Stop Konflik, KSI-NSC

in indonesia •  6 years ago 

STORY | Adalah penduduk negeri di bawah langit yang pernah aku kunjungi awal Maret lalu. Keseharian penduduk negeri yang terkenal ramah seantero dunia disibukkan dengan menulis, bersandiwara, mengabadikan moment-moment indah, dan merangkai puisi untuk senantiasa menyenangkan sesama.

Di sana aku tidak menjumpai seorang pun bermuka masam. Semua menyatu dalam indahnya rasa kekeluargaan, seindah rangkaian puisi untuk menyambut aku datang. Itu sangat berbeda dengan keadaan di negeriku, aku datang dari negeri yang baru saja berhenti perang. Memalukan sekali jika mereka tahu bahwa negeriku pernah berperang hanya karena kurang uang jajan yang dibalut dengan membela kebenaran.

Awal kakiku menginjak tanah di negeri yang bernama Stenesia, aku kagum, dan aku sangat bangga. Boleh dikata, semua penduduk di negeri asalku sangat ingin menjadi tamu di sana. Mengapa?, karena jelata dan raja di sana kudengar tidak berbeda. Semua belajar untuk berbagi apa saja yang mereka punya. Seluruh penduduk berlomba untuk menyenangkan siapa saja, termasuk aku yang baru sebulan tiba. Raja ingin jelata senang dan jelata sangat ingin rajanya tenang.

Aku masih penasaran, dan aku masih meragukan apa yang selama ini aku lihat dan rasakan. “Semua ini tidak mungkin”, kataku membatin. Karena semua kisah negeri agung yang pernah aku baca, pertumpahan darah selalu menjadi tumbal jika ingin menggapai kejayaan. Mestinya begitu juga dengan negeri Stenesia.

Aku mulai mencari informasi dari siapa saja penduduk yang aku temui, sekalipun si tua bangka yang sedang menggendong cucunya, yang menurutku bisa saja ia esok ia tidak lagi diizinkan Tuhan untuk melihat dunia. “Rakyat di negeri ini semuanya pendatang, karena di negeri asalnya mereka sudah jenuh berperang”, kata si tua bangka santai.

Lalu bagaimana rakyat meredam kebencian yang selalu menghantui manusia hingga berujung pada perang?”, tanyaku selidik semakin dalam.

Kita semua ingin nikmati sebuah cinta”, itu tertanam dalam setiap dada rakyatnya.

Aku belum percaya, dan aku tidak mudah percaya pada apa yang disampaikan si tua bangka. Bagiku jawabannya hanya manis di bibir saja, apalagi aku hanya tamu yang belum tahu apa-apa tentang seluk beluk Stenesia. Lalu aku meninggalkan si tua bangka, dan aku mencari jawaban lain yang kusadari pada dugaanku. Aku berjalan, dan aku melihat seorang gadis berwajah muram duduk di tepi sungai. Ia ku hampiri, ia ku sapa, dan ia berpaling ke arahku.

Sayang, kenapa wajahmu muram?, apakah seseorang menyakitimu?”, tanyaku mengarahkan.

Mendengar pertanyaanku si gadis malah menangis semakin keras. “Siapa yang telah menyakiti mu?”, tanyaku semakin yakin.

Aku telah menyakiti hatiku sendiri”, jelasnya dalam isak tangis.

Aku bingung. Baru kali ini aku mendengar jawaban yang seperti ini. Ku tanyakan sekali lagi, mungkin saja si gadis tidak menyimak apa yang tadi aku tanyakan.

Siapa yang telah menyakitimu wahai gadis berambut hitam panjang?”, tanyaku lebih lembut dari pertanyaan sebelumnya. Namun gadis tetap menangis, linangan air matanya mulai diseka sekedar untuk bisa menatapku saja.

Aku telah menyakiti hatiku sendiri”, ia tidak merubah jawabannya. “Sudikah tuan menolongku?”, ia melanjutkan.

Semampu akan aku usahakan, apa?”, ujarku penasaran. Mendengar jawabanku, muram di wajahnya pun mulai menghilang.

Mulai hari ini dan untuk selamanya, Berkenankah tuan menerima kebaikan dari ku?”, tanya si gadis penuh harap.

Kenapa demikian?”, pertanyaan ku balikkan.

Kita semua ingin nikmati sebuah cinta”, ia memilih jawaban persis sama dengan apa yang si tua bangka berikan.

Ini semakin aneh pikirku, seharusnya si gadis tidak sepantasnya menangis hanya karena tidak bisa berbagi kebaikan. “Bukankah semua orang di dunia ini menangis bersebab disakiti atau tidak diberikan sesuatu yang diinginkan?”, tanyaku pada diri. Ya sudahlah, si gadis kutinggalkan dan aku belum menerima apa yang si gadis tawarkan. Kaki terlalu lelah, tapi tetap ku paksa berjalan, karena aku belum menemukan kebenaran seperti kuinginkan.

Sudah lebih sebulan kaki kupaksa bergerak di atas tanah Stenesia. Sepanjang lorong perkampungan tidak seorangpun kutemui rakyat yang pantas kutanyakan. Semua rakyat tersenyum saat kutatap, dan semua rakyat menawarkan kebaikan. Sepertinya dalam kamus masyarakat negeri Stenesia tidak ada kata-kata kebencian. “Ini berbeda dengan apa yang aku dengar. Atau mungkin kah ada penduduk negeri yang mencoba menebar kebencian agar terjadi perang seperti di negeriku?”, tanyaku pada hati.

Mencari jawaban dari pertanyaan ini sungguh membingungkan, layaknya membedakan angka enam dan sembilan dari sisi yang berlainan. Tapi aku rasa masih ada harapan, jadi biarlah kutunggu saja siapa rakyat yang harus kutanyakan, karena hampir seluruh negeri telah kujelajahi demi sebuah jawaban dari keinginan yang kupaksakan. Dan aku masih belum menemukan.

Ah, rupanya aku tidak perlu lama menunggu. Seorang yang bermuka seram dengan penampilan dan topeng menakutkan pun datang tanpa ku undang. Ia sedang melintas di depanku, menurutku, ia jelas menyimpan aura kebencian, dan ini persis seperti yang aku inginkan.

Hai yang berwajah seram, siapa gerangan yang akan kau sakiti hari ini?”, tanyaku menghentikan langkahnya.

Maaf tuan, saya kebetulan hanya melintas dan hendak menuju ke gedung pertunjukan. Saya ingin menghibur penduduk negeri Stenesia dengan sandiwara yang terinspirasi dari negeri yang dilanda perang. Dan hamba sendiri dipercaya untuk berperan sebagai orang yang kejam”, jelasnya panjang menghindari salah faham.

Ooo, jadi engkau bukan benar-benar penebar kebencian?”, tanya lagi karena belum bisa terima kenyataan.

Bukan, tuan. Karena KSI-NSC”, jawabnya dengan senyuman dan singkatan.

Lho, boleh saya tahu kepanjangannya?”, aku makin kebingungan.

“KAMI SEMUA INGIN-NIKMATI SEBUAH CINTA”.

Salam-salaman...
@pieasant

Image Credit: 1 2 3

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kapan balek ke negeri abang? Hahahaha😀

Congratulations @pieasant! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of posts published

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.

To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!