Sebagai kontributor freelance di sebuah forum medsos, saya menjawab pertanyan-pertanyaan. Ya.. tentu tidak semua pertanyaan bisa saya jawab, karena pengetahuan saya terbatas. Diantara banyak pertanyaan, satu pertanyaan menarik yang berulang ditemukan adalah “saya ingin mempelajari sesuatu (disebutkan subyeknya), buku apa yang harus pertama kali saya baca?”. Tulisan ini sharing pengalaman buat teman-teman yang sedang sama-sama belajar menimba ilmu, karena belajar, dimanapun dan dengan cara apapun, tiada pernah berakhir, ilmu seluas semesta, semakin banyak mempelajari dan ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan, ternyata – saya pribadi - semakin menyadari jauh dari mengetahui apapun.
Belajar, atau mempelajari sesuatu, adalah upaya untuk beranjak dari tidak tahu – blank – menjadi tahu, perwujudan tahu atau mengetahui sebuah subyek, salah satunya secara sederhana adalah bisa menjelaskan sebuah subyek dengan tepat dan faktual. Tapi dari tidak tahu menjadi tahu, tidak dapat dicapai dengan cara instan: perlu perjuangan, kesabaran, konsisten dan menyediakan waktu, tentu saja. Lantas, kalau mempelajari sebuah subyek dengan cara membaca buku, maka buku apa yang harus pertama kali di baca?
Alkisah, lebih dari tigapuluh tahun yang lalu (ya… tigapuluh tahun yang lalu, maklumlah, saya bukan generasi milenial), saya memegang buku pertama yang saya baca, tanpa memilih subyek tertentu, melainkan mecomotnya begitu saja dari salah satu koleksi milik orang tua. Saya masih ingat judulnya Sejarah Perang Pasifik, ditulis oleh PK Ojong, edisi pertama diterbitkan sekitar tahun 1960-an dan masih ditulis dengan ejaan lama. Apa yang memotivasi saya waktu itu? Saya melihat orang-orang di sekeliling saya di waktu luangnya asyik membaca buku; jadi mungkin yang pertama adalah pengaruh lingkungan. Yang kedua, saya bertanya-tanya dalam hati: apa yang membuat orang rela menghabiskan waktu luangnya dengan membaca, kenapa tidak memilih aktivitas lain yang lebih fun, seperti pergi memancing misalnya. Jika orang sudi membacanya berulang kali dan menyimpannya begitu terawat, pasti ada sesuatu – misalnya mengajarkan mantra ajaib - dalam buku itu. Begitulah pikiran saya, waktu itu masih berusia sekitar 12 tahun.
Sayapun memulai buku pertama saya. Kurang dari tigapuluh menit kemudian, saya merasa bosan: apa enaknya membaca, rumit, letih dan sulit di pahami. Tapi demi medanpatkan mantra ajaib di dalamnya, saya bertahan. Membaca satu halaman, melompati halaman lain, membolak-balik, melihat gambar-gambarnya. Setelah beberapa jam kemudian, saya anggap buku itu tuntas di baca, walaupun cara membacanya lompat-lompat. Begitu saja…? Beberapa hari kemudian, saya membaca buku kedua, masih berharap menemukan mantra ajaib di dalamnya, dengan cara membaca yang sama, melompat-lompati halaman.
Setelah beberapa buku, maka saya simpulkan: tidak pernah ada mantra ajaib, tapi saya menemukan keasyikan, keasyikan karena mengetahui sesuatu. Wawasan saya bertambah, dan menjadi agak lebih dibandingkan dengan rekan sebaya waktu itu. Maklumlah, ketika masih anak-anak, senang rasanya didaulat oleh teman-temannya sedikit lebih tahu dibanding mereka. Dan karena dianggap sedikit lebih tahu, waktu itu saya bisa menjadi bagaikan seorang story teller bagi mereka dan mereka sedia mendengar dongengan saya. Dan karena keasyikan itu, mulailah saya terus menerus membaca, buku apapun yang ada dalam koleksi buku orang tua, karena tidak ingin tertinggal pengetahuan dibanding rekan sebaya yang lain. Saya gemar membaca pada akhirnya.
Dan setelah cukup lama bergaul dengan buku-buku bacaan, apa yang ditemukan di dalamnya? Buku adalah sebuah dokumentasi. Pada saat kita membaca buku, yang manapun, pada dasarnya kita membaca tentang sejarah peradaban dan budaya manusia. Bahkan pada saat kita membaca novel, kita tidak sedang membaca sebuah fiksi melainkan sedang mempelajari tentang bagaimana cara berpikir manusia, bagaimana perilakunya, bagaimana budayanya dan bagaimana strateginya dalam menghadapi situasi. Mereka menginformasikan kepada kita pola-pola budaya tertentu dan strategi tertentu, yang baik dapat dijadikan contoh, dan yang tidak baik bisa dijadikan pembanding.
Kembali kepada pertanyaan: Kalau mempelajari sebuah subyek dengan cara membaca buku, maka buku apa yang harus pertama kali di baca? Maka sejak buku apapun pada akhirnya mengantarkan kita kepada sebuah benang merah tentang sejarah budaya dan peradaban masnusia, maka subyek studi apapun yang di bahas dalam buku pada dasarnya bertujuan menjadi sebuah rujukan teori untuk membangun peradaban, dan karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa satu subyek studi tertentu yang di bahas oleh sebuah buku, juga dibahas dengan cara berbeda oleh subyek studi tertentu lain dari buku yang lain. Contohnya seperti ini: beberapa tahun yang lalu, saya membaca buku tentang ‘Optic” – Newton; dan beberapa tahun yang lalu, saya juga membaca sebuah subyek filsafat. Menurut para rasionalis di bidang filsafat, sensor penginderaan (misal mata) tidak bisa di percaya karena tidak bisa menangkap kualitas dan kuantitas obyek sebagaimana mestinya. Dan yang dibukitkan oleh Optic - Newton adalah: objek yang sama tampak lurus ketika dikeluarkan dari air, dan bengkok ketika di dalam air; dan cekung menjadi cembung, karena ilusi warna yang ditangkap oleh sensor penglihatan. Ini sama saja dengan memvalidasi bahwa yang pernah dijelaskan para filsuf rasionalis benar. Jadi, intinya, dengan memulai membaca buku yang manapun akan mengantarkan kita kepada subyek studi yang ingin kita pelajari, dan pada akhirnya akan mengantarkan kita memahami jalannya sejarah manusia sebagai benang merah dari sebuah buku.
sumber: https://www.ency123.com
Selanjutnya, sebuah subyek bahasan dijelaskan oleh beragam buku oleh penulis berbeda dan bahkan dengan cara pandang yang berbeda. Jadi, perlu membaca lebih dari satu buku untuk memahami sebuah subyek. Setiap buku yang kita baca memberi wawasan, hingga akhirnya dari beragam buku yang kita baca kita akan dapat menemukan benang merah dari subyek dimaksud. Jadi bagi pemula, jangan bingung dalam hal memilih buku, melainkan bacalah buku mana saja yang bermanfaat. Hari ini belum paham, mungkin besok baru paham setelah membaca buku beriktunya. Yang penting harus enjoy dalam membaca buku, jangan sampai kesulitan memahami membuat patah semangat. Sekali lagi dari tidak tahu menjadi tahu tidak instan.
Semoga bermanfaat.
You got a free upvote from @reversed-bidbot! Follow me to earn steem by interacting with my promoted posts.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @readmeblogz! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit