Pada kali ini saya akan membahas Politik Aceh, pembahasan ini merupakan pembahasan terakhir di dalam buku Acehnologi volume kedua. Jika dilihat kehidupan pada masa sekarang, sering dikaitkan bahkan tidak terlepas dari yang namanya berpolitik. Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat atau sering juga disebut dengan usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, sedangkan ilmu politik menurut George A. Kourvetaris adalah studi tentang pemerintahan nasional, proses politik, tujuan, dan karakter organisasi suatu negara. Studi Acehnologi dapat berpartisipasi di dalam menyusun tata ilmu pengetahuan politik yang dijalankan di Aceh. Salah satu contoh praktik politik di Aceh yaitu, studi Aceh pada masa Revolusi Sosial yang telah banyak dihasilkan oleh para sarjana. Sama seperti bab-bab sebelumnya yang ilmunya tidak terlepas dari kajian Melayu, pada Politik Aceh juga cenderung ditarik oleh dunia Melayu. Maka dari itu politik di Aceh dilihat dari perspektif kebangkitan dunia Melayu.
Di dalam diskusi mengenai Aceh, pasti melibatkan praktik politik yang dilakukan oleh orang Aceh. Peristiwa politik di Aceh sudah terjadi selama 13 abad lamanya, dari abad ke 8 hingga abad ke 21 M. Yang dapat dipertanyakan siapakah tokoh yang berperan di dalam memperjuangkan politik di Aceh ? pada masa awal politik di Aceh yang berperan adalah para ulama dari Timur Tengah dan Asia Selatan. Terlepas dari itu semua, apakah terdapat peran perempuan di dalam dunia politik ? perempuan cenderung dianggap tidak mampu di dalam dunia politik, selama ini politik dianggap diperuntukkan untuk kaum adam saja. Padahal perempuan mempunyai makna yang sangat penting di dalam dunia politik untuk memberikan pemahaman dan menyatukan persepsi tentang pentingnya pembangunan demokrasi yang sehat, adil dan lain sebagainya.
Jika diatas membahas politik Aceh, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh dari luar Aceh terhadap tatanan politik Aceh sangat mempengaruhi, pengaruh tersebut tidak lain dari Arab dan Persia. Tidak hanya dari Arab dan Persia yang sangat mempengaruhi politik Aceh, tetapi juga terdapat pengaruh dari Turki-Ustmani, Melayu dan pengaruh-pengaruh lainnya. Diluar dari beberapa yang sangat mempengaruhi politik Aceh, ternyata di dalam sejarah Aceh, juga terdapat musuh yang dibenci oleh Aceh yaitu kafir. Yang menjadi pertanyaan mengapa Aceh membenci non-Muslim ? jawabannya sangat sederhana yaitu, sejak meletus perang Desember pada tahun 1873, pemimpin Aceh mulai melawan kolonial Belanda , yang menggangap bahwa melawan Belanda adalah kewajiban yang harus diperangi dikarenakan salah satunya telah merendahkan martabat Aceh. Tidak terhitung nilainya berapakah jumlah jiwa yang meninggal pada kejadian tersebut, tetapi orang Aceh tidak melawannya sendiri melainkan dengan aparat Indonesia. Menurut Amirul Hadi seorang penguasa berotoritas pada politik dan agama, artinya adalah seorang penguasa ketika menjalankan tugasnya harus mengedepankan nilai-nilai Islam agar dapat berjalan dengan baik. Jika tidak mengikuti nilai-nilai keislaman dikhawatirkan akan menganut sistem politik yang dijalankan di Barat, yang sistem berpikirnya merupakan sistem berpikir Hindu dan Budha.
Di dalam tradisi pemerintahan kerajaan Islam, raja itu dianggap seperti bayangan Allah, artinya seorang raja harus menjalankan tugasnya yang tidak terlepas dari aturan-aturan Allah. Raja pada masa kerajaan Islam disebut dengan sultan, yang menjadi penasihat raja pada masa kerajaan Islam adalah wali atau kiai. Raja pada masa ini haruslah mengedepankan nilai-nilai keadilan dan ihsan, selain itu raja juga harus menjaga ketentraman hidup rakyat agar selalu di dalam kondisi aman dan nyaman. Dapat disimpulkan bahwa ketika melihat sejarah-sejarah politik diatas selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai keislaman, akan lebih baik jika pada sekarang politik Aceh lebih mengedepankan nilai-nilai yang terdapat di dalam Islam, dengan menjalankan tugas-tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya, dengan nilai kejujuran dan keadilan dapat lebih ditegakkan agar di dalam kehidupan masyarakat Aceh makmur, aman dan sejahtera. Beberapa bab telah saya uraikan di dalam buku Acehnologi volume kedua, dan akan saya menyambung meriview buku Acehnologi volume ketiga.