Sastra adalah hasil aktifivitas kultural, baik dalam bentuk benda kasar, sebagai naskah (artifact), maupun interaksi sosial (socifact) dan kontemplasi diri (mentifact). Pesan-pesan dari islam cenderung disajikan sebagai akar budaya Aceh dalam bentuk karya sastra. (hal 612)
Sastrawan Aceh pada zamannya telah banyak melahirkan karya-karya besar. Karya-karya tersebut berupa puisi maupun hikayat Aceh, banyak yang ditulis dalam bahasa Melayu dan ada juga yang ditulis dalam bahasa Aceh. Sastra yang ditulis dalam bahasa Melayu telah dibelokkan pada studi sastra Melayu, hingga menyebabkan karya-karya tersebut cenderung dilihat dan dianalisa dari perspektif sejarah Melayu.
Salah satu sastra Aceh yang sangat terkenal pada masanya adalah Hikayat Prang Sabi. Karya yang diciptakan oleh Teungku Thjik Pante Kulu menjadi instrumen penting yang memicu perlawan terhadap penjajah. Syair dalam bahasa Aceh ini telah memberikan spirit bagi para pahlawan Aceh di dalam menerjang Belanda. (hal 614)
Adapun Mohd. Harun membagi ragam sastra sebagai berikut:
Dari beberapa klasifikasi di atas, tampak bahwa sastra Aceh memiliki akar tersendiri yaitu budaya Aceh, bahasa Aceh dan konteks sejarah Aceh. Ketiga hal tersebutlah yang mengikat karya-karya sastra Aceh. Adapun spirit yang mendasaru karya-karya sastra Aceh adalah islam yang dipantulkan ke dalam berbagai aspek dan rupa kehidupan rakyat Aceh. (hal 624)