KITA AKAN BERCERITA.
Sepasang kekasih, mabuk senja ini
Inilah waktu yang paling dinanti
Untuk bertemu melepas dahaga sepi
Sang lelaki, yang gagah perkasa
Memancarkan kilau keemasan
Tak sabar menuju peraduan
Tempat segala kata merumahkan cinta
Di sana, seorang perempuan anggun duduk bersila
Mata yang nanar memburu rindu
Tubuhnya bercahaya sedikit malu-malu
"Cepatlah, Kanda!" ujarnya
"Langit tak akan melambatkan masa,
aku takut kita akan lama merajah perjumpaan
Kerana malam semakin limbung
Untuk menata hening hunian,"
Sambil meraih tangan kekasihnya
Yang sebentar lagi akan purna.
"Jangan terlalu cepat!" Sahut Lelakinya
"Selalu saja masih ada waktu
Sebelum malam membunuh
Dan menghidupkanku kembali lain hari
Ketika aku mati, segala kenangku
Tak akan naik menuju pangkuanmu
Mungkin hanya doa
Dan sejumput lara," ucapnya lirih.
"Untuk apa kita bertemu
Jika harus melepaskan perpisahan
Kembali ke sanubari tuhan?" Tanya Sang Perempuan.
Matanya basah, jemarinya bergetar.
"Sebentar saja, kita akan bercerita
Tentang maut dan cinta
Tentang kelahiran dan kematian
Tentang perjumpaan dan perpisahan
Tentang ingatan dan kenangan
Tentang segala yang akan hilang
Dan yang akan kembali
Segala kata yang telah kususun
Menjadi rumah cinta untukmu
Segala terang dan redup mata
Biarlah langit terus merapal mantra
Tapi sepersekian detikpun terlalu berharga
Walaupun harus melihat bola matamu
Sebelum sunyi datang
Membawaku pulang ke sanubari tuhan.
Esok, ketika kembali
Tak ada lagi yang tersisa
Tak ada lagi yang bisa kita ingat
Kita menjadi ciptaanNya
Yang terus menerima dan melepaskan cinta
Kita akan terus bercerita
Bagaimana kau dan aku setia mencinta,"
Hari semakin meredup
Sang lelaki purna perlahan
Di tingkap malam yang tak pualam
Meninggalkan kekasihnya
Menjerit kehilangan
Pada kata-kata
Yang merumahkan cinta
Langit membisu
Mengirimkan sunyi
Berlagu-lagu.
Lhokseumawe, 170818.
PDA.