Negara terdiri dari Tanah Air, Menejer dan Rakyat. Manejer dibungkus oleh suatu organisasi yang namanya pemerintah. Pemerintah sendiri berfungsi untuk mengolah segala potensi yang ada di suatu negara agar dapat menyatukan bangsa-bangsa yang ada di suatu negara agar mampu menciptakan kondisi yang seimbang, baik ketahanan pangan, keamanan, ekonomi dan sosial. Dalam suatu mekanisme organisasi terdapat garis komando kerja, mulai dari pemimpin, penasehat, tim ahli dan perencana, yang diklasifikasikan sebagai pelaksana dan tim pengawasan. Garis komando ini seakan-akan memiliki level yang berebeda. secara substansi mungkin dapat disimpulkan seperti itu, seperti pemimpin merupakan puncak komando tertinggi dan tim pelaksana yang terbawah. Namun semua itu kalau dipandang secara esensi dapat diliat bahwa, tidak ada komando puncak tertinggi atau golongan yang terendah, melainkan yaitu klasikasi dalam pembagian tugas kerja, hal ini untuk menciptakan ideal moral dan keseimbangan tatanan manajemen kerja, yang berharmonisasi antara satu komponen dan kompenen organisasi lainnya dalam berproses menggapai visi dan misi.
Pemimpin merupakan seorang yang dipercayai sebagai pengambil keputusan dan kebijakan. keputusan dan kebijakan tersebut dipilih berdasarkan masukan dari pelaksana, pengawas dan penasehat, Segala keputusan yang diambil pemimpin idealnya berdasarkan hasil kajian dilaksanakan tim pelaksana, dengan pertimbangan dari penasehat. hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi pemimpin untuk memutuskan suatu kebijakan. Jadi, disini dapat kita pahami bahwa, apabila seluruh unit dan komponen suatu organisasi pemerintah, ada yang tidak sejalan dengan visi misi pemerintah, maka akan berpengaruh kepada setiap hasil keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pemimpin.
Pelaksana merupakan alat utama bagi seorang pemimpin untuk mewujudkan tujuan suatu negara, Dikarenakan tugas pelaksana masuk kedalam atmosfer masyarakat yang ada di suatu negara. Hal ini dapat dikatakan sebaga upaya pemimpin untuk memahmi apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Pelaksana atau saya klasifikasikan disini sebagai ASN, ASN merupakan manajer yang mengelolah negara Indonesia. ASN merupakan penjaga visi misi negara agar selalu berada di rel yang telah ditentukan dan disepakati oleh rakyat Indonesia. Tugas ASN ialah mengabdikan diri kepada negara dan rakyatnya, maka ASN harus selalu siap menerima konsekuensi kesengsaraan ketika dalam menjalankan tugasnya. Kesengsaraan tersebut dapat dirasakan di jiwa, raga dan harta mereka. ASN yang memiliki tugas pokok dalam menjaga keharmonisasian negara secara universal, wajar kalau hidup mereka akan penuh dengan pengorbanan sesuai dengan kodratnya sebagai pengelola negara.
Rakyat merupakan investor sebuah negara, mereka komponen yang mencintai negara dan alat-alat negaranya. Mereka cinta tanah air dimana mereka lahir, Mereka berfungsi sebagai penyedia jasa, dalam memenuhi kebutuhan negara mulai dari menggerakkan roda eknomi, menyediakan bahan pangan, sandang, dan kebutuhan penunjang lainnya. Dari segala pendapatan yang diperoleh rakyat, Mereka sumbangkan untuk membayar pajak, agar segala kebutuhan alat negara ini dapat tercukupi dengan baik. Merekalah hakikatnya yang membayar alat negara dan ASN. Atas hal tersebut dalam merumuskan kepentingan negara harus menghasilkan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bagi rakyat, hal ini harus lebih diutamakan, daripada kepentingan abdi negara sendiri.
**Idealnya Abdi Negara merupakan orang-orang terpilih atas dasar kemauannya yang mau rela berkorban untuk negara, baik mengorbankan jiwa dan materi. Bukan hanya untuk mencari untung atau memperoleh gaji, yang katanya dapat menjamin keberlangsungan hidup abdi negara serta keluarganya kelak.
Kan lucu kalau ada abdi negara yang mempunyai tujuan menjadi abdi negara tidak untuk mengabdi pada negara, melainkan untuk kepentingan dia sendiri. Kalau sudah begini, sudah jadi tidak heran, kalau ada abdi negara yang merasa berhak menghambur-hamburkan anggaran negara, tidak lagi kreatif untuk berkarya demi negara, merendahkan rakyat yang menggajinya dan tidak rela bekerja kalau tidak dibayar walau negaranya sangat membutuhkannya. Atas hal tersebut abdi negara harus benar-benar terpilih, bukan hanya berdasarkan dari kemampuan akademik dan keilmuan yang dimiliki, namun juga kemampuan seberapa rela dia sengsara untuk mempertahankan cintanya ke negara.
Zaman sewaktu nusantara ini mengalami masa kejayaan. hal ini dapat dijadikan bukti, bahwa perekrutan abdi negara pada era itu sangat tepat. Pemilihan abdi negara tidak mengikuti metode negara cina, yunani, arya, yahudi dll. namun menggunakan metode nilai-nilai yang telah ada negara itu sendiri. Mulai dari alat ukur hingga penilaiaan moral. Contoh Patih Gadjah Mada. Sebelum direkrut menjadi anggota elit kerajaan pasukan bhayangkara ia pernah terlibat melindungi salah satu petinggi kerjaaan dari serangan banteng liar. Pada saat itu dia hanyalah warga biasa, namun karena tekadnya dan keberaniannya dalam melindungi orang-orang disekitarnya, maka langsung diangkatlah beliau menjadi salah satu abdi kerajaan di Majapahit. Coba anda bayangkan kalau sekarang, anda harus ikut tes administrasi, memperlihatkan keahlian dan kompetensi anda dari sebuah kertas, kemudian anda dites dengan menggunakan metode yang banyak celahnya, ditambah lagi tes tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kerjaan anda kelak ketika menjadi abdi negara. Disinilah letak celah-celah kekurangan pada metode perekrutan abdi negara kali ini.
Banyak orang pintar dan mampu menyelesaikan soal kepribadian di sebuah komputer. Yang mana, dengan media tersebut bisa saja banyak yang curang atau tidak menjadi diri sendiri ketika menjawab soal kepribadian tersebut. Selain itu pertanyaan yang ada, diberikan opsi jawaban pilihan ganda dalam menjawabnya. Kalau seperti itu metodenya, bagaimana caranya memverifikasi hasil seleksinya. misalnya pertanyaannya begini "Bagaimana sikap anda ketika melihat atasan anda melakukan kecurangan" "jawaban A. Melaporkan kepihak berwajib, B. Menasehati dan mengingatkan atasan agar berhenti curang C. membiarkan saja. D. keluar dari kantor tempat anda bekerja." Ya kan dari opsi jawaban tersebut sudah ada kisi-kisi untuk mengkamuflasekan kepribadian peserta tes, mesti pada pilih A. Hal ini menjadi alasan kenapa alat seleksi abdi negara seperti ini tidaklah pas. Dengan metode ini hasilnya pasti sangatlah kasar, dimana hasil analisa dan observasi pasti memiliki deviasi ketidak sesuaian yang tinggi.
Idealnya bukalah pendaftaran abdi negara dengan iming-iming gaji kecil, tidak ada fasilitas untuk abdi negara yang membuat dia nyaman, tidak ada jaminan hidup ketika kelak menjadi lansia. Namun diberi wewenang penuh untuk membangun negara atas dasar kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat. Kalau masih ada yang daftar, itulah abdi negara yang serius menjadi abdi negara. Abdi negara tidak pas kalau diseleksi berdasarkan hasil yang ada di kertas saja ataupun kertas virtual. namun perlu diamati dari pola prilaku langsung, bagaimana orientasi hidupnya sehari-hari. Dari pengamatan langsung ini akan terlihat kepribadian murni seorang pelamar abdi negara. Kalau hanya dites dan diberi informasi kapan tesnya dimulai, mesti banyak perserta tes tersebut yang bersiap diri untuk menipu kepribadiannya sendiri, mereka akan mengusahakan sebaik mungkin bisa menjadikan jati dirinya sosok yang pas untuk abdi negara. Tentunya ketika tes tersebut mereka tidak dapat diukur secara tepat bagaimana rasa cintanya ke negara dan rakyatnya.
Rakyat masih diam dan melihat proses metode rekrutmen ini berlangsung. Mereka malah fokus sama pemilihan pemimpin negara yang hanya menjabat dan mengelola negara ini selama lima tahun saja. Mereka tidak fokus sama abdi negara, yang mana akan mengelola negara ini selama lebih 30 tahun lebih. Padahal, kalau dikaji secara rasional, pemimpin negara tersebut hanyalah konduktor orkestra negara. Bayangkan kalau kondukturnya ahli namun yang memainkan instrumen alat negara tidak ahli, tidak tahu tempo, tidak tau kapan harus menaikkan nada dan menurunkan nada. Maka Hancur dan berantakan lah nada yang akan dihasilkan orkestra tersebut.
