!
Sumber
Ketemu lagi kawan steemian semua. Ketemu lagi dalam topik bahasan aku dalam postingan kali ini. Kali ini aku mau membahas tentang situasi Indonesia dengan segala keruwetannya. Bosan gak bosan, muak gak muak, yah begitulah adanya situasi yang tersaji di Indonesia. Indonesia yang dinamis namun kok semakin hari semakin miris menyaksikannya. Namun bagaimanapun, aneka bumbu didalamnya sungguh membuat rasa Indonesia ini selalu menarik untuk dibicarakan. Tak peduli tempat, interest kita-kita selalu saja tersedot untuk membahas berbagai situasi yang ada di tanah air. Apalagi situasi politik di negara ini memang menggelitik, unik, dan menarik untuk ditongkrongi setiap episode atau moment ajaib dari para pelakunya. Tak hanya aksi atraksi dan kemampuan silat lidah para politisi saja yang menarik untk disaksikan melalui berbagai media, terutama media sosial. Aksi para partisan yang berkomentar untuk momen-momen tertentu menjadikan situasi politik di Tanah anarki ini semakin bergemuruh. Alam demokrasi ini memang sungguh terlalu...hehe!
Demokrasi, kata ini seolah menjadi kamuflase yang sempurna. Kamuflase buat orang-orang untuk melakukan segala sesuatu, berbicara mengenai segala sesuatu, bereaksi terhadap segala sesuatu dengan cara-cara yang susah untuk dinalar oleh akal dan pikiran. Mungkin aku berlebihan dalam memberikan pendapat tentang ini. Ada banyak ahli yang bisa mengupas apa itu sebenarnya hakikat demokrasi. Tapi dari apa yang aku lihat dan rasakan serta kemudian coba kupahami, demokrasi kita sudah bablas dari awalnya. Berawal dari pasca reformasi dimana gaung akan demokrasi ini begitu menggema ke seantero negeri, bersamaan dengan itu pula orang bisa dengan leluasanya mengeluarkan sumpah serapah dari mulut mereka. Pedih, tak kalah pedih oleh silet yang menghujam wajah para jenderal di film GESTAPU. Mereka yang berkoar sering tak mengerti substansi yang mereka bicarakan. Ditingkat awam permasalahan ini mungkin hanya mengakibatkan debat kusir yang biasa-biasa saja. Namun di paragraf berikutnya mari kita telisik efek DEMOKRASI ASAL ASALAN di Indonesia. Skip gambar dulu yang bikin adem biar bahasannya gak bikin kita semua puyeng. yuuuu......
Alam demokrasi indonesia membuka berbagai fenomena baru. Era keterbukaan ini menjadikan orang-orang tak terbendung dlam meluapkan segalanya. Terkungkung dalam masa orde baru menjadikan kita tak ubahnya kuda binal yang jejingkrakan semau-maunya. Kehadiran media pendukung seperti berbagai aplikasi sosial media, seiring dengan kemajuan tekhnologi, menjadi wahana yang melengkapi dinamisnya alam demokrasi kita. Yah, kecanggihan tekhnologi telah menjadikan kita semua terkoneksi dengan baik untuk sekedar melakukan hal-hal yang tadinya harus dilakukan secara tatap muka. Sebelum massivenya media sosial, situasi keriuhan di negeri sebenarnya telah lebih dahulu dimulai oleh media mainstream. Media cetak dan elektronik berlomba-lomba menggaet rating dengan memanggunggkan apa saja. Terutama ketololan para pelaku politik di tanah air. Kalau dulu kita tabu untuk berbicara tentang dosa para penguasa, kini semua bisa diparodikan dengan riang gembira.
Penyediaan panggung debat bagi para politisi memang magnit tersendiri bagi para pemirsah. Wabahnya menjalar kemana-mana. Setelah menonton sebuah acara debat, kita bisa gontok-gontokan sendiri karenanya..haha. Berdebat, ada banyak orang kita yang kecanduan dengan aktifitas yang satu ini. Apa dan siapa yang diperdebatkan semua tergantung dari apa yang sedang gress merebak di masyarakat. Isu sosial politik sekali lagi masih primadona dalam sebuah tarung debat. Disatu sisi ketertarikan masyarakat awam untuk berbicara politik dapat dikategorikan positif. Namun rangsangan untuk berorgasme melalui opini-opini objektif masih sangat kurang. Bisa jadi ini disebabkan minimnya pemahaman tentang situasi secara menyeluruh. Faktornya penyebabnya bisa bervariasi. Salah satu penyebab utama, yang klasik untuk disepakati bersama, kurangnya minat baca menjadi pemicu kerancuan dalam beropini atau memberikan pendapat. Ditambah lagi pemahaman yang kurang tentang kandungan isi berita/informasi yang dibaca. Buruknya lagi, ada yang hanya sekedar mendengar selentingan kabar, tetapi komentar yang terpublikasi ke ruang publik justru semakin memperuwet situasi yang ada.
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by reza sofyan from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit