Adat Yang Memeluk Bangkai Satwa di Aceh

in indonesia •  7 years ago 

 Selamat Malam Steemian! 

“Matee Aneuk Meupat Jirat, Gadoh Adat Pat Tamita” (Jika anak manusia yang mati maka akan ada kuburannya, tetapi jika adat yang hilang maka hendak kemana akan dicari) 

Masyarakat Aceh sudah sangat menghafal Hadih Madja (baca: Puisi lisan) seperti yang tersebutkan diatas. Hadih Madja yang menekankan untuk mepertahankan adat istiadat bangsa Aceh agar tidak hilang ditelan jaman. 

Aceh adalah sebuah wilayah yang masih memiliki hutan yang lebat yang didalamnya masih menyimpan spesies kunci yakni Gajah, Harimau, Badak dan Orang Utan serta Beruang Madu. Keberadaan satwa kunci ini terus menuju ambang kepunahan. Bagi masyarakat Aceh, mendengar dan membaca berita tentang kematian gajah menjadi hal biasa. Begitu juga tentang kejadian konflik gajah terutama di Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah, Aceh tengah dan Aceh Jaya. Lokasi tersebut untuk saat ini sudah sangat sering terjadi konflik antara manusia dengan satwa liar terutama gajah. 

Aceh yang dengan sejarahnya pernah mampu menaklukkan gajah tentunya memiliki adat istiadat yang berhubungan dengan perlindungan dan pengelolaan satwa liar terutama gajah. Hal ini menjadi modal awal dalam penyelamatan satwa liar dan peninglatan taraf ekonomi masyarakat yang selama ini berkonflik dengan satwa liar. Pengoptimalisasi dan penerapan kembali hukum adat akan menjadi sebuah kearifan lokal yang patut segera dilaksanakan. Teman-teman dari pegiat lingkungan baik yang fokus tentang satwa liar maupun fokus bidang adat istiadat sudah banyak melakukan kegiatan yang bertujuan untuk meminimalisir konflik satwa. Penggalian-penggalian adat istiadat baik di tingkat Mukim, Kabupaten maupuan Propinsi diharapkan akan melahirkan sebuah kebijakan yang nantinya menjadi pedoman bagi Aceh dalam mengelola dan mempertahankan satwa liar.  

Sumber

Disisi lain, kita juga tidak ingin Aceh terjebak dengan keindahan masa lalu. Yakni dimana masyarakat Aceh pernah mampu hidup berdampingan dengan satwa liar terutama gajah. Gajah pernah menjadi kenderaan perang bagi teuntra Aceh di masa kerajaan. Namun seiring kemajuan zaman (meskipun kemajuan zaman bukanlah alasan untuk kepunahan satwa liar), hubungan tersebut semakin hilang dalam prakteknya dan hanya tersisa dalam cerita dan nostalgia.  

Meskipun demikian, Aceh tetap memiliki adat tentang tata cara hidup berdampingan dengan satwa liar. Karena bagi masyarakat Aceh, menjaga adat adalah sebuah keharusan. Seperti yang tersebut dalam Hadih Madja di awal tulisan ini. 

Akhirnya, apakah hari ini, masa kini, masyarakat Aceh harus melihat Adat-adatnya yang memeluk bangkai-bangkai satwa di negeri para Poe Meurah ini? Yakni matinya satwa-satwa kunci di Nanggroe Aceh namun pada saat bersamaan masyarakat Aceh masih mengabadikan Adat Aceh tentang pengelolaan satwa liar (baaca: satwa kunci).    

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Tulisanmu kali ini bagus sekali @musarhan... teruskan dan buat terus lebih baik...

Terimakasih kk,, saya akan terus membenahi tulisan saya kedepannya.

Groen..luar biasa...terus semangat menulis @musarhan,

Trims adun, mohon dukungan nya