Matahari mulai turun, di garis batas cakrawala masih menyisakan pijar matahari masih menyala jingga, ombak yang ramah menyapu pantai terus bernyanyi seiring irama alam menjelang senja. Kapal-kapal sudah di tambatkan dan ikan hasil tangkapan sudah pula dibawa turun. Hasil tangkapan hari ini sedikit lebih baik dari hari sebelumnya, lantaran cuaca di laut sangat bersahabat.
Malam merambat begitu cepat, lepas azan Magrib dan Isya suasana pantai masih melankolis dengan deburan ombak yang bersahabat, sementara di sebuah balai sudah mulai berdatangan para nelayan-nelayan yang mengisi waktu luangnya untuk sekedar saling bercerita dan bertatap muka setelah seharian melaut, sambil menikmati kopi mereka menonton hiburan melalui televise 20 inc yang sengaja di pasang dib alai tersebut.
Mereka berbicara tentang nasib mereka, cara mereka menagkap, alat yang mereka gunakan saat menangkap ikan dengan berbagai problem yang di dapat, mereka juga bercerita tentang anak-anak mereka, saudara mereka dan seluruh kisah hidup serta pengalaman memasuki daerah-daerah bahaya di laut.
Pembicaraan mulai berubah arah saat menyaksikan menteri Perikanan dan kelautan di demo sekelompok nelayan terkait penggunaan alat tangkap. Salah seorang dari mereka berujar. “Mereka sudah demo untuk soal alat tangkap, sementara kita di sini tidak pernah di bantu apapun tidak demo-demo, coba lihat alat tangkap kita apalagi bot kita sudah semakin rapuh dan sudah tidak layak pakai lagi. Pemerintah di Aceh tidak pernah melihat nasib kita sebagai nelayan, ini perlu kita sampaikan kepada pihak-pihak terkait atau membuat permohonan pengadaan kapal tangkap untuk kelompok-kelompok nelayan yang ada di Pidie.
Fakrulrazi
Salah seorang nelayan Laweung Pidie, Fakrulrazi membenarkan kondisi ini terjadi pada mereka. Mereka sama sekali belum pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah Aceh, apakah itu kapal tangkap, alat tangkap atau kebutuhan nelayan lainnya, bantuan yang hanya mereka terima hanya berasal dari aspirasi yaitu alat tangkap (pancing)
Ketua kelompok 7 Ie mata ini juga mengurai kondisi ini sudah terjadi lama, bergantinya presiden, gubernur atau bupati belum juga mereka rasakan bagaimana kepedulian pemerintah kepada nelayan, “Untuk itu kami mengajukan proposal pengadaan bot untuk kami melaut kepada dinas perikanan dan kelautan di provinsi, berharap mendapat bot untuk menggantikan bot kami yang sudah mulai tua. Kami berharap agar pemerintah Aceh bisa membantu Nelayan Laweung Pidie, ini saja yang kami minta, kami tidak minta yang laut, karena kami hidup sangat tergantung dengan laut, jika kapal tangkap tidak ada bagaimana kami mencari nafkah,” sebutnya
Kesederhanaan tercermin di wajah Fakrulrazi, ketua kelompok nelayan 7 Ie mata ini sangat mengharapkan agar Pemerintah Aceh yang di pimpin Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah ini dapat mewujudkan permohonan mereka, yaitu memberikan kapal bot penangkap ikan, seperti yang ada di proposal yang mereka ajukan pada Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh.
Penulis: Rahmad Sanjaya