte mate (kenduri meninggal)  merupakan acara yang dilakukan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Adapun penyelenggaran sinte mate di Gayo Lues  terhadap orang yang telah meninggal dunia agak dibedakan antara anak-anak dan orang dewasa/orang tua. Untuk anak-anak di bawah umur sepuluh tahun sinte mate (kenduri meninggal) diadakan pada malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan pada malam ke empat puluh empat, sedangkan untuk orang dewasa/orang tua diadakan mulai malam pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan pada malam ke empat puluh empat hari.

Di Gayo Lues, biasanya jika seseorang telah meninggal dunia maka pihak keluarga akan mengabarkan atau mendatangi imam mesjid atau meunasah untuk mengabarkan berita duka tersebut ke masyarakat setempat. Dan biasanya ketika masyarakat telah mendengar berita duka tersebut masyarakat langsung mengadakan tukem (ta’ziah). Dan di Gayo Lues sendiri ada istilah “ turun met”. Turun met yaitu pada saat ahli family yang jauh talah hadir semuanya, baru sang mayat diangkat ke atas keranda dan kemudian dikeluarkan dari dalam rumah. Kemudian untuk tahap mengapani, menyolatkan dan menguburkan dilakukan sesuai syariat islam.

Tradisi sinte mate (kenduri meninggal) dilakukan tujuh malam. Kenduri malam pertama biasanya dilakukan setelah sholat isya, kemudian tengku atau imam kampung akan memimpin kenduri mulai dari pembacaan ayat suci ( Al-qur’an ) tahlil dan doa lainnya yang semuanya dituju atau disampaikan kepada almarhum/almarhumah yang semuanya disebut samadiah. Kemudian setelah selesai berdoa warga yang hadir akan diberikan makanan sesuai kemampuan keluarganya. Teruntuk tengku atau Imam kampung yang memimpin mendoakan, akan disediakan kelapa utuh yang tidak dikupas, beras satu bambu yang diletakkan di dalam tape beserta uang yang diikat disamping tape tersebut dan semua itu disediakan oleh pihak yang berduka.

Pada malam kedua, pelaksanaanya sama dengan kenduri pada malam pertama namun kadang-kadang tidak ada samadiah hanya doa saja yang dipanjatkan untuk almarhum/almarhumah.

Pada malam ketiga atau negari , negari ini juga sama dengan malam-malam sebelumnya, namun biasanya masyarakat yang hadir lebih ramai. Dan pada malam ketiga Ini untuk tengku atau imam kampung yang memimpin doa akan diberikan lebih banyak tape, dan tape yang diberikan biasanya sesuai dengan jumlah harinya. Pemberian ini diberikan sebagai bentuk penghormatan atau ucapan terimakasih untuk tengku atau imam yang telah mendoakan.

Pada malam keempat, malam kelima, dan keenam pelaksanaanya sama dengan malam ke tiga atau nagari

Pada malam ketujuh, di dalam masyarakat Gayo Lues dikenal dengan istilah nujuhi . pelaksanaan nujuhi ini sebenarnya sama dengan malam-malam sebelumnya, namun pada malam nujuhi ini biasanya jauh lebih ramai, dan pada malam ini juga selalu dipersiapkan tempat lebih luas dan makanan dan minuman yang banyak.

Pada malam ke-44 hari atau biasanya dikenal dengan istilah nyawah lo. 

Sinte mate (kenduri meninggal) juga mungkin bisa ditemukan di daerah lain mungkin sistem pelaksanaan saja yang berbeda. Di Gayo Lues sinte mate (kenduri meninggal) sendiri berjalan dan berkembang sesuai dengan tradisi masyarakat Gayo Lues yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Terimaksih atas perhatiannya dan mungkin hanya ini yang bisa saya paparkan semoga bermanfaat.


Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!