Dalam beberapa dekade terakhir ini, dan juga dalam di beberapa diskusi yang ada di Aceh sering muncul istilah kearifan lokal sebagai bentuk untuk mencari format nilai-nilai yang berkembang pada satu masyarakat. Gagasan kearifan lokal dapat dipahami sebagai bentuk "indigenous ideas" yang bersifat pribumi. Bahkan isu ini merambat ke berbagai persoalan seperti identitas, dan sosial politik. Untuk mengupas permasalahan ini, bab ini berusaha mencari makna dari kearifan lokal ini dari epistimologi irfani.
Jadi, epistimologi adalah cara mendapatkan sebuah dasar-dasar ilmu pengetahuan. Jadi, epistimologi irfani dapat dipahami bahwa ilmu-ilmu yang didapatkan lebih banyak pada aspek tidak rasional di depan epistimologi lainya (bayani dan burhani). Akibatnya pendekatan terhadap ilmu yang dihasilkanya pun bukanlah sebuah penafsiran terhadap teks atau konteks sosial.
Untuk menyimpulkan bab ini, maka ada beberapa hal yang perlu dipahami ketika memahami fenomena sosial dari perspektif irfani. Pertama, irfani lebih bertujuan untuk membedah ilmu sebelum menjadi ilmu. Kedua, teori yang baik adalah teori yang menuju pada divine (ketuhanan). Ketiga, dalam konteks kehidupan sosial, maka pengalaman kebatinan atau spiritual, pada hakikatnya bisa dipahami melalui pendekatan fenomenologi dan hermeneutika.