“Tuan, kira-kira apa yang jarang kita ketahui tentang orang gila?”
“Saya belum bisa menangkap konteks dan subtansi pertanyaanmu. Boleh dipersempit spektrumnya?”
“Begini, Tuan. Yang jamak kita ketahui tentang orang gila adalah, pakaian mereka yang lusuh, koyak-koyak, dan bahkan ada yang suka bertelanjang dada. Selebihnya, mereka suka bicara sendiri, suka ketawa sendiri dan suka berjalan kaki ke mana-mana.”
Ilustrasi
“Ooo, ya-ya-ya. Hmmm, baiklah. Kalau saya tidak salah, meski orang gila suka bicara sendiri, ketawa sendiri dan melakukan segalanya sendiri, mereka tetap tidak bisa menyendiri. Kendati dipasung dan diisolasi, mereka tetap menciptakan sosok imajinasi untuk lawan bicara, untuk tertawa dan bahkan untuk tempat melampiaskan segala gejolak emosi.”
“Tuan mulai bermain-main dengan ilmu kalam dan akrobat kata-kata.”
“Apa yang kamu maksudkan?”
“Di kalimat pertama Tuan bilang, ‘Meski orang gila suka bicara sendiri, ketawa sendiri dan melakukan segalanya sendiri, mereka tetap tidak bisa menyendiri.’ Lalu di kalimat kedua Tuan bilang, ‘Kendati dipasung dan diisolasi, mereka tetap menciptakan sosok imajinasi untuk lawan bicara, untuk tertawa dan bahkan untuk tempat melampiaskan segala emosi.’ Kenapa tidak Tuan katakan saja bahwa orang gila tidak bisa menyendiri.”
“Ya, betul. Sorry. Kamu benar. Saya lupa jalur praktisnya. Intinya, langkah orang gila selalu mengarah ke pasar. Kamu akan sangat jarang mendapati orang gila duduk sendiri di tempat sunyi sambil merenung. Mereka boleh bicara sendiri, ketawa sendiri dan jalan kaki ke mana-mana, namun semua itu harus tetap berlangsung di tengah orang ramai, di pasar, di jalan, atau di ruang-ruang publik.”
“Nah, menurut saya, ini sesuatu yang terbaru, yang, meski kasat mata, namun jarang orang memikirkannya. Itulah yang saya maksud di kalimat awal tadi, yakni, apa yang jarang kita ketahui tentang orang gila.”
“Dan ternyata?” tanya orang tua bijak itu dengan semangat mengetes daya nalar si pemuda.
“Ya, ternyata, orang gila adalah orang yang selalu yakin bahwa dia baik-baik saja selama semua kegilaannya berlangsung di tengah-tengah orang ramai.”
“Kapan saya menyimpulkannya begitu?” gugat si Tuan dengan gaya dosen penguji terhadap skripsi mahasiswanya.
“Benar, Tuan memang tidak persis menyimpulkannya begitu. Tetapi saya pun tidak mungkin untuk tidak berinterpretasi samasekali.”
“Baiklah,” kata Tuan akhirnya. “Menurutmu, apa yang harus kita simpulkan terhadap seseorang yang punya anak-istri, punya pekerjaan, tapi kesehariannya justru lebih banyak lebur di tengah keramaian warung kopi untuk menguji orasi politik Pilkadanya dari satu kelompok politik ke kelompok politik lain, padahal dia sendiri bukan Tim Sukses kandidat Cabup-Cawabup dan Cagub-Cawabup mana pun?”
“Itu adalah orang yang selalu yakin bahwa dia tidak pernah gila selama kegilaannya berlangsung di tengah-tengah orang gila lainnya.”
Nice post.
I also post lovely poems daliy @adenijiadeshina. You can please try checking out those lovely poems at @adenijiadeshina and i hope you love them. Thank you for your support
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Good luck @adenijiadeshina
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
And you too @munawar87
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nice work
Found you link at #steemitschool
Thank you
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank's @flysky. Happy to meet the teacher at #steemitscool
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
An awsome write up
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank's you @ikecheta
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit