Traditional Salt Farmers in Bayu Lancok, North Aceh. Indonesia

in indonesia •  7 years ago  (edited)


On this occasion I would like to share a very valuable experience in my life while visiting one of the villages in the Bayu, Lancok Aceh Utara, Indonesia

The majority of the people here are traditional salt farmers who are generally the weather, making traditional salt fields the backbone of the family's economy.

Middle-earth mother in Lancok village sub-district of syamtalira bayu Regency of North Aceh, Aceh province, Indonesia is accustomed to pine under the hot sun, digging salt dried salt from traditional Salt drying process.

Here I document this video to dtuber and steemian wherever you are, may sacrifice them to grow a sense to buy traditional salt.

Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi sebuah pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan saya ketika mengunjungi salah satu perkampungan di wilayah Aceh Utara.

Mayoritas masyarakat disini adalah petani garam tradisional yang umumnya kaum hawa, menjadikan ladang garam tradisional sebagai tulang punggung pembangkit perekonomian keluarga.

Ibu ibu paruh baya di desa Lancok kecamatan syamtalira bayu Kabupaten Aceh Utara, provinsi Aceh, Indonesia sudah terbiasa berpanas dibawah teriknya matahari, menggali cuil garam yang dikeringkan dari proses penjemuran Garam secara tradisional.

Berikut saya dokumentasikan video ini kepada dtuber dan steemian dimanapun anda berada, semoga pengorbanan mereka menumbuhkan rasa untuk membeli garam tradisional.


▶️ DTube
▶️ IPFS
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Garam tradisional masih banyak dicari, tapi pengembangan kedepan tetap perlu supaya petani kita lebih maju lagi, kiban mr @yasir

beutoi bang @jaff. dipat jino bang...
singoh meuseu hana halangan sapeu taduek bak dr kupi seupot2 bg..

Seumoga tanyo jeut taberbagi disini...

Beutoi bg @nazarms....
Teurimong geunaseh ka netem saweu bak blog loen... tetap seumangat bang...

Mantap, meunyoe na roeh bg @dilimunanzar garam yang asin rasanya manis, entah karena orangnya yang kelebihan manis, kiban kon nyoe meunan dili

Ini keren artikelnya.. sudah kami upvote ya.. :-}

Petani garam tradisional masih jauh dari perhatian pemerintah, melihat dapur yang digunakan sangat menyayat hati. Semoga kedepan petani garam mendapatkan perhatian pemerintah kita agar produksi garam terus meningkat.

mereka sudah kalo menunggu pemerintah datang... meuseu kon tayu maen steemit bak urueng nyan mandum... tapasang wifi rata lancang...hehehe

Katroh teuka gujak saweu le poe culturevulture, neulueng tika tika nuleng kupi-kupi :P

Beutoi2... cuma diet geumee balum bacut...kwkwkkw

Bang levy pih kateuka, maken phah gata tunggeng ie kupi.. Wkwkkwkwkkwkw

Ya ya ya... mulai jino kita Akan mempubilkasikan kegiatan2 masyarakat yang terlupakan.. mereka butuh sarana informasi.. sudah saatnya kita mengkampanyekan kegiatan kegiatan masyarakat. Kegiatan mereka adalah untuk memenuhi kehidupan sehari hari mereka. Kita berharap semoga suatu saat nanti kita akan membantu mereka.

Ya tepat sekali, mereka butuh sarana dan kita membutuhkan wahana bray.. Mari berdiwana :D

Selamat kan petani garam.
Apa jadinya masakan, kalau tanpa garam..
Hehe

betul bang,,, sat ini nsib petani garam sangat sedih bg... setelah ada fatwa bahwa garam mereka produksi di nyatakan haram... namun mereka tidak patah semangat untuk memproduksinya.. demia kebutuhannya sehari hari..

Semoga pemerintah memperhatikan, dan mengembangkan ekonomi masy kita ini

Betul betul... semoga aja mereka peduli terhadap petani garam yang terlupakan