Selamat pagi guys, di pagi hari ini saya akan membahas tempat (setting) yang mempunyai tradisi yang tidak dipunyai oleh masyarakat perkotaan. Hari ini saya masih membahas tradisi yang terdapat di Aceh Utara, masjid Bluek, kecamatan Merah Mulia, kabupaten Aceh Utara. Kali ini saya akan membahas sawah, tetapi ini bukan khanduri blang melainkan tradisi lawoet ie bu. Tradisi ini dilakukan ketika padi dalam keadaan masih dara (sebelum berbuah).
Seperti gambar diatas bahwa tradisi ini dilakukan oleh para masyarakat yang mempunyai sawah, mereka berpartisipasi membuat ie bu secara bersama-sama. Sedangkan beras diperoleh dari sumbangan warga yang mempunyai sawah saja, proses pemasakan ie bu itu sendiri dilakukan di meunasah dan letak meunasah itu terdapat di pinggir sawah, namun jika tidak ada meunasah di pinggir sawah, maka masyarakat kerap melakukan tradisi ini di pinggiran sawah. Tradisi ini rutin dilakukan setahun sekali tetapi terdapat kemungkinan dua tahun sekali. Patut kita pertanyakan untuk apa tradisi ini dilakukan? Tradisi ini ada sejak dahulu, tujuan dilakukannya tradisi ini adalah meminta doa agar padinya bagus, tidak terserang hama dan sebagian di sisihkan untuk di makan tikus. Pasti bingungkan kepada di sisihkan untuk tikus? Mari baca sampai habis,
Gambar diatas adalah ie bu yang sedang dimasak oleh para ibu-ibu yang mempunyai sawah, namun terdapat juga beberapa anak perempuan yang masih muda, tetapi tetap saja kebanyakan kaum ibu-ibu. Karena para ibu-ibulah yang memahami betul bagaimana cara pembuatan ie bu dan cara menjalankan tradisi ini. Proses pemasakan ie bu dimulai dari pagi, dan ie bu yang telah di masak dijadikan sebagai syukuran yaitu makan bersama Teungku dan para lelaki yang bertempat tinggal di kampung tersebut. Acara tersebut diadakan pukul 10-11 (menjelang dzuhur). Tujuan dilakukannya syukuran tersebut adalah untuk meminta doa. Proses pemasakan ie bu memakai santan, dan batok kelapa tersebut dijadikan sebagai alat menjebak tikus. Di dalam batok tersebut terdapat ie bu dan sedikit racun, bertujuan agar tikus mati, batok tersebut lalu di letakkan di beberapa titik di sawah. Inilah yang kerap dilakukan oleh masyarakat di perkampungan, tidak hanya di Aceh Utara, tradisi ini juga berlaku di beberapa perkampungan di Aceh.
Selain bertujuan untuk meminta doa agar padinya bagus, terdapat tujuan lain yaitu, untuk mempererat tali silaturahmi antar ibu-ibu di dalam perkampungan. Biasanya para ibu-ibu memasak ie bu ini dengan menggunakan beberapa kuali besar, tidak hanya satu. Kuali ini sering kita lihat ketika menjelang hari raya, masyarakat menggunakan kuali tersebut untuk memasak kanji. Bedanya kanji di masak oleh para bapak-bapak dan ie bu di masak oleh para ibu-ibu. Di dalam perkampungan memasak ie bu sering disebut dengan istilah "lawoet ie bu". Saya sendiri mengetahui bahwa ie bu itu berbentuk seperti ini baru beberapa bulan ke belakang, saya memakan ie bu secara tidak sengaja, ketika saya memakan ie bu itu saya baru teringat bahwa bubur inilah yang saya cari selama ini, sebelum tsunami saya mempunyai tetangga yang sering memberikan saya ie bu, tetapi ie bu yang diberikan berwarna hitam putih. Dan saya kerap menyuruh ibu saya memasak bubur hitam putih yang saya baru ketahui bahwa nama bubur hitam putih yang saya maksud adalah ie bu. Namun ibu saya tidak pernah membuatnya, ketika saya mengetahui bahwa nama bubur itu ie bu saya langsung menyuruh mami saya (nenek) untuk membuat ie bu.
Bagi orang-orang yang belum mengetahui lezatnya ie bu wajib mencobanya, jangan melihat dari bentuk luar ie bu, tetapi rasakan lezatnya ie bu tersebut. Hanya ini yang dapat saya paparkan di postingan saya, semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca postingan saya. Terima kasih, terus ikuti postingan-postingan saya selanjutnya, karena terdapat beberapa hal yang menarik yang sering kita tidak mengetahuinya.