Melihat Reverse Culture Shock Lebih Dekat

in indonesia •  7 years ago 

“ Sebentar tinggal luar negri, langsung Bahasa Indonesia nya belepotan “

“ Ya gak sebegitunya juga pasti, dimanapun Kita tinggal, pasti gak akan ngelupain budaya sendiri”

Itu yang ada di pikiran saya setiap kali melihat orang-orang asli Indonesia tercinta yang kembali ke tanah air trus aksen ngomongnya berubah, di setiap kalimat pasti ada terselip kata dalam bahasa asing, dan masih banyak lainnya. Belagu, mungkin itu kata yang tepat kali ya.

Tapi ternyata….

Ketika akhirnya saya keluar, tinggal dengan orang-orang dari berbagai etnis, suku, berbicara dengan bahasa dan aksen yang berbeda-beda, belum lagi minimnya komunitas Indonesia, sempurna lah sudah. Saya sangat terbata-bata untuk bisa mengkspresikan sesuatu, kewalahan menanggapi pertanyaan orang, dan masih banyak lainnya.

image
( Sumber : http://bit.ly/2ikn7m7 )

Reverse culture shock adalah sebuah fase dimana seseorang kaget, shock, gak bisa menerima kondisi di daerah asalnya setelah beberapa waktu tinggal di daerah yang berbeda. Contohnya Mr X yang asli Aceh, kemudian tinggal di Timbuktu, dan kemudian balik pulang ke Aceh. Si Mr.x yang udah terbiasa dengan kehidupan di Timbuktu, terkaget-kaget dengan kehidupan sebelum berangkat.

image
Image : Hari wisuda dengan 2 sahabat

Fase ini tidak mutlak dialami oleh semua orang. Level shocknya juga bisa berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Berdasarkan pengalaman , beberapa bentuk reverse culture shock misalnya :

  • Ngaret Vs on time

Duh, rasanya ngeselin sekali kalau ada yg buat janji tapi datangnya telat Dan tanpa konfirmasi. Pernah sekalinya saya diajak ketemuan sama bberapa teman, janjinya jam 5 tapi ngumpul semua 2.5 jam kemudian. Kalau ada yg ngajak perang pasti kalah hari itu. Kebiasaan selama tinggal diluar, kalau gak on-time pasti ketinggalan bus /tram, kalau g on-time professor pasti marah dan g akan mau bimbing, ribet kan jadinya.

image
( Sumber : http://bit.ly/2tylrfd )

Sebenarnya gak mesti harus sampe tinggal di luar negri supaya bisa terbiasa dengan on-time kan ya? Kembali ke pribadi masing-masing aja. Suka gak harus nunggu orang lama-lama? Suka gak kalau gaji bulanan datangnya ntah kapan?? Gak kaann.. gak enak kan rasanya “digantungin" gitu. Makanya jangan :)

  • Antrian dan menerobos lampu merah

Saya menganggap kedua aktifitas itu sebagai latihan kesabaran. Antrilah, ada orang yang duluan datang - tentunya punya hak untuk duluan bayar di kasir misalnya, atau ngambil barang, dan masih banyak lainnya.

Lampu Merah?? Itu soal menjaga ketertiban di jalanan. Ketika kita menerobos, bukan hanya nyawa Kita yang jadi taruhan, orang lain juga. Kecuali kebelet yang udah g mungkin lagi ditahan kali ya 😁

  • Sapa dan Senyum

Pengalaman ketika tinggal di Jerman dulu, kalao di apartment yang mayoritas gak saling kenal Kita masih saling nyapa walaupun sekedar Hi, Hello. Bahkan kalau papasan dengan Muslimah lain, biasanya langsung dikasih salam. Mungkin karena di kita mayoritas Muslim, rasanya akan “capek” ngucapin salam berkali-kali. Mungkin yaa.. dan ini juga terjadi pas lagi main ke Turki. Padahal kalau ketemu Muslimah Turki di negara lain, akan tetap ngucapin salam.

Awal-awal kepulangan dulu, saya paling gak bisa tahan dengan perbedaan budaya yang terlalu mencolok ini, rasanya pengen kabur ke negara lain. Faktanya, saya beneran kabur setelah 1 tahun balik ke Aceh hehe.

Tapi bukan berarti gak bisa diatasi, bahkan ada pelatihan atau workshop khusus sebelum keberangkatan. Itung-itung buat jaga-jaga pas pulang balik ke negara asal.

Yang paling penting adalah don't judge the book by it's cover . Kita g tau kenapa mereka sampe mengalami yang namanya reverse culture shock. Setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda satu sama lain.. so.. kalau ada orang-orang terdekat yang mengalami ini, mungkin... we need to accept them, or leave them.. mungkin

What do you think?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Reverse culture shock biasa terjadi bagi yang lama dengan kehidupan diluar daerah asal, memang benar apa yang saudara @rahmanovic tulis. Kadang kebiasaan disiplin tinggi namun setelah kembali daerah asal dengan lingkungan yang jauh berbeda kadang perlu penyesuaian kembali, apalagi teman-teman tempat bermain dulu sudah pada pergi entah kemana, maka cenderung kita perlu waktu lama menyesuaikan. Terkadang jika lingkungan biasa disiplin Mungkin perlu direnggangkan menyesuaikan lingkungan baru, saya pemgalaman pernah mengalami dan perlu waktu hampir 3 bulan menyesuaikan hal tersebut, namun kita harus berusaha mempertahankan yang baik yang telah kita peroleh dari luar dan kampung halaman adalah identitas diri kita, jangan di lupakan

Bener banget. Dan itu butuh proses yang gak sebentar.

Tidak bisa berkomentar semuanya sudah tertulis dengan baik...saya kasih upvote saja :)

😀 semoga bermanfaat ! :)