“Bukankah apabila orang yang sakit itu dihalangin dari makan dan minum serta tidak mengosumsi obat, dia akan mati?” Mereka (teman-temannya) menjawab “Benar”. “Berarti begitu pula hati; apabila ia terhalangi dari rasa cinta dan kasih sayang, niscaya hati juga akan mati”.
Ketika rasa cinta yang sudah tumbuh sangat dalam di antara kita, terutama aku. Memang benar semenjak kita menjauh aku selalu memikirkanmu dan merindukanmu, ku harap kau juga begitu.
Pikiran ku mulai acuh, ketika kau memasukin dia dalam kehidupanmu yang mungkin dia hanya seperti angin yang mewarnai hatimu, kemudian menghilang. Aku sangat meyakinimu, namun kau lebih memilih dia dan menjatuhkan cintaku padamu. Kesederhanaan ku ini mungkin membuat kau pilu, karna menungguku. Tapi kau seharusnya sabar dalam menunnggu ku, karna aku berusaha untuk menciptakan cinta yang berkualitas walaupun dengan kesederhanaan ku. Aku tak memiliki motor besar, rumah mewah, dan kekayaan yang berlimpah. Aku hanya bisa memberikanmu air hangat, ketika kau kehujanan dan kedinginan, dan aku hanya bisa membawamu di bawah pepohonan yang lebat saat kau kepanasan dari teriknya matahari. Namun jika kau menuntut kebahagiaan, aku akan menyuruhmu menunduk dan mengingatkan hal susah yang pernah kita jalanin.
Dia yang kau bawak ke dalam kehidupan kita, kini telah menghancurkan puing-puing bangunan cinta yang telah ku bangun. Aku pernah mengatakan padamu “jadilah seseorang wanita yang dewasa dan bijak dalam hal apapun, jauhkan cinta yang bersemayam di negri sosmed”. Itu bukan berarti aku tak mau di hubungin, aku hanya ingin kau mengerti bahwa cinta bukan berarti harus menghubungin kekasihnya hingga 24 jam. Bukan aku cuek......... tapi, ada hal yang ingin ku capai, yaitu mendapatkanmu sepenuhnya tanpa menyakitin orang lain. Itulah alasan ku tidak mengungkapkan perasaan ku. Mungkin cara ku yang salah, hingga membuat kau menunnggu, dan mungkin aku terlalu egois, karna aku hanya menomor satukan caraku ini.
Aku pernah merasakan rasa cemburu, sedih, marah, bahkan penyesalan. Hal ini kurasakan saat aku lihat kau sedang mengobrol dengan si dia (doi). Dengan ditemani segelas kopi dan genggaman handphone di tanganku, ingin rasanya aku berkata padamu Aku Mencintaimu. Saya pun berpikir, “Apakah ini yang dinamakan politik cinta?, Tak ada yang namanya demokrasi, siapa yang tergetar hatinya, silahkan maju duluan.
Waktu pun terus berjalan dari detik, menit, hari, bulan, kami pun lama tak pernah berkomunikasi. Namun, ketika kami membuka ruang komunikasi kembali, dia membisikan kepada saya, bahwa seseorang yang pernah mewarnai hatinya itu menghilangkan warnanya menjadi goresan. Saya hanya tersenyum, hanya saja di dalam hati saya ini berbisik mengatakan, “Apakah kau tau sampai saat ini aku masih ingin memilikimu?”. Aku tak ingin mengungkapkan itu padamu karna aku sudah memutuskan untuk “Mencintaimu dalam diam”.
13 September 2018
Betul-betul seorang pengarang ini
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit