Catatan Konflik: Dagadu di Pos Militer

in indonesia •  7 years ago 

Konflik Aceh menyisakan banyak cerita, diantara cerita itu kisah nyata Dagadu di Pos Militer merupakan cerita yang sulit aku lupakan dan akan terus aku kenang.

Sekitar tahun 2002, tepatnya saat aku masih di bangku SMK Negeri 1 Peusangan, Bireuen. Mengurung niat untuk pulang kampung saat libur puasa. Dengan alasan mencari "logistik" menyambut hari raya, terpaksa menjadi kuli batu bata untuk meraup gocehan rupiah di Matangglumpangdua, Bireuen. Krisis lapangan kerja dan suasana konflik di Buloh menjadi alasan yang kuat keputusan di atas diambil.

Hari - hari dalam bulan puasa, berbekal cangkul dan sebuah media sumur merubah diri menjadi "kerbau" mengolah tanah liat untuk bahan batu bata. Tidak banyak untuk ukuran saat ini, sekitar 30 ribu jumlah rupiah mampu di tabung perhari.

Jumlah hari menjadi kerbau dalam bulan puasa itu selama 25 hari, dengan jumlah rupiah berhasil ditabung sebesar 750.000. Akhirnya bisa pulang kampung dengan membawa pulang logistik untuk menyambut lebaran.
Nasir KSI.jpg

Saat konflik, Alm Ayah dan dua abang ipar terlibat dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sehingga rumah di kampung selalu menjadi target operasi aparat keamanan, terlebih hari - hari mendekati lebaran. Tiga malam sebelum lebaran, rumah di grebek oleh TNI. Kedatangan mereka ibarat suara beduk untuk membangunkan sahur kami. Seisi rumah diobrak-abrik oleh mereka, aku bersama mamak hanya bisa menonton adegan brutal mereka yang sekali - kali menodong moncong senjata kearah kami, menanyakan dimana lokasi disembunyikan senjata.

Raut wajah Mamak tidak terlihat sedikitpun rasa takut, meskipun dibawah ancaman senjata saat itu. Bukan karena tidak bersalah, tapi kondisi dan kejadian seperti itu sudah mendarah daging baginya selama masa konflik Aceh. Mereka menanyakan siapa aku, mereka juga menuduh aku sebagai anggota GAM. Bukan, dia anak saya dan selama ini sekolah di Bireuen, makanya tidak pernah terlihat di rumah jawab Mamak untuk menangkal tuduhan mereka. Sedangkan aku hanya mampu terdiam sambil menggepal tangan Mamak.

Operasi mereka sia-sia, karena tidak ditemukan senjata sebagaimana target operasi mereka, merekapun beranjak pulang sambil meletuskan tembakan ke udara sebagai bentuk kekecewaan mereka. Tidak terhitung jumlah mereka, namun dapat aku pastikan jumlahnya lebih 10 orang, namun satupun tidak aku kenal. Karena kondisi gelap, dan sebagian dari mereka menggunakan penutup wajah.

Bersama Mamak, merapikan kembali pakaian dan sejumlah barang yang berserakan akibat operasi itu. Kebetulan, uang jajan untuk lebaran aku simpan dalam lemari baju, uang itu aman dan tidak tersentuh, alhamdulillahhh gumamku dalam hati.

Esok harinya, tetangga dan beberapa warga berdatangan ke rumah menanyakan kondisi kejadian semalam. Hari Megangpun tiba, kami menikmati hari megang seadanya.

Malam lebaran saat konflik tidak terlihat semeriah saat ini, terlebih kondisi kami di Buloh, Aceh Utara. Tidak terlihat kobaran kembang api atau letusan petasan. Jikapun ada, itu pasti suara senjata GAM atau TNI. Jadi, malam lebaran hanya bisa berkumpul di warung kopi di desa, itupun tidak sampai larut malam, karena di Buloh ditentukan jam malam saat itu. Jika ingin berkumpul sampai pagi, pilihannya poskambling/pos jaga di desa.

Terdengar suara takbir di masjid, menggunakan sepeda buntut aku menuju ke masjid untuk tunaikan shalat Id. Sambil merenung isu Khutbah, teringat kondisi Ayah yang tidak tahu dimana keberadaan. Hanya bisa mencium tangan Mamak saat pulang dari Mesjid, dan tersampaikan doa untuk Ayah agar selamat dalam persembunyiannya.

Setelah bersilaturrahmi ke beberapa rumah family, siangnya sekitar jam 14.00 Wib ada janjian dengan kawan untuk berkunjung kerumah guru waktu SMP dulu. Baju lebaran yang aku beli hasil keringat menjadi kerbau rencana aku pakai untuk berkunjung ke rumah guru.

Bagaikan terkena ledakan granat atau disambar petir, disaat aku buka lemari baju lebaran itu tidak ada lagi. Dalam bungkusan hanya ada satu celana jeans yang juga aku beli dari hasil keringat.

Mamak... ada mamak pindahkan baju di lemari tanyaku, jawabnya singkat tidak!

Caci maki, sumpah serapah, dan jutaan kosa kata lainnya keluar dari mulutku, ini pasti mereka... pasti mereka... yang mengambil baju baruku

Aku terduduk diam dan bersedih saat itu, sudahlah, nanti malam kita cari baju lain, kita ngutang pada Tgk. Andah kata Mamak saat menghampiriku. Tidak ada jawaban dariku.

Sore itu juga aku pergi ke Keude Bereughang, nongkrong disana sambil mataku memperhatikan pos TNI didekat jembatan. Tujuannya hanya satu, untuk memastikan bahwa benar mereka yang ambil bajuku. Sore itu gagal, baju itu tidak terlihat di pos, lebaran kedua dan ketiga juga gagal investigasiku.

Putus asa, lebaranku tidak seperti yang ku harapkan. Sore lebaran ke empat aku siap - siap kembali ke Matangglumpangdua, karena hari lebaran kelima masuk sekolah. Dalam perjalanan dari rumah ke Lhokseumawe aku singgah sebentar di Keude Bereughang, karena RBT yang aku tumpangi mengisi BBM. Tak sengaja, mataku tertuju ke arah pos TNI, dan terlihat salah satu oknum memakai bajuku. Aku kenal betul, itu bajuku, mereknya Dagadu.

Puncak kemarahan yang telah hilang tiba - tiba bangkit kembali bersama luapan emosi saat itu. Jika punya senjata atau satu granat, maka akan terjadi peperangan besar hari itu.

Ini Ceritaku!
Nasir Membaca Icon.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  7 years ago Reveal Comment

Kisah masa konflik terkadang selalu kita ceritakan sambil tertawa..sekarang.........

Cerita yang tidak pernah ingin ku ulang lagi...

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by nasir83 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.