Mereka yang Digaji Harusnya Tahu Diri

in indonesia •  7 years ago 

image

Wah wah wah
Mungkin judul yang saya pilih ini tergolong cukup sarkastik. Namun jika ditilik kembali, rentetan kata-kata itu adalah paduan yang pas sebagai gambaran atas kekecewaan saya.

Ya, untuk kesekian kalinya lagi-lagi saya patah hati. Bukan karena perihal cinta ataupun pasangan. Ini soal kepercayaan yang dikecewakan oleh pihak yang seharusnya diyakini dan meyakini.

Bermula ketika saya berniat untuk merampungkan beberapa urusan administratif di salah satu kantor pelayanan publik. Ekspektasi saya tentu tak terlalu tinggi. Mengingat situasi manusia di zaman sekarang yang cenderung mengganggap keramahan bukan hal penting.

Namun, terang tak pula separah itu apa yang saya perkirakan. Biar tak ramah, setidaknya kinerja harus memuaskan. Akan tetapi begitulah realitas yang saya temui baru-baru ini.

Padahal, itu adalah kali pertama saya mengunjungi kantor yang menjadi salah satu jantung segala urusan penting di Kota ini. Ya, faktanya pagi itu kekecewaan tak dapat dihindari dan kepuasan tak jua diperoleh.

Ceritanya lebih kurang begini..

Waktu itu, setelah menghabiskan banyak waktu untuk mengantri. Akhirnya tiba saat di mana giliran saya. Dengan segera saya sodorkan form guna penyelesaian urusan yang hendak saya ajukan. Namun, dengan tiba-tiba seorang lelaki muncul menyerobot dan memberikan beberapa lembar kertas yang tak saya ketahui apa isinya kepada pegawai di hadapan saya tersebut. Ia terlihat terburu-buru, namun bukan berarti kami yang mengantri sama sekali tak punya hal penting lain yang hendak dikerjakan.

Kemudian, mereka berbincang sesaat dengan suara pelan dan saling melempar senyum. "Ah ini apaan?" Begitu saat itu saya bergumam. Berselang pegawai perempuan itu mengangguk faham dan segera mengambil berkas lelaki itu lalu memrosesnya.
image

Ah! Melihatnya emosi saya sempat tersulut. Namun dengan alasan situasi yang cukup ramai maka bersabar dan istighfar dalam hati adalah pilihan yang tepat.

Berselang akhirnya giliran saya benar-benar tiba. Seusai file saya diterima. Perempuan itu membacanya sesaat lalu memrosesnya. Ia tak menyarankan saya untuk menunggu atau bagaimana. Sama sekali tak berucap apapun, hanya membiarkan saya berdiri di hadapannya yang tengah duduk melakukan tugasnya dengan wajah dua belas pas.

Ya itu tak masalah. Namun, yang menjadi masalah bagi saya adalah ketika melihat pegawai tersebut yang bukannya serius menyelesaikan kerjaannya justru menyambilinya dengan bercakap ria bersama rekan di sebelahnya.

Tak masalah pula kalau kemampuan multi taskingnya "jempol" punya. Lah ini? Ingin rasanya saat itu juga saya tarik berkas saya dan beranjak pulang.

Ah..
Lagi-lagi tersandung kepentingan saya memutuskan bertahan. Dua kali saya mencoba bersabar. Mungkin dia lelah dan saya harus memaklumi serta banyak bersabar. Akhirnya hari itu berakhir dengan terkurasnya dua per tiga dari sehari penuh yang saya miliki. Sebagian besar dihabiskan untuk mendengarkan gosip tak jelas yang diperbincangkan pegawai-pegawai tersebut.

Saya mencoba melupakan dengan berharap penuh pada hasil berkas yang saya masukkan. Merujuk pada keterangan yang tertera di bon pengambilan berkas, maka beberapa hari berikutnya saya kembali untuk menagih janji atas selesainya keperluan saya tersebut.

Namun lagi dan lagi. Semuanya nonsense! Tak sesuai dengan apa yang tertera. Hasil yang saya harapkan tidak tercapai. Mereka beralasan bahwa saya belum memenuhi apa yang diminta sehingga berkas yang saya dapati bersifat sementara.

Wah! Saat itu saya langsung komplain (secara baik-baik) karena sama sekali tidak ada pertanyaan atau bahkan pemberitahuan yang diajukan kepada saya sebelumnya. Padahal itu adalah kewajiban mereka.

Cukup kesal karena sudah pontang-panting ke sana ke mari mengurusinya namun gagal hanya karena kesilapan mereka menyampaikan informasi.

