Kisah ini benar-benar menginspirasi saya. Semoga bermanfaat.
Seorang guru mengunjungi muridnya. Saat bertemu, guru melihat muridnya sedang bermuka murung.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah seperti tak ada habis-habisnya," ujar seorang murid dengan muka kusutnya.
Sang guru terkekeh.
"Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari!"
Ia melaksanakan permintaan gurunya.
"Coba masukkan segenggam garam ke dalam segelas air, lalu minumlah airnya sedikit," kata guru.
Murid menuruti kembali permintaan gurunya.
"Rasanya asin, sama sekali tidak enak." kata murid dengan wajah meringis karena meminum air asin.
"Sekarang ikut aku." Sang guru membawa muridnya ke sebuah danau.
"Ambil segenggam garam lagi lalu taburkan ke danau ini," perintah guru. Si murid menurutinya lagi.
"Sekarang minumlah air danau ini. Bagaimana rasanya ?" tanya sang guru.
"Segar sekali. Berbeda dengan air asin sebelumnya," jawab murid.
Lalu guru memegang bahu muridnya dan berkata, "Nak, segala masalah dalam hidup kita seperti segenggam garam. Tidak kurang dan tidak lebih. Banyaknya masalah dan penderitaan yang datang dalam hidup kita sudah diatur oleh Sang Maha Mengatur, sesuai untuk diri kita. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak bertambah dan tidak berkurang. Setiap manusia di dunia ini pun demikian. Bahkan seorang nabi pun tidak bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.
"Rasa asin dari penderitaan itu sangat bergantung pada besarnya hati yang menampungnya. Jadi nak, agar deritamu berkurang, berhentilah menjadi segelas air. Jadikan hatimu selebar danau ini."
Kepahitan akan tetap pahit, jika dilihat dari kacamata kepahitan. Ubahlah kacamata Anda!
Semoga cerita inspiratif ini bermanfaat.
Salam @naziratulaulia