Di sebuah meja makan masa lalu
Di rumah tua penuh sejarah
Kita bergenggam tangan dan berserah
Tuhan, hanya cinta sejati yang tak pernah mati
Hanya persahabatan tulus yang dengan maut pun tak takut pupus
Hanya hati tanpa benci yang tak ngeri meniti tali mati
Di piring makan malam Gamat emas terlena
Biota yang dulu diburu Cheng Ho sampai ke Lingga
Kita mengiris dengan pisau masa depan
Menusuknya dengan garpu rasa syukur
Menaklukkan kejal dan rasa sesal
Meluluhkan seluruh rasa angkuh
Tuhan tak pernah menutup pintu ikhtiar
Harap yang di ukir di tulang tulang rasa khawatir
Kita berzikir agar keangkuhan menyingkir
Dan kau berkata: besok takdir hadir dan Tuhan memihak orang yang berjanji takkan mungkir
Kita mengekalkan ingatan dan rasa syukur
Ketika kehidupan yang akan pergi kembali
Seperti gamat emas yang terbujur di piring
Lukisan perbukitan musim gugur
Cinta dan persahabatan membungkusnya dalam menu makan malam kita
Dan menyimpannya dalam bait puisi
2014/2017/2019