Indonesia. Mungkin, kalau saya berada di luar negeri dan lama tidak pulang ke tanah air. Ketika mendengarkan suara-suara yang berisi kata Indonesia masuk kedalam telinga saya. Maka, saat itu juga, merinding bulu roma yang memicu detak jantung berdebar-debar tidak karuan. Seketika itu juga, rasa rindu akan nuansa nusantara datang secara tiba-tiba melanda tertahankan. Bagaimana tidak. Bangsa ini selain memiliki segala keindahan alam semesta juga memiliki banyak sosok tokoh legenda. pejuang-pejuang yang merelakan jiwa dan raganya untuk Indonesia. Ratusan tahun jiwa dan mental bangsa ini ditekan oleh belanda dan sekutu, serta pasukan nippon jepang. Penjajah melakukan suatu bentuk paksaan ke bangsa ini agar mempunyai pola pikir yang memihak ke penjajahan. Namun atas cinta dan kasih sayangnya Sang Pencipta kepada bangsa ini. Mereka pejuang mampu maju berjuang dan bertahan untuk meraih impian yang mulia. Yaitu impian memanusiakan manusia, dengan menghapus perbudakan dan penindasan yang terus menerus dicambuk dan dihantamkan oleh penjajah kepada bangsa Indonesia.
Putra sang fajar dari muda belia belajar dan bertirakat demi mempersiapkan kemerdekaan bagi setiap bangsa-bangsa di nusantara. para cendekiawan berpuasa, menerima segala penderitaan, demi menempa diri untuk mapan merebut kemerdekaan. Kesabaran ulama dalam menerima takdir. Berdiam diri, itikaf dan wirid memohonkan bantuan kepada Gusti Allah untuk para pejuang demi merebut kemerdekaan. Kemudian para raja, pangeran dan bangsawan rela meninggalkan kemewahan kehidupan di dalam istana/keraton untuk memilih hidup berbaur dengan rakyat dalam mempertahankan keadilan bagi rakyat Indonesia. Serta banyak kisah heroik lainnya, yang mengangkat bangsa Indonesia hingga dikenal dunia hingga saat ini.
Berperang melawan senjata mesin dengan menggunakan perlengkapan perang seadanya, para pejuang kita maju menggempur untuk menghalau keserakahan penjajahan dari bumi nusantara. Banyak yang gugur, lumpuh seumur hidup dan hilang tidak ditemukan. Meninggalkan kisah pilu dan sedih bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal ini tidak menurunkan semangat juang rakyat pribumi untuk terus bertempur di medan perang. Perjuangan anak bangsa dalam memperebutkan kemerdekaan merupakan bukti. Bahwa tidak semua penderitaan yang membuat menderita. Mereka sambut penderitaan tersebut, baik penderitaan bagi jiwa dan raga dengan tulus demi menegakkan kemanusiaan di tanah nusantara. sehingga penderitaan tersebut dipanen menjadi sesuatu yang menghasilkan kemerdekaan di tanah pusaka Indonesia dari cengkraman keserakahan penjajahan.
Sekarang pasca kemerdekaan. Para ksatria perlahan-lahan mulai hilang dari bumi Nusantara. Rakyat sipil mengalami sebuah fenomena penurunan rasa cinta tanah air. Dengan segala kenyamanan yang kita rasakan saat ini. perlahan-lahan, menghilangkan rasa syukur kita terhadap kemerdekaan yang telah dipersembahkan para pejuang kita dahulu. Spirit bangsa kita perlahan-lahan tergantikan oleh materialisme. Ideologi bangsa Pancasila tidak terasa lagi di dalam sanubari. Materialisme didoktrinisasi dan didogmanisasi dari berbagai penjuru. Membuat kita kagum dengan bangsa yang maju secara materialisme dan memandang bangsa ini negeri yang levelnya jauh di bawah negara maju tersebut.
Ditengah-tengah kondisi menurunnya cinta tanah air. Hadirlah para prajurit-prajurit. Yang dibentuk hingga memiliki jiwa cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, Setia pada pancasila dan rela berkorban, Mereka tidak lain adalah para pengaman nusantara, TNI. Banyak sentimen negatif beredar di tengah masyarakat tentang mereka. Mulai dari arogansi, korup dll. Namun sesungguhnya tidak semuanya begitu. Di luar sana masih banyak TNI yang setia pada prinsipnya menjadi seorang Ksatria. Mereka sabar mengawal bangsa ini dari keterpurukan. Bekerja tanpa disoroti media, sampai-sampai kita tidak sadar bahwa dengan susah payah mereka menjaga kita, untuk dapat bercanda gurau, berfoya-foya di tengah kota, nyaman dalam bermasyarakat dan berkarir. Mereka korbankan jiwa dan raganya demi keutuhan NKRI.
Mari kita coba merekonstruksi pola pikir. Jangan mudah merendahkan unit-unit yang ada di Negara Indonesia tercinta. Sebelum mencap ini baik atau buruk, mulailah kita berpikir kritis. Cari akar permasalahannya amati prosesnya dengan sumber yang bukan hanya berasal dari satu sumber apalagi media. Terjunlah terlebih dahulu ke semua lapisan objek yang kita ingin kritisi. Telaah lebih lanjut, apa indikator kelebihan dan kekurangan sebuah objek itu terbentuk. Kaitkan lah semua itu dengan langit. Agar kita tidak takabur dan dapat pasrah menerima dan mantap menyakini suatu fakta objek yang kita amati. Teruskan perjuanganmu. Perlahan namun konsisten akan lebih baik dibanding cepat namun tidak konsisten.