Hanya Oknum Gajah yang Meresahkan Masyarakat, Seperti Oknum Manusia yang Memulainya

in indonesia •  6 years ago 

Episode sebelumnya
https://steemit.com/indonesia/@ojaatjeh/hewan-perusak-tanaman-warga-masyarakat-adalah-gajah

"Setelah anak gajah tersebut melakukan hal tersebut, dia pun berjalan meninggalkan bapak.

60-anak_gajah_twistedsifter.jpg
Atagob

Bapakpun pergi ke arah yang berlawanan dengan anak gajah tersebut, dan tidak lupa berucap Semoga Beujroh Kah Hai Po Meurah, bagah mrumpok ma ngon yah kah.

Karena sudah agak gelap dan bapak belum Shalat Ashar, bapak tunaikan dulu kewajiban, setelahnya bapak kembali ke Jambo. Setelah dua hari berada didalam hutan, bapak pulang ke rumah dengan membawa beberapa rotan yang bapak dapatkan. Masih seperti biasa hasil dari mencari rotan tersebut. Walaupun kadang-kadang banyak, akan tetapi yang bapak bawa pulang semampunya saja. Selebihnya tinggal di Jambo, untuk bapak bawa pulang jika kembali mencari rotan.

Beberapa bulan berlalu, dan karena kondisi kesehatan yang sudah mulai menurun bapak sudah jarang mencari rotan lagi. Dah mulai bercocok tanam di sekitar rumah saja. Si Abang pun (sambil melihat anaknya) tidak mau mencari rotan karena takut katanya.

Kami berempat melihat tajam ke arah kawan kami itu, seorang diantara kami berujar "Aneuk Hana TA'AT" dengan bercanda. Tawa kami lepas tanpa menyadari itu di dalam hutan.

Kemudian bapak melanjutkan ceritanya.
Seingat bapak lebih 6 bulan tidak pernah lagi mencari rotan. Hingga pagi hari itu, entah apa yang terbesit di pikiran hingga keinginan mencari rotan datang dengan sendirinya. Meminta izin sama Mak (istrinya) untuk masuk hutan lagi, walaupun awalnya Mak melarang.

Betapa terkejutnya bapak ketika sampai di Jambo. Melihat sekeliling Jambo di penuhi rotan-rotan yang menggunung. Tingginya melebihi dari tinggi Jambo itu sendiri. Subhanallah, Inilah Kuasa Ilahi Rabbi.

Begitu banyak rotan tersusun dan tertata rapi, dan tidak menutupi jalan setapak menuju Jambo.

Ucapan syukur terus menerus bapak lafazkan, dan kali ini ucapan-ucapan itu bisa di dengar oleh orang lain. Sambil memilah-milah tumpukan rotan dan memotongnya kata-kata Alhamdulillah Yaa Allah dan Bershalawat Kepada Rasulullah terus menerus bapak ucapkan.

Karena waktu Zuhur telah sampai, nasi yang di bungkus oleh Mak tadi bapak buka dan melahapnya. Setelah selesai makan, bapak turun ke arah yang biasanya untuk mengambil air wudhu dan air minum yang memang berasal dari sumber mata air gunung.

Setelah Shalat melanjutkan dengan memilah rotan-rotan yang menggunung tadi.

Sebenarnya dari awal melihat tumpukan rotan yang begitu banyak, bapak sempat berpikiran dari mana sebenarnya rotan-rotan tersebut berasal. Kalau seandainya punya si Fulan (sambil menyebut nama) sepertinya tidak lah mungkin. Karena dia tidak pernah menumpuk hasil hutan yang di dapatkan ini dan tidak mungkin di letakkan di Jambo bapak.

Tapi sudahlah, mungkin ini Rezki dari Allah.

Setelah selesai merapikan yang kira-kira sanggup bapak bawa pulang, selanjutnya bapak kembali turun ke mata air tadi untuk mengambil wudhu karena sudah waktu Ashar.

Saat itulah bapak mendengar suara Gajah yang bersahut-sahutan, tidak terlalu memperdulikan suara gajah tersebut, dan kembali naik menuju Jambo untuk menunaikan Shalat Ashar.

Karena setelah shalat bapak berencana pulang dengan rotan-rotan semampunya. Saat keluar dari Jambo bapak melihat 3 ekor Gajah sedang berdiri di samping rotan yang telah bapak rapikan tadi.
Yang paling besar bersuara dengan lantang akan tetapi yang kecilnya menyeruduk-rudukkan kepala ke kaki kanan yang menurut perkiraan adalah bapaknya si anak Gajah tersebut.

Subhanallah, kah Po Meurah Meutuah ? bapak berujar tanpa berpikir. Anak gajah menjulurkan belalai ke arah bapak, sambil berjalan mendekati bapak.

Sedangkan bapak dan Emaknya berjalan mundur beberapa langkah. Seperti memberikan keleluasaan si anak melepas rindu dengan bapak. Sambil menghampiri anak gajah bapak berucap "awee nyoe kah yang ba PO Meurah Ubiet". Tanya bapak. Tiba-tiba bapak dan emak nya bersuara lantang yang membuat anaknya sedikit mundur. Ini yang bapak tidak mengerti maksud kelakuannya.

Bapak beranikan diri mendekati yang Jantan. Sambil berujar Kah Po Meurah Raya, Indatu kah keuh yang geuek le Sultan Iskandar Muda, Sultan yang jinoe ka Hana le.

Setelah bapak berujar begitu, Gajah tersebut menundukkan kepalanya, dan anak gajah mendorong bapak untuk lebih dekat lagi dengan bapaknya tersebut.
Sambil terus beristighfar bapak mendekati lagi induknya, ketika tangan bapak bergerak hendak memegang kepala gajah, tiba-tiba yang betina bersuara sambil terus mendekat, hingga bapak membatalkan keinginan untuk menyentuh kepala gajah jantan. Sekarang posisi bapak di tengah, sebelah kanan Gajah Jantan sebelah kirinya Gajah Betina. Sedangkan anaknya berada di samping kanan yang jantan.

Teurimong Geunaseh Po Meurah Meutuah mandum, karena ka neuba awee-awee nyoe u tempat lon nyoe

Bapak mencoba berkomunikasi dengan mereka. Seperti di komando ke-tiga ekor gajah bersuara lantang mengangkat tinggi belalai mereka.

Dan merekapun pergi meninggalkan bapak, kecuali si kecil yang terakhir. Menghampiri bapak mengipas-ngipas kupingnya dan meraih tangan bapak dengan belalai. Bapak mengelus kepalanya dan kembali berucap. Kah hai Po Meurah Meutuah, Cuco Indatu Gajah Po Meurah Intan ata Sultan Iskandar Muda. Melalui kah Allah bri Raseuki keu lon. Jak seutot yah ngon ma laju keudeh. Anak itu sungguh mengerti kata-kata bapak. Dan diapun berjalan mengikuti orang tuanya".

Kami semua terlarut dalam cerita bapak, beberapa suara bhub-bhub pun tak lagi kami open.

Nak, jika ingin berdampingan hidup dengan Gajah, perlakukan mereka dengan baik. Jangan usik mereka.

Karena pada dasarnya Gajah itu ingin ketentraman, sama seperti kita. Semut pun akan melawan jika dia merasa terancam.

Pesan Terakhir Bapak terhadap kami. Karena sesudah malam itu, kami tidak pernah berjumpa lagi Allah telah memanggil Bapak kembali.
Ini aku baru aku ketahui, pada musim durian tahun lalu.

Aku dan beberapa kawan mengunjungi kediaman bapak setelah kabar bapak telah tiada. Dan terakhir Jubir bercerita, ketika malam bapak meninggal karena penyakit tuanya, suara gajah bersahut-sahutan. Masya Allah.

Regard @ojaatjeh

Salam Damai dan Kompak Komunitas Steemit Indonesia

U5dtu7nVpfaybQwBhdRQaowbeW3CVTT_1680x8400.jpeg
U5du9q4MYougyBiZC2cwg19eBpCfo6j_1680x8400.jpeg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

luar biasa kisah bapak dan sang gajah, tulisan ini layak sangat menjadi juara kontes, saya sih yes

Your comment hasbeen upvote by @playerflower, courtesy by @hericopter with 💯%

Beraat yaa. Hahahahaa boch itick com

Bretuus @ojaatjeh? Pada hakikatnya, semua makhluk mendambakan kedamaian dan kenyamanan.

Jelas cutkak @rahmayn. Damai dan nyaman di segala tempat..

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by ojaatjeh from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.