Selain itu, sebagai pemimpin terpilih, pemimpin tersebut diberi beban tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap permasalahan di negara, hanya dalam waktu lima tahun. apakah ini tidak terburu-buru?. Ditambah lagi setiap penggantian pemimpin, pemimpin sekarang dan pemimpin yang dulu tidak ada upaya mengestafetkan program negara, yang ada malah saling menyalahkan satu sama lain. Jangankan membereskan masalah negara, masalah internal abdi negara saja belum dapat dipastikan dapat terselesaikan.
Negara maju pada umumnya memiliki pemimpin yang masa jabatannya lama. Seperti inggris, Pemimpin utamanya adalah ratu dan dibawah ratu terdapat perdana menteri yang menjadi kepala pemerintahan. Ratu mempunyai visi misi untuk negaranya dan perdana menteri diminta menjadi koordinator di pemerintah untuk menjalankan visi misi Sang Ratu. Setiap pergantian perdana menteri visi misi yang dicapai oleh perdana menteri berikutnya tetap konsisten pada visi misi Sang Ratu. Bagi saya hal ini dapat masuk akal. Karena Negara Inggris mengambil langkah yang tidak muluk-muluk dan terburu-buru dalam menyelesaikan visi misi yang ingin dicapai. Karena ada pemimpin tertinggi yaitu Sang Ratu. Sang Ratu dengan totalitas mengamati setiap permasalahan yang ada di kerajaannya, dapat beradapatasi dan memahami bagaimana dinamika permasalahan yang ada, pengalaman merupakan kunci keberhasilannya. Menghabiskan waktu yang lama dalam mengkaji dan merumuskan permasalahan yang ada. sehingga membentuk Sang Ratu dapat mengumpulkan segala isu-isu yang sensitif di Kerajaannya dan mampu melahirkan solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kompleksnya permasalahan yang muncul dan akan muncul di kerajaannya.
Bukannya saya pro sistem negara kerajaan ini hanya contoh saja. Bukannya pula saya anti demokrasi. Saya pro kok sama demokrasi. Demokrasi, seharusnya murni dari rakyat bukan dari parpol saja. Para elit politik kalau tidak setuju dengan adanya ratu atau raja sebagai pemimpin tertinggi suatu negara. Minimal semua para elit politik bertekad untuk terus menjalankan negara ini sesuai garis besar haluan negara kita yang telah kita sepakati dari awal. Jangan saling dengki ketika ada lawan politik ketika terpilih menjadi pemimpin dan berusaha untuk membuat kebijakan yang tepat, dukunglah kebijakan itu kalau itu berhilir kepada visi misi bangsa. Lanjutkan perjuangan itu ketika masa pergantian lima tahun tersebut digulirkan. Cobalah untuk menghargai pendahulu kalian. Berhati-hatilah dalam mengambil keputusan bercerminlah kepada para pendahulu bapak bangsa ini, kaji semua fenomena yang ada, kaji dari sumber, indikator, dampak hulu dan hilir dinamika permasalahan yang dulu ada, refleksikan solusinya bagi kondisi saat ini. Luaskan spektrum pikiranmu dengan akal sebagai referensi utamanya. Abaikan reward yang bersifat materialis tidak tergoda fananya dunia.
Untuk rakyat yang pro ke negara, saat ini sudah saatnya anda semua kritis. kritis bukan hanya pada Pilpres ataupun Pileg. Coba alihkan fokus anda ke seleksi pegawai abdi negara (ASN). Karena kelak mereka lah yang akan menjadi mesin utama di negara ini. bayangkan saja kalau ASN yang terpilih bukan ASN yang cinta negara ini. Hingga puluhan tahun mereka akan terus merusak dan menggrogoti negara ini, hal ini tidak berpengaruh besar kepada siapapun itu pemimpinnya. Begitu juga sebaliknya bayangkan kalau ASN yang terpilih orang-orang yang cinta negaranya siapapun pemimpinya pasti mereka tetap akan menjaga negara ini dari kehancuran.
Atas hal tersebut mari kita tanamkan ke diri kita, teman kita, dan keluarga kita ketika mereka memilih untuk melamar menjadi ASN. Tanamkan di pikiran mereka kalau menjadi ASN bukan untuk menjadi orang kaya, orang terhormat, orang yang dijamin diterima mertuanya ketika melamar kekasihnya dan orang yang dijamin hidupnya dari masa muda hingga masa tua oleh negara. Ceritakanlah kepada mereka bukan itu tujuan jadi ASN. Sampaikanlah kepada mereka, sebelum melamar jadi ASN tata niatmu untuk menjadi tameng bagi negara ini, untuk menjadi orang yang pertama sengsara ketika negara ini menderita. Untuk menjadi orang yang berkorban, baik raga, jiwa dan hartanya untuk negara. Ceritakan juga kalau kau jadi ASN, Dalam hal hukuman ketika melakukan pelanggaran aturan, ingatlah hukuman Tuhan lebih cepat berlakunya kepada ASN dibanding ke pengusaha.