Menelusuri sepanjang jalan kruengcut, Alue naga, kota Banda aceh saya disambut oleh pepohonan yang berjejer rapi nan rindang serta suara deraian angin seakan mengajak saya untuk bercerita lebih jauh. di tengah hiruk pikuknya keramaian, banyak sekali saya melihat wanita ibu rumah tangga yang menjajakan tiram di sepanjang deretan krueng cut, Tiram (Crassostrea Gigas ) merupakan sekelompok kerang kerangan dengan cangkang berkapur serta cenderung pipih juga keras seperti batu karang.
Kuarahkan pandangan ku kesungai tampak seorang wanita paruh baya yang sedang mendarat dari sungai lalu bergegas untuk memukul kerang jenis tiram yang didapat dalam sungai tersebut. Tergambar jelas semangat yang terkobar dalam dirinya.
Wanita kelahiran 45 tahun silam itu bernama lengkap Zubariah , bertempat tinggal di krueng cut , payu, Dsa Baet beliau merupakan ibu rumah tangga dari lima orang anak hasil pernikahan dengan suaminya bernama jamaluddin, Sekilas tentang anak beliau anak yang pertama sudah menikah, yang kedua di pesantren, tepatnya di ulee kareng, yang ketiga mengalami stress, namun tetap dirumah bersama kedua adiknya, sementara suaminya sudah termakan usia sehingga tidak sanggup bekerja lalu ibu zubariah lah yang menjadi tulang punggung keluarga, hanya dengan menjajakan kerang jenis tiram setiap harinya.
Selama ini saya hanya mengetahui tiram makanan seafood yang pernah saya makan di restoran, dengan harga berkisar Rp 40.000 perpiring, namun dibalik enak dan kelezatannya, tanpa diketahui proses mencarian tiram tersebut. Ternyata kehidupan pencari tiram sangatlah miris, saya iba melihat para pencari tiram demi sesuap nasi tanpa menghiraukan bagaimna teriknya matahari yang yang membakar kulitnya yang sudah menua, beliau dengan rela menyelam kedalam krueng(sungai) yang dalam serta beresiko ,
proses melakukan dengan sangat sederhana hanya memanfaatkan kakinya sebagai sebagai alat pendeteksi keberadaan tiram, dikumpulkan satu persatu tiram lalu dimasukkan kedalam goni, proses pemukulan tiram dilakukan seorang diri, dengan gigihnya batu karang nan keras pun hancut seiring semangat yang tiada putus
Piyoh dek, piyoh dek, tiroem !!
Ujarnya Beliau menawarkan dengan harapan tiroem tersebut dibeli oleh orang-orang yang melintasi sepanjang jalan tersebut, tergambar jelas dari matanya , mata yang mulai menghitam disebabkan karna kelelahan yang tiada terobati, kupehatikan garak gerik yang begitu menyentuh hati saya, bergegas untuk menghampiri beliau dengan maksut membeli, tampak beberapa tiram yang telah dibungkus rapi dengan plastic bening, beliau menjualnya dengan harga Rp 15.000 perbungkus. Dengan pendapatan Rp 50.000 perhari tentu tidak akan tercukupi kebutuhan rumah tangga apalagi yang memiliki tanggungan berupa anak dan suami.
Selain menjajakan dagangannya beliau juga melakukan pekerjaan rumah tangga, layaknya wanita seperti mencuci, memasak namun beliau melakukannya setiba pulang dari alue naga tempat dia biasa berjualan.