Dan tahukah kalian bagaimana tanggapan mereka atas kekecewaan saya saat itu? Ya, lewat seuntai tawaan di antara mereka yang terkesan menyudutkan, saya dipaksa memaklumi. Wah, salut dengan bagaimana cara mereka bekerja. 😂

Beberapa waktu berlalu dan kemarin pagi kembali saya mendatangi kantor yang sama dalam rangka penyelesaian urusan berikutnya. Saya sudah cukup malas sebenarnya. Akan tetapi, mengingat sudah tanggung jawab saya sebagai anak tertua untuk mengurusi hal semacam ini. Finally, let's do it!

Kali ini perkiraan saya merujuk pada pengalaman. Saya sudah siap kecewa dan berlatih bersabar. Benar saja, belum juga sempat "mas" tukang parkir memarkirkan kendaraan yang saya tunggangi. Saya sudah kembali dengan wajah kesal dan menumpahkannya dengan enggan membayar parkir tersebut.

Kalau dipikir kembali, jelas bukan kewajiban saya membayar ketika penjaga tersebut sama sekali belum melakukan tugasnya menjaga kendaraan saya. Dan lagi, saya hanya menerima celotehan mereka yang tak jelas untuk menutupi kebobrokan kinerjanya.
image

Ah.. rasanya tak pernah habis kalau saya ceritakan kembali perihal pengalaman tak mengenakkan ini. Dan nyatanya bukan hanya saya yang pernah mengalami ini. Beberapa teman dan tentunya Stermians di luar sana juga pasti pernah mengalami.

Lucunya, mereka digaji melalui uang kita selaku rakyat. Namun terkadang justru mereka yang cenderung bersikap arogan dan melupakan kewajibannya.

Pasti, tidak semua pegawai pemerintah demikian. Saya hanya merujuk pada pengalaman dan kekecewaan saya pada sebagian dari mereka. Masih banyak pula pelayan publik yang tak makan gaji buta. Bekerja ikhlas dan berusaha memberikan pelayanan terbaik. Untunglah saya pernah temui model begini.

Tapi yang masih memenuhi kepala dan menyumbat akal hingga buntu berfikir adalah mengapa orang-orang seperti mereka mampu lolos melewati serangkaian tes yang "katanya" bersih dan tepat guna?
Atau mungkin mereka melalui jalan yang sama dengan yang di tempuh oleh lelaki tak mengantri tadi 👆 untuk sampai ke posisi tersebut?

Entahlah, saya tak betul faham akan hal begituan. Maka juga enggan terlibat di dalamnya. Biarlah, Tuhan yang menyadarkan atas kesilapan dan menegur atas ketidaktahudirian tersebut. Dua sifat yang tak lepas dari tiap manusia. Siapapun itu, dimanapun ia.
Termasuk saya yang menumpahkan kekecewaan lewat tulisan ini. Setidaknya satu harap saya tulisan ini dapat bermanfaat dan mengingatkan kita semua akan pentingnya memenuhi tanggung jawab sesuai porsi dan menerima hak sesuai kondisi~
Amin..🙏😊

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Bagus.... Sekalian saja sebut lembaganya... Sebenarnya pelayanan di lembaga pemerintah sama saja buruknya. Kampus juga belum sehat manajemennya

Wah.. terima kasih Bg Kemal😊🙏
Tepat sekali bg. Ya tp putri belom berani publish instansinya bg. Takut salah-salah. Hehehe..
Lain kali akan lebih berani bg! Terus dibimbing yak bg😂😆

Kalau udah begini #omongkosong dengan katanya tes kerja dengan secara teliti, sesuai, bukankah ini sangat memalukam sekali bagi lembaga itu.
Tulis dan tulis terus kak, semoga menjadi pelajaran buat mereka yang taunya ngomong doang

Iyaaaa dek. Setuju sekali. Makanya semoga lewat tulisan2 kita dapat menegur dan membuka mata mereka agar lebih amanah dalam bekerja dan bertugas.
Soon bakal lebih berani buat "pampang" instansinya yak.
Kali aja ada lagi kejadian serupa nantinya😂

Enggak usah jauh jauh kalau mau ulang kak, pergi aja ke tempat kaka pergi kemaren, pasti makain ancur tuh yang kerja

Wkwkwk itu kayanya uda trauma dek😂😂😂

Great. Sob. I know that. Who is that?😅

Omoyaa. Finally you are here sist😍😘 thankyou!!